Cak Ladrak

Tak ada yang lebih menyesakkan daripada mengenang sebuah perpisahan. Perpisahan yang acap kali membuat desa kami mendadak melankolis, dan terkadang harus diratapi dengan lenguh tangis.

Dan karena hal itulah, para warga rela berduyun-duyun menyusuri jalan setapak menuju ke dalam hutan yang mengelilingi desa. Kemudian lekas bersimpuh dan melingkari sebuah gubuk tua di samping pohon Dewandaru, untuk meratapi kepergian lelaki muda yang bertahun lamanya kami daulat sebagai pahlawan desa.

Ia bukan sosok pahlawan yang dulunya dengan gagah menenteng senjata untuk melawan penjajah. Bukan pula, sosok magis yang melindungi kami dari cengkeraman para makhluk gaib, yang selama ini kami yakini berkeliaran di dalam desa.

- Iklan -

Lebih dari semua itu. Ia adalah sosok pahlawan, yang telah berhasil mengangkat harkat martabat desa kami. Desa yang terisolir di lereng gunung Argopuro. Desa yang dahulu menjadi salah satu daerah di mana lumbung kemiskinan menganga…

***

Namanya, Cak Ladrak. Lelaki kurus kering dengan pakaian compang-camping. Tak ada barang mewah yang melekat di sekujur tubuhnya, kecuali topi rimba sebagai penutup kepala, dan tas kumal yang terselempang di bahunya.

- Iklan -



“Oh, ya, di dalam sini ada anak-anak saya,” timpalnya dengan kelakar, tiap kali kami menanyakan perihal isi di dalam tasnya.

Seluruh warga desa pun mahfum dengan segala perangainya. Meskipun dandanan dan tingkah lakunya mirip dengan orang gila, tetapi tak ada yang menyangkal bahwa ia jauh lebih waras daripada manusia pada umumnya.

Entah, sudah berapa banyak warga yang merasakan sentuhan magis dari uluran tangannya. Ia selalu berada di barisan paling depan bila ada warga yang membutuhkan bantuan. Utamanya terkait soal pemenuhan kebutuhan pangan tatkala desa dilanda paceklik karena mengalami gagal panen.

- Iklan -

Ia akan mendatangi rumah-rumah warga yang sedang dilanda keresahan. Kemudian menanyakan keperluan-keperluan apa yang sedang mereka butuhkan. Dan ajaib, beberapa hari berselang, barang-barang itu sudah tergeletak di depan rumah warga yang akan dibantunya. Seolah semua barang itu turun dari langit dengan sendirinya.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU