Pesan Moral Untuk HmI di Milad ke 72 Tahun “Selamat Milad Himpunanku”

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id– 72 tahun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengabdi, sebuah  sejarah panjang mewarnai berbagai ars dinamika perjuangannya. Organisasi Mahasiswa Islam dengan semangat pembaharuan dan  sebuah komitmen besar tentang Islam, Ke-Indonesiaan serta arti perjuangan ideologi bangsa.

Komitmen tersebut menjadi landasan kebersamaan dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Dalam perjalanan sejarah perjuangan HMI terdapat peristiwa penting, yakni deklarasi pendirian HMI yang di motori oleh Lafran Pane bersama 14 teman perjuangannya pada 5 Februari tahun 1947, memberi arti komitmen bersama, bertujuan untuk mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.

- Iklan -

Kendati dalam perjalanannya mengalami banyak perubahan dalam rumusan tujuan HMI, tetap saja, janji – janji itu memiliki nilai-nilai universal yang tetap relevan. Kini, 72 tahun setelah janji itu diucapkan. Terbersit pertanyaan, apakah kalian (pemuda/pemudi) sebagai generasi penerus akan tetap menjaga komitmen untuk melanjutkan janji perjuangan ?

Baca Juga:  Warga Tolak Pemakaman Karena Beda Pilihan Politik, Ini Klarifikasi Ketua RW

Disadari atau tidak, Organisasi bukan lagi sebagai alat perjuangan Idiologi. Jauh dari apa yang tertulis dalam buku sejarah pergerakan HMI era-70 an.  HMI tidak lagi menjadi representasi gerakan intelektual Mahasiswa Islam. Melainkan, tumpul bersamaan dengan dominasi pragmatisme politik kekuasaan yang mewabah kedalam jantung organisasi.

Keadaan ini membuat sebagian kader HMI kian pragmatis dan mudah kehilangan jati diri sebagai kader umat yang wajib menjaga independesinya. baik etis ataupun organisatoris. Realita ini terbukti dari kecenderungan perpecahan yang menghabiskan banyak energi, apalagi ketika menjelang momentum peralihan kekuasaan politik.

- Iklan -

HMI sebagai alat perjuangan dengan kebesaran sejarahnya, hingga kini belum mampu memfungsikan diri untuk menjembatani jurang pemisah antara masyarakat dan penguasa, antara si miskin dan pemilik modal. Bahkan tak jarang menjadi alat melegitimasi kekuasaan. Belum lagi bicara soal konflik internal di tubuh HMI, serta cara pandang dengan kalkulasi menang kalah.

Baca Juga:  Ibadah dalam Kondisi Apapun

Hasilnya, tradisi intelektual kurang terpelihara dengan baik. Kurangnya ruang bagi pertarungan ide dan gagasan yang memancing kreatifitas pemikiran kader, kurangnya minat baca dan minimnya kader HMI yang mengikuti forum forum intelektual di lingkungannya. Rupanya, bertemu Alumni dan lobi – lobi politik lebih menarik ketimbang menghadiri forum – forum diskusi yang mungkin membosankan.

Ini adalah kesadaran bersama. Kini, kalian dan kita telah dihadapkan pada realita perbedaan yang terjadi di HMI.

- Iklan -

Penulis: Makmur (Ketua Bidang Keamanan dan Pertahanan HMI Badko SulSelBar)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU