Hasan Sijaya: Seni Budaya Kita di Sulsel Tidak Kalah Dengan Daerah Lain

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, Moh. Hasan Sijaya, membuka acara Festival Tari Pakarena Turiolo dan Tunrung Rinci di Lantai Dua Gedung Layanan Perpustakaan Umum Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan, Kamis (13/8/2020). Acara ini dihadiri Ketua Dharmawanita Persatuan DPK Sulsel Ny. Haerati Hasan, Kepala Bidang Kearsipan Patarai A. Burhan GS, S.Sos.,M.M, Plt. Kepala Bidang Perpustakaan Nilma, S.Sos.,M.M, Founder dan CEO Kabar Grup Indonesia Upi Asmaradhana, Budayawan Yudisthira Sukatanya, Seniman dan Maestro Sinrili Syarifuddin Tutu dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya sesaat sebelum membuka acara ini Hasan Sijaya menjelaskan, hari ini kita menghadiri Festival tari Tunrung Rinci dan Tari Pakarena Turiolo yang Clasic. Kenapa diadakan festival ini, hanya semata-mata kita ingin membuat lagi gambaran kepada generasi muda kita, generasi milenial kita, bahwa orang main gendang itu tidak sembarang mainnya orang main pakarena itu tidak sembarang gerakannya, orang menari punya arti, punya makna. Gerakan-gerakannya memberi satu cerita bahwa gadis-gadis bugis Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja itu betul-betul punya adat, paham budaya, paham etika. Begitu juga pemukul gendangnya itu tidak serampangan, begitu keras dentuman gendangnya tetapi meliliki tetakanan-tekanan irama yang khas dan bermakna.

“Saya keliling, saya baru saja dari Yogya dan Semarang hanya ingin melihat sejauh mana mereka punya budaya, ternyata tidak kalajaki. Kita banyak terisi dengan prilaku dan budaya, kita terlahir dari leluhur kita yang cerdas, leluhur kita bukan orang ecek-ecek. Leluhur kita orang yang cerdas yang mampu menoreh membuat Aksara Lontaraq sehingga bisa menjadi sutu bacaan. Hanya orang yang cerdas yang bisa membuat hal yang seperti itu,” tegasnya.

- Iklan -

Oleh karenanya, lanjut Hasan Sijaya, hari ini menjadi suatu momentum bagi kita untuk membangun peradaban kita kembali, menceritakan kepada semua orang, memperlihatkan kepada semua khalayak bahwa kami di Sulawesi Selatan Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja, budaya kita tidak kalah dengan kalian.

“Siapa lagi yang akan mempromosikan budaya kita kalau bukan kita sendiri, siapa lagi yang akan memberikan penjelasan Tari Pakarena ini seperti apa kalau bukan dari kita sendiri. Oleh karena itu, di tempat ini kita bersatu untuk memunculkan peradaban kita kembali dan Festival Tari Pakarena Turiolo dan Tunrung Rinci ini rangkaian dari Festival Aksara Lontara,” ujar Hasan.

Kenapa peradaban ini melangkah dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, kata Hasan Sijaya, karena perlu kita pahami sama-sama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sekarang ini tidak ada batas-batas ruang tembok dan rak bukunya. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang membuat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan lebih luwes melakukan gerakan-gerakan ini, sehingga di setiap tempat bisa menjadi sudut baca kita.

- Iklan -

“Ini ruang layanan perpustakaan, ruang anda rumahnya para seniman dan budayawan, di mana para seniman dan seniwati bisa berkreasi setiap waktu dan tidak berbayar. Masih banyak lagi kegiatan lain yang akan kita buat yang lebih hebat dari ini dan saya berharap tahun depan kegiatan ini kita buat lebih besar langi. Kalau saat ini ada 17 sanggar yang iku, tahun depan paling sedikit 30 grup yang harus main,” tegas Hasan Sijaya.

“Juara satu, dua dan tiga bukan menjadi ukuran kemampuan seseorang, hari ini menjadi ukuran emosional kita membangun peradaban seni kita kembali, membesarkan peradaban seni kita kembali. Kita perdengarkan kepada semua orang bahwa kita besar dengan kesenian ini,” imbuhnya.

Gerakan budaya seperti ini, menurut Hasan Sijaya, tidak berhenti sampai di sini. Di pertengahan September nanti DPK Sulsel akan mengadakan Gempur Pustaka di dua kabupaten Toraja dan Toraja Utara dan ini melibatkan 9 kabupaten di daerah utara, dan banyak konten di dalamnya.* (naz)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU