Hari Anak Nasional, Bunda Pustaka SD Negeri Borong Hadirkan Pendongeng Mami Kiko

FAJARPENDIDIKAN.co.id – “Di Hari Anak Nasional, anak-anak harus dibuat bahagia,” begitu kata pendongeng Mami Kiko.

Pendongeng yang tergabung dalam komunitas Dongkel Dinas Perpustakaan Kota Makassar itu, tampil dalam acara peringatan Hari Anak Nasional (HAN), yang diadakan SD Negeri Borong, Sabtu, 31 Juli 2021.

Hari Anak Nasional, setiap tahun diperingati pada tanggal 23 Juli. Namun di masa pendemi, perayaan yang biasanya meriah, diadakan secara sederhana dan terbatas. Mengikuti protokol kesehatan.

- Iklan -

Hanya beberapa anak dan pengurus Bunda Pustaka yang hadir di Perpustakaan Gerbang Ilmu SD Negeri Borong. Selebihnya mengikuti acara “Bercerita dan Parenting Bersama Mami Kiko” melalui zoom meeting.

Ketua Bunda Pustaka, Dian Friani, ketika memberikan sambutan mengucapkan selamat Hari Anak Nasional. Katanya, kegiatan ini sengaja dilakukan untuk berbagi cerita dan pembelajaran bagi anak-anak dan orang tua.

Sementara Rosmiaty, S.Pdi, memberikan apresiasi kepada Bunda Pustaka karena meski dalam suasana pandemi tetap bisa mengadakan perayakan hari anak.

- Iklan -

Rosmiaty, yang mewakili Kepala UPT SPF SD Negeri Borong, Dra Hj Hendriati Sabir, M.Pd, mengatakan bahwa anak merupakan pondasi negara. Kalau anak-anak diperhatikan sejak dini maka mereka akan jadi anak-anak yang tangguh, yang berkarakter dan punya budi pekerti yang baik.

Baca Juga:  Kegiatan Ramadan UPT SPF SD Inpres Perumnas

Mami Kiko dan bonekanya, Kiko, tak hanya membuat anak-anak tertawa, tapi juga orang tuanya. Mereka dibuat tergelak, mendengar dialog antara Mami Kiko dan Kiko. Misalnya, ketika Mami Kiko mengatakan, “Anak kecil itu mainnya belajar.” Lalu dibalas oleh Kiko, “Belajar main game.”

Pada bagian lain, Mami Kiko mengatakan, banyak manfaatnya belajar di rumah secara daring. Tapi yang tidak enaknya, kata Kiko, tidak ada uang jajannya. Celetukan ini disambut gerr anak-anak. Pesan-pesan penuh candaan itu rupanya disukai anak-anak. Sesekali ruangan penuh gelak tawa.

- Iklan -

Saat diberi kesempatan bertanya jawab, anak-anak dengan rasa ingin tahunya, menanyakan umur Kiko, berapa tahun. Ada juga yang tanya alamat Kiko, dan ingin tahu apakah Kiko, sholat atau tidak. Semua pertanyaan anak-anak itu tentu saja dijawab dengan guyon tapi mengandung pesan moral.

Anak-anak mengaku senang dengan cerita yang dibawakan Mami Kiko. Asysyafa, murid kelas 2, menyebut cara membawakan ceritanya lucu. Begitu juga dengan Awang, murid kelas 6. Kalila, tertarik dengan bonekanya, yang disebut bagus. Sedangkan Aisyah, murid kelas 2, menyebutnya seru.

Setelah bercerita, dilanjut dengan sesi parenting bertema komunikasi efektif dengan anak. Menurut Mami Kiko, oang tua sekarang dituntut selalu belajar karena akan jadi teman belajar anaknya. Katanya, anak-anak sekarang cerdas dan kritis. Mereka berani bertanya kalau ada hal yang menggelitik pikirannya.

Baca Juga:  Siswa MIN 3 Bone Antusias Ikuti Penyuluhan Bahaya Narkoba

“Kalau guru di sekolah mendidik berdasarkan kurikulum maka orang tua juga mestinya punya kurikulum yang jadi acuan dalam mendidik anak-anaknya,” papar Mami Kiko.

Orang tua, tegas Mami Kiko, mesti konsistensi mendidik anak. Kalau orang tua mau anaknya disiplin maka orang tua mesti mencontohkan disiplin itu seperti apa. Karena anak mengikuti apa yang dilihat dan dilakukan orang tuanya tanpa orang tua sadari.

Dicontohkan, anak-anak tidak bisa dilarang bermain handphone (HP). Apalagi anak-anak di era digital sekarang. Jadi, yang perlu dilakukan adalah memberikan pengertian tentang manfaat HP, apa yang boleh dilihat atau diakses, dan berapa lama bermain HP.

Penting bagi orang tua untuk mengenal potensi anaknya, apakah anaknya dominan otak kiri yang mengandalkan logika atau dominan otak kanan yang mengandalkan kreativitas. Diingatkan, tiap anak punya kecerdasan berbeda. Tugas kita sebagai orang tua memfasilitasi anak agar potensinya tumbuh dan berkembang, sesuai cita-cita yang diimpikannya.

Selain Bunda Pustaka dan guru SD Negeri Borong, peringatan hari anak ini juga dihadiri Kepala Perpustakaan Gerbang Ilmu, Saparuddin Numa, dan aktivis anak, Rusdin Tompo.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU