Renungan Harian Katolik, Minggu 15 Mei 2022: Kemuliaan Allah

Renungan Harian Katolik, Minggu 15 Mei 2022 berjudul: “Kemuliaan Allah“.

Renungan Harian Katolik, Minggu 15 Mei 2022 dikutip dari halaman website renunganlenterajiwa. Sebagai penulis A. Baju Nujartanto.

Hari Minggu Paskah V (P)

- Iklan -

Kis. 14:21b-27; Mzm. 145:8-9,10-11.12-13ab; Why. 21:1-5a; Yoh. 13:31-33a,34-35.

Renungan harian katolik hari ini: Kita baru saja mendengarkan awal dari pernyataan perpisahan Yesus dengan para murid-Nya dalam suasana perjamuan malam terakhir.

Ia menyatakan: « Sekarang tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan ». Ia akan kembali kepada Bapa melalui ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa.

- Iklan -

Renungan harian katolik hari ini mau mengingatkan akan ketaatan Tuhan kepada Bapa dengan mau mati pada kayu salib. Sebab Anak Manusia dimuliakan melalui salib itu sendiri.

Karena Anak Manusia dimuliakan, maka Allah dimuliakan di dalam Dia. Di situ terdapat persatuan antara Anak Manusia dan Allah.

Yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, karena Allah yang dimuliakan di dalam Anak Manusia akan memuliakan Dia di dalam diri-Nya.

- Iklan -

Pernyataan ini hanya menegaskan kesatuan antara Allah dan Anak Manusia.

Tampaknya kemuliaan yang ditawarkan dan diajarkan oleh Yesus kepada kita berbeda dengan kemuliaan yang dipahami oleh banyak orang zaman ini.

Kemuliaan Allah terletak pada kebaikan dan cinta-Nya. Allah mulia karena Ia menampilkan kebaikan yang penuh, kebaikan yang tiada syarat dan tak terhingga.

Renungan harian katolik hari ini mau mengingatkan akan cinta tak terhingga itu dilakukan Yesus dengan cara menebus dosa manusia agar manusia dapat menikmati hidup bahagia bersama Allah.

Renungan harian katolik hari ini mau mengingatkan akan karya penebusan itulah keadaan yang bagi manusia sebuah kehinaan, namun justru menampilkan kemuliaan.

Di situlah kemuliaan Allah tampak sepenuh-penuhnya. Karena kebaikan itu Allah dihargai setinggi-tingginya. Itulah kemuliaan Allah.

Baca Juga:  Ada 3 Jenis Ganjaran Orang yang Hadiri Salat Jumat

Dan bagaimanakah kita hendak menyelami proses pemuliaan ini?

Pertama-tama, kalau kita bercermin pada karya dari rasul Paulus dan Barnabas, kita bisa menyadari  bahwa aktivitas mereka yang ditandai dengan perjumpaan dengan orang-orang di berbagai tempat itu adalah ungkapan dan perwujudan cinta kasih itu sendiri.

Karena dalam setiap perjumpaan mereka berdua dengan orang-orang misalnya di Listra, Ikonium, pun di Anthiokia mereka mengungkapkan segala sesuatu yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka.

Lewat sharing yang menguatkan hati dan nasehat yang mengajak orang untuk bertekun dalam iman, kasih persaudaraan pun semakin tumbuh di antara jemaat-jemaat perdana gereja itu.

Hal meneguhkan pengalaman hidup dan perjuangan dalam kehidupan sungguh menjadi pernyataan sikap perhatian dan cinta itu.

Dan ini oleh kedua rasul tadi dipandang sebagai pintu masuk iman  bagi bangsa-bangsa lain. Justru dalam semangat yang mau saling meneguhkan itu, iman akan penyelenggaraan Tuhan semakin kuat dan membangkitkan kesadaran untuk semakin menegaskannya kepada sebanyak mungkin orang. Inilah semangat yang mau membagi kasih Tuhan kepada siapa saja.

Kedua, pemuliaan itu telah dinyatakan oleh Yesus sendiri lewat perintah baru yang disampaikan-Nya.

Adalah hal yang sudah nyata bagi kita bahwa kemuliaan yang didasarkan pada Kasih yang diwartakan Yesus adalah  kasih persaudaraan.

Kasih ini menjadi tanda kehadiran murid-murid Yesus di tengah dunia sebagai bentuk kesaksian hidup mereka.

Dalam sejarah, perjalanan sejarah kekristenan banyak kelompok orang Kristen telah mengambil kasih persaudaraan sebagai perhatian utama mereka.

Dan bagaimanakah kita sekarang di sini mau atau pun berkeinginan untuk mewujudnyatakannya juga dalam hidup kita sekarang ini?

Semangat kemuliaan yang diwartakan oleh Yesus kepada para murid-Nya adalah hal yang menjanjikan kebahagiaan abadi.

Harta kebaikan surgawi bertambah seiring semakin besar dan banyaknya cinta yang diperbuat di dunia.

Baca Juga:  Bersiwak dengan Odol Tidak Batalkan Puasa?

Itu artinya, ia memiliki kesempatan besar tinggal bersama Allah. Banyak orang telah mencapai kekayaan macam ini.

Banyak orang di dunia juga mengusahakan kemuliaan demikian semasih di dunia. Caranya, mengasihi sesama manusia sehabis-habisnya.

Banyak orang menggunakan harta miliknya, kekayaannya di dunia untuk mewujudkan hal mencintai sesama.

Dan ketiga, pemuliaan sedemikian ini mewujudkan apa yang menjadi ungkapan kitab Wahyu hari ini, bahwa Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.

Hal ini ditandai dengan langit dan bumi yang baru serta kehadiran kota kudus Yerusalem baru. Pernyataan sedemikian menjadi tanda akan arah dari setiap aktivitas memuliakan Allah.

Kesemuanya ini bukanlah hal yang memboroskan waktu akan tetapi menjadi jalan pembuktian bahwa kita memang merindukan saat kehadiran kemuliaan Allah itu.

Dalam semangat sedemikian ini maka kehidupan kita tidaklah menjadi semata-mata suatu kenyataan yang memilukan dan menggelisahkan, akan tetapi membuka kemungkinan bagi terbentuknya kehidupan yang baru.

Renungan harian katolik hari ini: Itulah kehidupan yang dinyatakan dalam wahyu rasul Yohanes. Suatu kehidupan dari mereka yang menghadirkan secara konkret sukacita dan kegembiraan kasih persaudaraan yang dapat menghapus segala air mata kesedihan dan maut tak akan ada lagi.

Karena yang hadir adalah kasih persaudaraan yang menjadi tanda kehadiran para murid Kristus.

Yesus sendiri telah menyatakan bahwa dalam kasih itu maka semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi” (Yoh.13:34)

Marilah Berdoa:

Ya Bapa, semoga kami senantiasa menghadirkan dan memuliakan hadirat-Mu lewat upaya dan usaha kami yang memancarkan tindakan cinta kasih. Amin.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU