Sadewo Sang Penari Kethek Ogleng

Matur suwun yo, Mas. Pasti Sadewo sangat senang mendengar kabar ini. Kalau begitu aku pamit dulu yo Mas, aku ingin mengabarkan Sadewo tentang kabar ini. Assalammu’alaikum,” pamit Ramadi.

***

Pertunjukan tari Kethek Ogleng dari Pacitan, Jawa Timur berhasil terpilih untuk ikut memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 di Istana Negara.

- Iklan -

Jutaan pasang mata akan menyaksikan pertunjukan tersebut baik secara langsung maupun dari layar kaca. Ide kreasi tari yang ditawarkan oleh Sadewo kepada para pelatihnya benar-benar akan diwujudkan.

Sadewo menawarkan ide berupa gabungan antara pertunjukan tari akrobatik, pencak silat dan drama yang akan sangat menghibur penontonnya.

Selama enam bulan sebelum hari mereka tampil, mereka berlatih dengan sangat keras. Mereka juga saling memberi saran agar pertunjukan mereka nanti semakin sempurna.

- Iklan -

***

Terlihat segerombolan Kethek Hitam yang diketuai oleh Ramadi sedang berbuat onar di mana-mana. Tampak mereka mengganggu para warga yang sedang bekerja.

Mereka mencuri pisang-pisang para pedagang, melempar-lempar bakul nasi milik ibu-ibu yang sedang lewat serta mengambil cangkul yang sedang digunakan oleh para petani. Mereka terlihat sangat asyik menjahili para warga.

- Iklan -

Puncak kejahilan mereka adalah saat mereka mengganggu anak-anak Kethek Putih yang masih kecil yang sedang bermain pada tiang-tiang bambu. Mereka mendorong salah satu anak Kethek Putih hingga akhirnya ia terjatuh dan menangis.

Anak-anak Kethek Putih lain langsung mengadu kepada Kethek Putih yang lebih dewasa dari mereka. Akhirnya datanglah segerombolan Kethek Putih yang dipimpin oleh Sadewo.

Sadewo dan Ramadi saling berkomunikasi sebentar menggunakan gerakan tubuh mereka yang diperagakan seperti gerakan kera. Sadewo meminta para Kethek Hitam untuk meminta maaf kepada para warga dan berhenti berbuat onar.

Namun, para Kethek Hitam menolak permintaan tersebut. Mereka malah mengajak Kethek Putih untuk beradu kekuatan saja.

Kethek Putih pun langsung berdiskusi. Setelah melakukan diskusi, akhirnya mereka menerima tantangan dari Kethek Hitam untuk saling beradu kekuatan. Dari sini dimulailah pertunjukan pencak silat yang dilakukan oleh para Kethek.

Para Kethek Putih mengeluarkan jurus-jurus yang luar biasa. Pukulan, tendangan dan bantingan semua telak menghantam tubuh para Kethek Hitam. Kethek Hitam tidak dapat membalas serangan demi serangan dari Kethek Putih.

Akhirnya, Kethek Hitam pun tidak mampu lagi menahan gempuran dari Kethek Putih. Beberapa lama kemudian mereka menyerah kalah dan kabur terbirit-birit.

Untuk merayakan kemenangan tersebut, para Kethek Putih menarikan tarian Kethek Ogleng yang diiringi oleh suara musik gamelan yang berbunyi “ogleng, ogleng, ogleng”. Mereka menari menitu gerakan kera yang lincah dan atraktif.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU