Fakta Diktator Terakhir Romawi Julius Caesar, Hidup dengan Akhir yang Tragis

Fakta Diktator Terakhir Romawi Julius Caesar, Hidup dengan Akhir yang Tragis. Julius Caesar adalah salah satu diktator sekaligus jenderal Romawi terbaik yang pernah dimiliki oleh negara tersebut.

Romawi Kuno menjadi salah satu peradaban besar yang menghuni masa lalu. Dan jika membahas tentang peradaban tua satu ini, maka Julius Caesar menjadi salah nama yang akan selalu muncul.

Berbeda dengan para raja atau pemimpin negara yang lebih banyak hidup di balik tembok istana, Julius Caesar justru memiliki segudang kisah hidup yang sangat menarik, termasuk kisah cintanya dengan sang ratu Mesir, Cleopatra. Dilansir history.com dan idntimes.com, berikut ini fakta seputar Julius Caesar!

- Iklan -

1. Julius Caesar lahir dari keluarga bangsawan

Lahir pada tanggal 31 Juli 100 SM, Gaius Julius Caesar atau yang lebih dikenal dengan nama Julius Caesar merupakan seorang diktator sekaligus jenderal Republik Romawi yang sangat terkenal, bahkan hingga sekarang.

Sama seperti kebanyakan raja atau pemimpin lainnya, Julius juga terlahir dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah seorang gubernur, sedangkan sang ibu merupakan putri dari pejabat tinggi Republik Romawi.

2. Dia pernah diculik oleh sekelompok bajak laut

Pada usia 25 tahun, Julius memutuskan pergi berlayar ke pulau Rhodes untuk belajar dengan seorang ahli retorika terkenal, Apollonius. Sayangnya dalam perjalanan, kapalnya dibajak oleh sekelompok bajak laut. Julius dan penumpang kapal lain ditawan dan baru dibebaskan jika memberikan tebusan.

- Iklan -
Baca Juga:  6 Gunung Tertinggi di Dunia yang Paling Menantang Bagi Para Pendaki

Uniknya, Julius justru meminta para bajak laut untuk menaikkan uang tebusannya. Sebelum dibebaskan, Julius mengatakan pada para bajak laut itu bahwa dia akan memburu mereka.

Sayang, para perompak hanya menganggapnya sebagai candaan. Kenyataannya, Julius memang kembali bersama beberapa orang dan memburu semua bajak laut yang menyanderanya.

3. Pernah memicu terjadinya perang saudara

Sebelum Julius naik ke puncak kekuasaan, pemerintahan Roma penuh dengan koruptor. Menurut Julius yang saat itu menjabat sebagai gubernur, satu-satunya cara untuk menghentikan tindak korupsi yang sudah berakar adalah dengan mengganti para senat yang korup dengan orang-orang jujur, dan untuk itu mereka membutuhkan satu pemimpin yang memiliki kekuasaan penuh.

- Iklan -

Di saat yang sama, Roma saat itu juga sering diteror oleh suku-suku Jerman. Julius pun mengumpulkan tentaranya, bukan hanya untuk mengalahkan suku-suku Jerman tapi juga untuk menaklukkan seluruh wilayah Galia. Melihat keberhasilan dan kekuatan Julius, senat di Roma jadi sangat ketakutan.

Mereka pun meminta Julius dan pasukannya kembali ke Roma, dan menyatakan bahwa jabatan Julius sebagai gubernur sudah berakhir. Tidak ingin diperintah oleh sekelompok orang korup, Julius dan pasukannya memutuskan menyebrangi sungai Rubicon dan memicu perang saudara antara dia dan orang-orang senat.

4. Sangat dicintai rakyatnya

Kabar baiknya, Julius dan pasukannya berhasil memenangkan perang tersebut. Pada tahun 45 SM, Julius naik sebagai diktator seumur hidup Roma. Dia kemudian mengganti semua senat korup dengan orang baru.

Baca Juga:  10 Alat Musik Tradisional di Indonesia yang Paling Populer

Julius juga berhasil mengurangi pengangguran dengan menawarkan pekerjaan pada orang miskin, melunasi hutang negara, menaikkan standar hidup orang Romawi, mendistribusikan tanah pada rakyat kelas bawah, bahkan membagikan sebagian hartanya untuk warga.

Dalam surat wasiatnya, Julius meminta agar seluruh kekayaannya diberikan pada orang-orang membutuhkan, dan menjadikan villa, taman, dan galeri seni pribadinya sebagai fasilitas umum agar semua rakyat bisa ikut menikmatinya.

5. Julius Caesar Pencetus Tahun Kabisat

Sebelum tahun 45 SM, orang Romawi Kuno menggunakan siklus bulan untuk membuat kalender. Akibatnya, satu tahun hanya terdiri dari 355 hari. Setelah Julius Caesar jadi diktator Roma, dia berkonsultasi dengan astronom Sosigenes dan akhirnya mengubah kalender lama dengan kalender Julian.

Berbeda dengan kalender lama, kalender Julian menetapkan bahwa satu tahun terdiri dari 356 hari mengikuti siklus matahari. Namun, karena Bumi membutuhkan 356 ¼ hari untuk mengelilingi matahari, Julius menambahkan satu hari ekstra yang jatuh pada akhir Februari.

Satu hari ekstra ini hanya terjadi setiap empat tahun sekali yang kemudian dikenal dengan sebutan Tahun Kabisat. Kalender Julian digunakan hingga abad 16 sebelum akhirnya digantikan dengan kalender Georgian yang kita gunakan hari ini.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU