Nestapa Ibu Pemulung di Makassar, Tak Dapat Bansos PSBB

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Junaisa (28), seorang pemulung di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, harus berjibaku mengais rejeki untuk bertahan hidup. Ancaman virus corona (Covid-19) tak dihiraukan demi mendapatkan kardus maupun botol bekas minuman kemasan dari tempat sampah. Dengan mendorong becak, ibu pemulung ini kerap mengajak anak yang salah satunya bayi berusia delapan bulan.

Masyarakat Bodetabek Untuk mendapatkan barang rongsokan, ia harus menempuh perjalanan hingga puluhan kilometer berkeliling Kota Makassar. Sesekali warga Jl Dangko, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar ini mendapat uang dari masyarakat yang simpati melihat kondisinya. “Saya dapat sehari Rp 20.000 hasil menjual barang-barang bekas. Uangnya dicukup-cukupkan untuk membeli makanan,” ujar Junaisa saat ditemui, Kamis (23/4/2020).

Meski demikian, dia tak malu dengan pekerjanya sekarang ini. Suaminya yang bekerja sebagai becak motor tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pandemi corona, kata dia, membuat suaminya sulit mendapatkan penumpang.   Dengan kehidupan yang sulit, mereka jarang tersentuh bantuan apapun dari Pemerintah Daerah.

Baca Juga:  Berbagi Kebaikan di Bulan Suci Ramadan

Terlebih, jelang pemberlakuan PSBB di Kota Makassar untuk memutus mata rantai Covid-19. “Tak ada bantuan yang kami dapat. Kami juga tidak terdata untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Adapun sembako biasanya diperoleh, dari orang-orang dermawan,” katanya.

Baca Juga:  Berbagi Kebaikan di Bulan Suci Ramadan

Diberitakan sebelumnya, jelang pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemkot Makassar menyalurkan 60.000 paket sembako kepada warga. Pejabat (Pj) Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb menjelaskan, masyarakat yang berhak mendapatkan paket sembako terlebih dahulu di data oleh ketua RT/RW. Setiap Kepala Keluarga (KK), lanjutnya, berhak mendapat paket sembako senilai Rp 500.000.

- Iklan -

“Pembagian pertama yang disalurkan secara door to door dan difokuskan utamanya bagi warga yang terdampak corona seperti pemulung, pengamen dan juga masyarakat yang dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja,” ungkap Iqbal kepada wartawan, Rabu kemarin. (WLD/*)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU