Beranda blog Halaman 33

Renungan Harian Kristen, Selasa, 21 Januari 2025: Merenungkan Kembali Perbuatan Allah

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Selasa, 21 Januari 2025 berjudul: Merenungkan Kembali Perbuatan Allah

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Yeremia 2:2

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Merenungkan Kembali Perbuatan Allah

Yeremia 2:2 – “Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.

Pengantar:

Apakah saya masih mengasihi Allah dengan menyala-nyala seperti pada mulanya atau saya hanya berharap Allah mengasihi saya dan selalu mengeluh karena banyak hal tidak terjadi sesuai dengan keinginan saya?

Renungan Harian Kristen, Selasa, 21 Januari 2025

“Beginilah firman Tuhan: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, ….” (Yeremia 2:2)

Apakah saya masih mengasihi Allah seperti pada mulanya, atau saya hanya berharap Allah mengasihi saya? Apakah segala sesuatu dalam hidup saya membuat hati-Nya bersukacita atau saya selalu mengeluh karena banyak hal tidak terjadi sesuai dengan keinginan saya?

Seseorang yang telah lupa akan harta kekayaan Allah tidak akan dipenuhi sukacita. Sungguh indah untuk mengenang bahwa Yesus Kristus mempunyai kebutuhan yang dapat kita penuhi — “Berilah Aku minum” (Yohanes 4:7). Berapa besarkah kasih yang telah saya tunjukkan kepada-Nya minggu lalu? Sudahkah hidup saya mencerminkan nama baik-Nya?

Allah sedang berkata kepada umat-Nya, “Kalian tidak mengasihi Aku lagi sekarang, tetapi Aku ingat akan masa kalian mengasihi Aku dahulu.” Dia bersabda, “Aku teringat … kepada kasihmu pada waktu engkau menjadi pengantin” (Yeremia 2:2).

Apakah kasih saya kepada Yesus Kristus sekarang masih meluap-luap seperti pada mulanya, ketika saya meninggalkan jalan saya untuk membuktikan pengabdian saya kepada-Nya? Apakah Dia pernah mendapati saya sedang merenungkan masa lalu, ketika saya hanya memedulikan Dia?

Masih seperti itukah keadaan saya sekarang atau saya telah memilih hikmat manusia di atas kasih sejati kepada-Nya? Apakah saya sedemikian mengasihi Dia sehingga saya tidak peduli ke mana pun Dia akan memimpin saya? Atau, apakah saya menimbang-nimbang berapa banyak kehormatan yang saya terima untuk pelayanan yang harus saya berikan kepada-Nya?

Sementara saya mengingat kembali hal-hal yang diperbuat Allah pada diri saya, saya mungkin juga mulai menyadari bahwa Dia tidak seperti dahulu biasanya kepada saya.

Bila ini terjadi, saya seharusnya membiarkan rasa malu dan hina yang ditimbulkan oleh perenungan tersebut dalam hidup saya, sebab hal itu akan mendatangkan dukacita rohani, dan “dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan …” (2 Korintus 7:10).

Demikian Renungan hari ini, Selasa, 21 Januari 2025 diambil dari Yeremia 2:2 yang mengisahkan tentang Merenungkan Kembali Perbuatan Allah dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.

500 Wartawan PWI Telah Mendaftar Ikut HPN Riau 2025

0

Lebih dari 500 wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari seluruh Indonesia telah mendaftar untuk berpartisipasi dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 yang akan diselenggarakan di Riau. Antusiasme yang tinggi dari kalangan jurnalis ini terlihat dari jumlah pendaftar yang terus meningkat sejak pendaftaran dibuka oleh PWI Pusat.

Ketua Umum PWI Pusat, Zulmansyah Sekedang, menyampaikan hal tersebut dalam rapat Panitia Pengurus PWI Pusat yang membahas persiapan HPN 2025 di Riau. Dalam keterangannya, Zulmansyah mengungkapkan, “Kami terus menjalin komunikasi intensif dengan Sekretariat Negara (Setneg) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI untuk memastikan kehadiran Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam peringatan HPN 2025 yang akan digelar di Provinsi Riau,” katanya di Jakarta, Senin (20/1).

Selain berkoordinasi dengan Setneg dan Kominfo, Zulmansyah juga menyebutkan bahwa PWI Pusat aktif berdiskusi dengan Dewan Pers dan konstituen lainnya untuk menyukseskan pelaksanaan HPN 2025. Salah satu hal yang sedang dibahas adalah tema HPN yang akan diusung, yakni “Pers Berintegritas Menuju Indonesia Emas.”

“Kolaborasi dengan Dewan Pers dan berbagai pihak terkait sangat penting untuk memastikan acara ini berjalan lancar, terutama dalam merumuskan tema yang relevan dengan perkembangan pers dan teknologi digital saat ini,” tambahnya.

HPN 2025 diharapkan tidak hanya menjadi peringatan tahunan, tetapi juga menjadi ajang refleksi bagi insan pers dalam menghadapi berbagai tantangan era digital, serta memperkuat peran pers sebagai pilar keempat demokrasi.

PWI optimistis acara ini akan menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan antar wartawan, sekaligus memperkuat profesionalisme dalam menghadapi dinamika dunia media yang terus berkembang.

“Antusiasme yang tinggi dari para wartawan yang telah mendaftar menunjukkan semangat dan kepedulian mereka terhadap kelanjutan profesi jurnalistik. Kami berharap HPN 2025 di Riau ini bisa menjadi ajang untuk membangun sinergi lintas sektor yang lebih baik,” ujar Zulmansyah.

PWI Pusat juga akan terus memberikan informasi terbaru mengenai rangkaian acara HPN 2025, termasuk detail mengenai pelaksanaan dan para pembicara yang akan hadir dalam peringatan tersebut.

Rangkaian kegiatan yang direncanakan untuk HPN 2025 di Riau antara lain Rakernas dan Seminar SIWO PWI, Sarasehan Pers bersama Forum Pemimpin Redaksi, Bakti Sosial Wartawan Indonesia bersama IKWI, Silaturrahmi Dewan Kehormatan PWI Se-Indonesia, Pameran Jurnalistik, Malam Keakraban Wartawan, dan masih banyak lagi. (Hum)

Pascasarjana Unifa Sosialisasi Program RPL di Kantor Bupati Takalar

0

Fakultas Pascasarjana Universitas Fajar (Unifa) kembali mengadakan sosialisasi Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan Program Reguler di Kantor Bupati Takalar. Acara sosialisasi ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Bapak PJ Bupati Takalar, Muhammad Hasbi.

Selain itu hadir juga Kepala BKPSDM Kabupaten Takalar, H Zulkarnaen; perwakilan ASN dari berbagai dinas, camat dan kepala badan di Kabupaten Takalar serta Dekan Fakultas Pascasarjana UNIFA, Mujahid Yunus; Wakil Dekan, Sri Gusty; Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Andi Vita Sukmarini dan Ketua Program Studi Magister Manajemen, Nurmadhani Fitri Suyuthi.

Dalam sambutannya, PJ Bupati Takalar, Muhammad Hasbi mengimbau agar semua ASN bisa mengikuti Program RPL yang ditawarkan oleh Pascasarjana Unifa. Dia juga menjamin salah satu Program Studi Pascasarjana Unifa, yakni Magister Ilmu Komunikasi Unifa adalah salah satu yang terbaik di Sulawesi Selatan.

“Terkhusus untuk Magister Ilmu Komunikasi, saya menjamin yang terbaik dan menawarkan konsentrasi yang pas dengan kebutuhan para pegawai, yaitu komunikasi politik.”

Hasbi juga membagikan pengalamannya saat menjalani perkuliahan di Unifa dengan menceritakan semua pelayanan civitas akademik yang sangat baik dan mempermudah informasi kepada mahasiswa.

Dekan Fakultas Pascasarjana, Mujahid dalam sosialisasinya menegaskan bahwa program RPL ini telah mendapatkan izin dari Direktorat Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi dan tetap diawasi dan diperiksa oleh lembaga SIERRA.

Perkuliahan tetap berproses secara legal sehingga program ini tidak perlu diragukan. Adapun kebutuhan perkuliahan akan diberikan kemudahan pelayanan dengan sistem online (hybrid) dan penyediaan tenaga pendidik yang profesional.

Sementara itu, Wakil Dekan Pascasarjana sekaligus Kaprodi MRIL, Sri Gusty memberikan informasi penting kepada para ASN yang hadir bahwa Program RPL bisa diikuti tanpa harus meninggalkan tempat bekerja serta Program RPL ini juga membantu bagi siapa pun yang belum menyelesaikan perkuliahan, bahkan yang pernah Drop Out (DO) untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan dengan waktu yang singkat.

Diharapkan dengan adanya Sosialisasi Program RPL yang dilakukan Pascasarjana Unifa mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM, dengan memberikan kemudahan dalam pengembangan karier aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Takalar. (*)

Renungan Harian Kristen, Senin, 20 Januari 2025: Apakah Anda Segar Menghadapi Semua Hal?

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Senin, 20 Januari 2025 berjudul: Apakah Anda Segar Menghadapi Semua Hal?

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Yohanes 3:3

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Apakah Anda Segar Menghadapi Semua Hal?

Yohanes 3:3 – Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”

Pengantar:

Kebenaran yang perlu disadari setiap waktu, menurut renungan hari ini, adalah sesungguhnya dilahirkan kembali “merupakan karya Allah yang misterius dan menakjubkan, seperti Allah sendiri.” “Dilahirkan kembali merupakan suatu awal yang lestari dan abadi.”

Bukan itu saja, karya Allah tersebut seharusnya “senantiasa memberikan kesegaran dalam pemikiran, pembicaraan, dan kehidupan — suatu kejutan bersinambung dari hidup Allah”. Lalu, pertanyaannya, mengapa sering tidak (sinambung)?

Renungan Harian Kristen, Senin, 20 Januari 2025

Terkadang kita merasa segar bugar dan berhasrat untuk menghadiri suatu kebaktian doa, tetapi apakah kita merasakan kesegaran yang sama saat menghadapi tugas biasa seperti menyemir sepatu?

Dilahirkan kembali oleh Roh sudah jelas merupakan karya Allah yang misterius seperti angin dan yang menakjubkan seperti Allah sendiri. Kita tidak mengetahui asal mulanya — hal itu tersembunyi jauh di kedalaman jiwa kita.

Dilahirkan kembali merupakan suatu awal yang lestari dan abadi. Peristiwa itu senantiasa memberikan kesegaran dalam pemikiran, pembicaraan, dan kehidupan — suatu kejutan berkesinambungan dari hidup Allah.

Rasa lelah dan bosan adalah satu tanda bahwa ada sesuatu dalam hidup kita yang menyimpang dari Allah. Kita berkata sendiri, “Aku harus melakukan hal ini.” Atau, “Wah, hal itu tak pernah dikerjakan.” Hal itulah tanda pertama dari rasa lelah dan bosan.

Apakah pada saat ini kita merasa segar atau merasa lelah, bosan, dan kebingungan berusaha mencari tahu tindakan yang harus dilakukan? Kesegaran bukanlah hasil dari kepatuhan, itu berasal dari Roh Kudus. Kepatuhan memelihara kita agar tetap “hidup di dalam terang, sama seperti Dia ada di dalam terang” (1 Yohanes 1:7).

Peliharalah dengan baik hubungan Anda dengan Allah. Yesus berdoa, “… supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita adalah satu,” tanpa rintangan antara kita dengan Dia (Yohanes 17:22). Jagalah agar segenap hidup Anda terus-menerus terbuka bagi Yesus Kristus. Jangan hanya berpura-pura terbuka kepada Dia.

Apakah Anda mendapatkan hidup Anda dari sumber selain dari Allah sendiri? Jika Anda bergantung pada sesuatu yang lain sebagai sumber kesegaran dan kekuatan Anda, Anda tidak akan sadar bila kuasa-Nya lenyap.

Dilahirkan kembali oleh Roh mempunyai lebih banyak makna daripada yang biasanya kita pikirkan. Dilahirkan kembali memberikan kepada kita penglihatan/visi baru dan menjaga kita tetap segar sepenuhnya untuk menghadapi semua melalui bekal (supply) kehidupan Allah yang tidak kunjung habis.

Demikian Renungan hari ini, Senin, 20 Januari 2025 diambil dari Yohanes 3:3 yang mengisahkan tentang Apakah Anda Segar Menghadapi Semua Hal? dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.

Catatan Ilham Bintang: Selamat Jalan Daeng Alwi Hamu

0

Meskipun sudah lama sakit akibat serangan stroke, lebih lima tahun lalu, kabar wafatnya Alwi Hamu, Sabtu (18/1) pagi tetap menyentak. Tiada lagi senior yang diwajahnya selalu tersungging senyum, dan tak pernah lupa meneriakkan yel khas Bugis Makassar Ewako!

Bukan hanya kepada teman-teman sekampung, tetapi juga kepada umumnya wartawan yang dia kenal. Ewako, dalam bahasa Bugis Makassar, artinya, ” lawan!”. Tepatnya, “tetap bersemangat”. Semangat besar seperti yang selalu tampak melekat dalam dirinya.

Husain Abdulllah, Juru bicara Wapres RI 10 dan 12 Jusuf Kalla, yang mengirimi saya kabar duka pertama kali kemarin pagi. Daeng Alwi, begitu sering saya menyapa almarhum, Tokoh Pers Sulawesi Selatan dan Raja Media di Indonesia Timur.

Ia mengembuskan nafas terakhir pukul 06:50 WIB di RS Pondok Indah, Puri Indah, Jakarta Barat.

Satu jam sebelum itu menurut cerita perawatnya, kondisi Daeng Alwi, drop sekali. Melalui alat kesehatan, HB tensinya terpantau hanya 50. Bersegeralah perawat dan anaknya melarikannya ke RSPI Puri Indah, yang hanya berjarak kurang dari dua kilometer dari kediaman almarhum. Di IGD, saat perawat mencoba memasukkan jarum infus, Daeng Alwi tak bereaksi.

Ternyata, Daeng Alwi, telah tiada. Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Padahal, Daeng Alwi sebenarnya, Jumat sore sudah pulang dari RSCM Kencana, Jakarta Pusat, setelah dirawat empat hari di sana.

Inspiring

Daeng Alwi sosok inspiring. Sebagai wartawan, pebisnis media maupun sebagai sahabat. Sukses besar sebagai Raja Media tidak membuatnya lupa diri. Ia tetap tampak bersahaja, bergaul dengan siapa saja, semua strata, junior maupun senior. Dari wartawan pemula hingga wartawan kelas langitan.

Saat melayat almarhum di Kamar Jenasah RS, saya mencoba mengingat-ingat kembali kenangan selama mengenal almarhum. Masih segar dalam ingatan saat Kongres PWI berlangsung di Solo 2018.

Di sela-sela istirahat makan siang, Alwi Hamu menghibur seluruh peserta kongres dengan menyanyikan beberapa lagi diiiringi organ tunggal. Alwi memang pandai menyanyi membawakan lagu-lagu hits dunia, juga lagu-lagu Bugis Makassar.

Sekejap saja ruang makan hotel gegap gempita dipenuhi tawa canda. Acara diakhiri dengan fofo-foto selfie yang dimotori emak-emak. Hari itu Daeng Alwi asli menjadi idola emak-emak. Di Kongres PWI Solo itu, Alwi bertahan sebagai anggota Dewan Penasihat PWI Pusat.

Menyanyi Bersama

Sewaktu terserang stroke pertama, saya bersama rekan Marah Sakti Siregar membesuknya di Paviliun Kencana, RSCM. Setelah kondisinya mulai membaik, kami kembali membesuk di rumahnya.

Waktu itu dia sudah bisa duduk di kursi, dan senyumnya tak lekang di wajah. Saya perdengarkan nyanyian dari ponsel dua lagu Makassar, “Anging Ma’miri”dan “Bori Minasa” yang ikut dinyanyikannya dengan semangat. Bismillah. Daeng Alwi sudah sembuh.

Saya mengenal Daeng Alwi jauh sebelum saya jadi wartawan. Puluhan tahun lalu, masih di Makassar. Sebagai wartawan, ia sebenarnya seangkatan dan bersahabat erat dengan kakak sulung kami, H Zainal Bintang. Tapi seperti disebut di atas, Daeng Alwi tidak mengenal strata junior maupun senior, semua kawan. Semua sahabat.

Saya ingat, suatu siang, jauh sebelum jatuh sakit, ia mengunjungi saya di kantor. Sekaligus mengundang pindahan rumah barunya di Komplek Puri Indah, Kembangan, Jakarta Barat.

Tidak lama setelah mendapat kabar duka itu bersama Marah Sakti Siregar, Pengurus PWI Pusat dan anggota Pokja Pendidikan Dewan Pers, kami melayat ke RS Puri Indah. Di kamar jenasah, lebih dulu tiba Wapres RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla bersama Ibu Mufidah JK, mantan Menkumham Hamid Awaluddin, kemudian menyusul mantan Menkominfo, Sofyan Jalil yang merupakan sohib Daeng Alwi. Semasa JK menjabat Wapres RI dua kali, Daeng Alwi memang menjabat Staf Khususnya.

Daeng Alwi mengawali karir di dunia jurnalistik di usia belia, masih berstatus mahasiswa. Pria kelahiran 28 Juli 1944 itu merupakan lulusan Sarjana Muda Teknik Universitas Hasanuddin.

Saat menjadi mahasiswa, ia aktif di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) wilayah Sulawesi Selatan sebagai Sekretaris Jenderal. Alwi Hamu dan rekan-rekannya menerbitkan surat kabar harian KAMI sebagai sarana mengekspresikan pendapat dan pandanganya.

Tahun 1972, Alwi Hamu mendirikan majalah Intim. bersama teman-temannya. Tidak lama kemudian ia bergabung di surat harian sore terbesar di Makassar, Harian Tegas. Posisinya sebagai Wakil Pemimpin Umum. Tapi cuma sebentar.

Alwi Hamu kemudian mendirikan surat kabar Harian Fajar (1981). Surat kabar inilah yang menjadi keberuntungannya lantaran perkembangannya yang amat pesat, melahirkan Group Media Fajar yang menggurita beranak cucu puluhan media di Indonesia Timur. Ia pun mendirikan Universitas Fajar (Unfa).

Diantar ratusan pelayat, keluarga, sahabat kerabat, pejabat termasuk JK, dan kalangan pers, Alwi Hamu dimakamkan Minggu (19/1) siang ba’da Dzuhur di Pemakaman Keluarga HM Jusuf Kalla, Jalan Ir Sutami, Patte’ne, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. Sebelumnya, jenasah almarhum disalatkan di Masjid Al Markaz Al Islami, dan disemayamkan sebentar di Graha Pena sebelum diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Selamat jalan Daeng Alwi. Rasanya masih terngiang-ngiang teriakan bersemangat, Ewako. (*)

Surat Terbuka untuk Pelatih Baru Kesebelasan Indonesia Patrick Kluivert

0

Oleh: Wina Armada Sukardi, Analis Sepak Bola

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Kehadiran Anda sebagai pelatih kesebelasan nasional Indonesia yang baru, terus diikuti dan disimak oleh sekitar 150 juta pengemar sepak bola Indonesia. Mereka “kepo” (ingin tahu) bagaimana kiprah dan hasil capaian coach dalam dua bulan terakhir ke depan.

Perlu Coach Patrick Kluivert ketahui, kedatangan Anda di Indonesia menimbulkan gaduh yang luar biasa di jagat sepak bola Indonesia. Kemunculan Anda begitu mendadak dan di tengah sanjungan tinggi kepada pelatih nasional Indonesia sebelumnya, Shin Tae-young menimbulkan kontraversi dan pro kontra, sampai sekarang.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Dari berbagai informasi dan keterangan yang diuraikan induk organisasi sepak bola Indonesia, PSSI, pelatih Shin Tae-young diganti bukan lantaran prestasinya yang buruk. Secara umum, di luar hasil terakhir kejuaraan AFF, prestasi Shin Tae-Young dinilai sebagian pengamat, wartawan, dan fans Indonesia, sangat bagus.

Pelatih asal Korea Selatan itu dipandang mampu menaikkan level permainan sepak bola Indonesia ke tingkat tinggi, mengubah dan memperbaiki budaya sepak bola Indonesia, menanamkan landasan profesional, serta mencatat berbagai raihan prestasi termasuk terakhir tembus ronde ketiga kejuaraaan dunia, dengan menempatkan kesebelasan Indonesia di posisi sementara ketiga.

Di tangan Shin Tae-young, tak ada lagi pemain yang berlaku seeenaknya dan tidak disiplin. Tanpa ampun, Shin Tae-young bakal memberikan sanksi berat kepada pemain yang tidak disiplin dan tidak taat aturan, termasuk sanksi tidak dipanggil lagi ke dalam tim nasional. Pemain jadi menyadari mereka harus disiplin.

Pelatih asal Korea Selatan itu juga menempa fisik pemain Indonesia ke taraf yang cukup prima. Dia mendorong limit ketahanan fisik pemain Indonesi untuk mampu bertanding lebih dari 2 X 45 menit secara konsisten melawan lelah.

Sebelumnya, fisik rata-rata pemain Indonesia hanya dapat tahan 45 menit babak pertama saja. Memasuki babak kedua, pemain Indonesia cepat kehabisan nafas dan oleh karenanya mudah kebobolan. Shin Tae-young mengubah hal itu.

Hanya saja, menurut PSSI, Shin Tae-young memiliki kekurangan pada aspek komunikasi dan ada kompleksitas yang tidak dapat ditangani Shin Tae-young dengan baik. Jadi, “pemecatan” Shin Tae-young sama sekali bukan urusan prestasi.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Oleh lantaran itu, kehadiran Anda menangani kesebelasan Indonesia, tiada lain dan tiada bukan, tidak boleh berada di bawah level prestasi kepelatihan Shin Tae-young. Apa pun alasannya, jika capaian Coach di bawah Shin Tae-young, maka cap atau lebeling buat Anda dalam menangani kesebelasan Indonesia, satu kata saja: gagal. Maka, Coach, sebuah keharusan prestasi Anda berada di atas Shin Tae-young.

Dalam praktek jangka pendek, sekaligus sebagai ujian penting, hal itu dapat diterjemahkan, kewajiban Coach Patrick Kluivert membawa lolos kesebelasan Indonesia masuk sebagai peserta kejuaraan dunia 2026. Target itu tanpa konpromi.

Jika Coach Patrick Kluivert tidak mampu menyandang beban dan tanggung jawab itu, mau tidak mau, suka tidak suka, Coach dimuarakan pada kesimpulan punya kemampuan atau kualitas di bawah Shin Tae-young. Dan pilihan terhadap Coach Patrick Kluivert dianggap publik sebagai sebuah blander.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Dalam jangka pendek, ukuran sukses Anda sederhana saja: meraup point sebanyak-banyaknya dalam empat pertandingan kejuaraan dunia yang akan datang, masing-masing melawan Australia (tandang), Bahrain dan China (kandang) dan Jepang (tandang).

Jika tidak mendapat point yang memungkinkan Indonesia lolos ke Piala Dunia, tak usah sakit hati, Anda akan menerima hujatan bertubi-tubi dari warga sepak bola Indonesia.

Sebaliknya, jika berhasil meloloskan kesebelasan Indonesia ke kejuaraan dunia, tak usah diminta, bakal mengalir puja-puji selangit kepada Anda. Coach Patrick Kluivert akan mengukir sejarah sepak bola Indobesia, yakni sebagai pelatih pertama yang berhasil membawa Indonesia menjadi salah satu kesebelasan yang mampu menembus kejuaraan dunia.

Coach Patrick Kluivert sejak dini perlu menyadari, fans sepak bola Indonesia termasuk yang “gila.” Mereka dapat bersikap ekstrim dalam keberpihakan maupun yang objektif. Jika mereka tak suka atau protes, mereka dapat menembus media sosial pribadi dengan ujaran permusuhan. Bagi yang tak tahan, akan mengalami stress dan bahkan depresi.

Sebaliknya jika mereka mendukung, selain puja-puji, mereka juga dapat ikut mempertahankan Anda dengan segenap daya upaya yang luar biasa.

Lewat uraian ini saya ingin mengingatkan kepada Coach Patrick Kluivert untuk siap menghadapi berbagai kemungkinan yang ada. Pengemar sepak bola Indonesia memang terkenal “gila.” Sukses akan disanjung setinggi langit. Gagal akan dicerca tanpa ampun.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Saya ingin mengingatkan, waktu Anda untuk melaksanakan tugas baru pertama di kesebelasan Indonesia teramat sangat singkat. Kata orang, waktunya, cuma dua bulan, padahal sebenarnya tidak lebih dari satu bulan saja.

Setelah Coach Patrick datang ke Jakarta 12 Januari lalu, dan tinggal beberapa hari di Indonesia, Coach pulang lagi ke Belanda. Anda bakal datang kembali ke Indonesia, awal Pebuari nanti.

Padahal tanggal 20 Maret Indonesia sudah ditunggu bertanding melawan Autralia di negeri Kangkuru tersebut. Ini berarti kesebelasan Indonesia harus berangkat dari Indonesia ke Australia sekitar seminggu sebelum pertandingan tersebut. Katakanlah sekitar tanggal 12-13 Maret.

Mengikuti akur jadwal ini, Coach sudah harus mulai mengumpulkan pemain untuk mengenal kemampuan, kualitas dan kerjasama pemain tim setidaknya dua minggu sebelum tanggal 12-13 Maret, atau berarti pada awal Maret.

Dari sebelum keberangkatan tanggal 12-13 Maret perlu pemahaman strategi dan saling pengertian. Sehebat apapun pemainnya membutuhkan waktu setidaknya seminggu. Maka waktu Anda mulai dari awal Maret itu.

Ketika Anda datang awal Pebuari, Anda masih harus memilah dan memilih pemain. Tak peduli pemain “lokal” atau pemain “naturalisasi.” Mungkin itu membutuhkan waktu dua minggu atau sampai pertengahan Pebuari. Itu berarti sesunggunya waktu Anda aktualnya untuk pertandingan pertama hanyalah dua minggu.

Demikian pula untuk pertandingan kedua, 25 Maret, melawan China, waktunya semakin sempit. Sehari setelah lawan Autralia, kesebelasan kita harus segera kembali ke Indonesia. Tiba di Indonesia 21, dan latihan ringan 22 Maret. Hanya ada dua hari persiapan melawan Bahrain, pada tanggal 25 sudah harus melawan China.

Dua pertandingan ini sangat menentukan kelanjutan “nasib” kesebelasan Indonesia, sekaligus CV karier kepelatihan Anda di Indonesia. Jika Indonesia cuma mendapat dua point dari kedua pertandingan itu, harapan lolos ke empat besar agak kecil, apalagi kalau cuma dapat 1 angka, lebih muskil lagi untuk lolos ke kejuaraan dunia tahun 2026. Maka dua pertandingan pertama amat menentukan, dan itu artinya waktunya sangat minim.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Terus terang saja, sempitnya waktu pengenalan dan persiapan menangani kesebelasan Indonesia, menimbulkan banyak pertanyaan pada kami, apakah dalam waktu sesingkat itu Anda dapat meramu kesebelasan Indonesia menjadi lebih tangguh dari kesebelasan Indobesia racikan Shin Tae-young.

Dengan lain perkataan, apakah dalam waktu sedemikian sempit dapat mengalahkan Asutralia dan Bahraiin? Lebih rinci lagi, mungkinlah kesebelasan Indonesia di bawah kepelatihan Coach Patrick Kluivert dapat seri lawan Australia dan menang melawan Bahrain dan meraih 4 angka.

Kalau ini tercapai, minimal masih ada harapan untuk maju ke ronde ke empat melakukan play off.

Bukanlah perkara mudah, Coach, mengganti pekatih di tengah proses yang sudah berjalan dan mendekati babak akhir. Contoh teranyar, Arab Saudi. Pergantian pelatih di tengah jalan dalam perebutan tiket ke kejuaraan dunia dalam group yang sama dengan Indonesia, tidak menghasilkan prestasi sesuai harapan. Saya ingin pula mengingatkan Anda Coach, tanpa totalitas, Anda hanya akan menambah sejarah kelam perjalanan kesebelasan Indonesia dan karier kepelatihan Anda sendiri.

Coach, karena Anda datang pada pertengahan proses, maka kepada Anda tidak berlaku lagi alasan Anda perlu dan memberi refrensi pentingnya proses pembentukan buat menghasilkan kesebelasan nasional Indonesia yang tangguh. Terhadap kasus Anda sudah langsung dituntut hasil.

Tegasnya, dari Coach Patrick Kluivert satu-satunya tuntutan dalam pertandinhan awal, adalah menang dan menang. Hanya jika Anda memberikan kemenangan dalam dua pertandingan pertama, Anda dapat diterima warga sepak bola Indonesia.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Perlu Coach ketahui, ekspektasi atau harapan terhadap Anda begitu besar. Sangat besar. Luar biasa besar. Jika Anda dapat memenuhi harapan itu, Coach pasti ditempatkan pada kedudukan sangat terhormat dalam gelanggang sepak bola Indonesi.

Sebaliknya seandainya gagal, jangan terkejut dan sakit hati, Anda bakal dihujani dengan cemohoan, caci maki atau hinaan serendah-rendahnya. Itulah yang oleh ketua umum PSSI, Erick Thohir, disebut sebagai “ konsukiensi” atas pilihan.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Pelatih kesebelasan Indonesia asal Belanda bukan barang baru. Anda merupakan pelatih Belanda keenam yang melatih kesebelasan Indonesia. Dari junlah itu hanya dua orang yang mempunyai cara melatih lumayan siginifikan bagi Indonesia.

Nama pertama dan yang utama yang perlu dicatat adalah pelatih Wiel Coerver. Dia tahun 1976 hampir saja membawa Indonesia lolos ke Olimpiade. Waktu itu belum ada ketentuan sepak bola Olimpiade diperuntukan hanya bagi tim U-23 plus tiga senior.

Indonesia kala itu, dalam pertandingan penentuan terakhir, hanya kalah adu pinalti dari Korea Utara. Tiga tahun kemudian Wiel Cover mempersembahkan mendali perak Sea Games. Dia memberikan kosntribusi lumayan bagi sepak bola Indonesia.

Hal itu tak mengherankan, karena Wiel Coerver pelatih dengan reputasi cemerlang. Dia pernah membawa Feyenoord juara Piala Europa 1975-1974 dan sempat menangani Roda JC, Sparta, hingga NEC Nijmegen.

Pelatih berikut Frans van Balkom. Dia menjadi arsitek Indonesia pada patahun 1978-1979. Van Balkon memperkenalkan sepak “jemput bola.” Dia mengajarkan dalam perebutan bola dan pasing, pemain jangan pasif menunggu bola, tetapi aktif “menjemput bola.” Selain “jemput bola” Van Blkom tak meninggalkan jejak berarti dalam sepak bola Indonesia.

Tiga pelatih berikutnya, masing-masing, Henk Wullems, (medali perak SEA Games 1997), Wim Rijsbergen dan Pieter Huistra tidak membawa hasil menonjol dan tidak meninggalkan legesi apapun.

Coach Patrick Kluivert yang terhormat,

Kini Anda pelatih keenam yang dengan berdebar dinanti hasilnya, apakah akan sama saja dengan pelatih asal Belanda lainnya, ataukah Anda lebih istimewa. Dibanding dengan pelatih-pelatih itu Anda punya keuntungan.

Kiwari sebagian besar pemain “naturalisasi” kesebelasan Indonesia berasal dari Belanda, dunia dan budaya serta pemain yang sangat Anda ketahui. Dengan begitu Anda harusnya sudah langsung punya jalinaan komunikasi dan pemahaman yang cepat, sesuatu yang tidak dimiliki pelatih-pelatih kesebelasab Indonesia asal Belanda.

Dengan begitu ada harapan besar Anda memberikan jauh lebih baik ketimbang mereka. Keunggulan ini diharapkan dapat membantu Anda membawa kesebelasan Indonesia pertama kalinya dalam era modern mampu mencatatkan nama dalam kejuaran dunia. Kami menenanti peluang itu dapat Anda wujudkan.

Coach, saya lihat manakala diperkenalkan pertama kali ke publik, Coach begitu percaya diri. Nah, kini kepercayaan diri itu dalam waktu dekat menghadapi ujian berat, apakah kepercayaan diri yang besar itu memang memiliki dasar yang kuat, ataukah sekedar kamuflase belaka.

Selamat bekerja. Ditunggu kabar hasil baiknya. Jabat erat. (*)

IN MEMORIAM: M Alwi Hamu, Pemimpin, Sahabat dan Pabrik Ide

0

Catatan: Syamsu Nur

H Muh Alwi Hamu, (80 thn) Hari Sabtu, tgl 18 Januari 2025. meninggal dunia di Rumah Sakit Puri, Jakarta Barat. Selama kurang lebih 4 tahun beristirahat di rumahnya, di Puri Kembangan Jakarta akibat sakit stroke yang dideritanya.

Pada kurang lebih beberapa bulan terakhir ini, Almarhum Alwi Hamu hanya menerima supply makanan lewat selang melalui perut. Almarhum sejak itu juga sudah tidak bisa berkormunikasi dan berbicara.

Isterinya Almarhum Haji Nuraeni Gani telah mendahuluinya dipanggil yang maha kuasa dua tahun yang lalu. Bersama isterinya H Nuraeni dikaruniai 6 orang anak. Saat ini anaknya menjadi pengendali perusahaan di Fajar group. Cucunya berjumlah 22 orang dan cicit sebanyak 5 orang.

Wartawan Sejak Mahasiswa

Alwi Hamu sejak tahun 1966 sudah terlibat di dunia jurnalistik. Bersama rekan seangkatannya, dalam suasana gerakan mahasiswa angkatan 66. Saat itu Alwi Hamu menjadi Ketua Ikatan Pers Mahasiswa Sulawesi Selatan.

Dibawa bendera IPMI diterbitkan koran mahasiswa KAMI Sulsel. Koran ini juga merupakan bagian dari organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia. Mottonya, menegakkan keadilan dan kebenaran.

Di Jakarta terbit koran Harian KAMI yang dipimpin Nono Anwar Makarim. Harian KAMI, memang mencoba membangun jaringan pemberitaan secara sederhana.

Koran KAMI Sulsel

Jiwa kepemimpinan Alwi Hamu sudah terlihat di Koran KAMi itu. Ide kreatifnya lebih menonjol. Dengan dana terbatas ia mampu menerbitkan koran mingguan KAMI dengan beritanya yang dianggap berani.

Karena itu, Alwi kadang berhadapan dengan petugas hukum. Alwi termasuk salah satu wartawan yang dihadapkan di pengadilan karena berita KAMI membela rakyat yang mendapat perlakuan tidak adil.

Alwi kemudian diputus hukuman penjara 2 tahun. Di tingkat banding perkara itu dideponir karena menggunakan pasal karet di KUHP yang masih menjadi bahan polemik di kalangan pakar hukum.

Pimpin Percetakan

Empat belas tahun kemudian, Alwi Hamu dipercayakan memimpin percetakan Bhakti, percetakan perusahaan daerah yang dikontrak HM Jusuf Kalla.

Alwi Hamu sahabat dekat Yusuf Kalla sejak di organisasi HMI sampai KAMI. Alwi dipercaya menjadi Direktur Percetakan Bhakti dibawah manajemen group NV Haji Kalla.

Koran Harian Fajar

Alwi kemudian makin menonjol jiwa Jurnalistik dan kewartawan-nya. Ia menerbitkan Harian Fajar yang kemudian menjadi koran terbesar di Indonesia Timur.

Gaya jurnalistiknya sebagai Penerbit Media sudah berubah. Bentuk perusahaan menjadi Perseroan Terbatas. Kebebasan pers juga lebih longgar.

Berkat kemajuan Harian Fajar, pernah tercatat sebagai koran terbesar di luar Pulau Jawa. Dan berkat kemajuan Fajar, telah berhasil membangun Gedung perkantoran, Graha Pena setinggi 19 lantai. Saat diresmikan pada tgl 7 bulan 7 tahun 2007, Graha Pena merupakan gedung tertinggi di kota Makassar. Bahkan di luar Pulau Jawa.

Kerja Sama Jawa Pos

Dalam perjalanan, Harian Fajar membangun kerja sama manajemen dengan Jawa Pos. Maka Alwi Hamu, selalu terbang ke mana-mana. Ada banyak Provinsi dan kabupaten dikunjungi.

Boleh dikata setiap 2 hari terbang naik pesawat lagi. Dalam suatu pertemuan, Jusuf Kalla sendiri mengaku kalah jam terbang dengan Alwi Hamu.

Alwi mengajak manajemen koran yang sulit berkembang, untuk bekerja sama. Sebagai Ketua Badan Pengembangan Jawa Pos, Alwi berkeliling Indonesia. Ia menggalang kerjasama media lokal dengan Jawa Pos group.

Terakhir sekitar 180 media baru diterbitkan dalam bentuk kerja sama manajemen. Kerjasama itu kemudian berkembang dengan sistem pemberitaan berjaringan. Setiap tahun manajemen media group ini selalu melakukan pertemuan evaluasi.

Perkembangan menunjukan pertumbuhan yang positif dan membanggakan. Kejayaan media berjaringan ini telah berlangsung sekitar 25 tahun dan tetap jalan baik saat ini.

Era Baru Jurnalistik

Kini era baru di dunia pers, muncul. Para pimpinan media saat ini melakukan langkah berubah. Di Era digital ini muncul tantangan baru. Rumus ramuan yang dulu dicptakan Dahlan Iskan, yaitu media berjaringan

bersama Alwi Hamu juga ikut terdesak. Maka konsep baru diciptakan. Yaitu sistem konfergensi antara media cetak dan media elektronik dicetuskan.

Konsep ini diterapkan juga di semua media Fajar group. Saat ini Fajar group sudah memiliki 25 media yang tersebar di wilayah Indonesia Timur.

Media memang sudah berubah. Media online tumbuh bagai jamur. Bersaing ketat. Bahkan ada yang menjuluki persaingan “gila-gilaan”.

Ada yang berhasil dan lebih banyak yang jalan ditempat bahkan tertatih-tatih. Inilah yang disebut “hidup enggan. mati tak mau” telah dialami banyak media cetak.

Tapi bagi generasi penerus Fajar, sangat konsekuen dengan ide baru ini. Generasi baru penerus di Fajar, tetap bertahan dengan ide “konvergensi media”.

Gaya Alwi Hamu yang selalu mencari “jalan keluar” bisa mengatasi kesulitan di era baru jurnalistik ini. Gaya yang pantang menyerah dengan banyak akal, menjadi senjata yang ampuh.

Yang jelas para pencari berita, yang pernah bernaung di bawah “payung” Alwi Hamu, ada juga yang mulai berpikir jalan pintas. Mencari dunia baru dalam melanjutkan karirnya. Namun semangat baru yang muncul di generasi pelanjut tetap jalan dan membuahkan hasil.

Alwi Hamu, dalam usia 80 tahun telah meninggalkan kita semua. Dunia kewartawanan merasa kehilangan. Karya besar Alwi Hamu susah digambarkan kekuatannya. Hasil karyanya telah mampu melambung tinggi.

Kini Alwi sudah tidak ada. Karyanya sebagai pemimpin, sahabat dan pabrik ide, sulit kita temukan duanya. Idenya yang banyak itu tetap menjadi motivasi , kenangan dan tetap relevan sebagai penyemangat masa kini.

Banyak kadernya yang karirnya tumbuh bersamanya, juga tidak pernah berhenti berkarya di era baru ini. Mereka, para penerusnya tidak pernah juga berhenti berdoa atas keselamatannya menuju sang penciptanya. Bagaimana pun juga gaya kepemimpinannya yang bersahabat, yang menyalurkan banyak ide-ide dan selalu menganjurkan kata semangat yang tidak pernah menyerah, tetap dipegang teguh para penerusnya.

Mereka telah ikut bekerja diliputi suasana kebersamaan yang melahirkan innovasi tiada henti. Itulah kenangan yang tak bisa terlupakan dari seorang pemimpin M Alwi Hamu.

Semoga Allah meredhai selalu, pemimpin dan sahabat kita semua. Ya Allah sambutlah kedatangannya. Bukakanlah pintu selebar-lebarnya baginya. Maafkan dosa dan kesalahannya. Terimalah arwah Alwi Hamu di sisiMu ya Allah. (*)

Renungan Harian Kristen, Minggu, 19 Januari 2025: Penglihatan (Visi) dan Kegelapan

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Minggu, 19 Januari 2025 berjudul: Penglihatan (Visi) dan Kegelapan

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Kejadian 15:12

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang Penglihatan (Visi) dan Kegelapan

Kejadian 15:12 – Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.

Pengantar:

Renungan hari ini memberikan pertanyaan kepada kita, “Adakah saya mengandalkan kekuatan lahiriah? Atau, sudahkah saya belajar untuk tidak mengandalkan keyakinan pada diri sendiri dan pada saudara Kristen yang lain?

Apakah saya menaruh kepercayaan pada buku-buku, doa-doa, atau kesukaan lainnya dalam hidup saya? Atau, sudahkah saya menaruh keyakinan saya kepada Allah sendiri, dan bukan pada berkat-berkat-Nya?”

Renungan Harian Kristen, Minggu, 19 Januari 2025

Apabila Allah memberikan penglihatan atau visi kepada seseorang Kristen, hal itu seolah-olah Dia (Allah) meletakkan orang tersebut dalam “naungan tangan-Nya” (Yesaya 49:2). Kewajiban orang kudus adalah diam/teduh sambil mendengar. Ada suatu “kegelapan” akibat dari terlampau banyak cahaya — itulah saatnya untuk mendengarkan.

Kisah Abram dan Hagar dalam Kejadian 16 adalah contoh yang sangat baik tentang mendengarkan “nasihat bijak” selama masa kegelapan, dan bukannya menantikan Tuhan mengirim terang-Nya.

Bila Tuhan memberikan penglihatan kepada Anda, kemudian disusul kegelapan, nantikanlah. Allah akan mewujudkan penglihatan itu dalam hidup Anda asalkan Anda mau menantikan waktu yang ditentukan-Nya.

Jangan sekali-kali berusaha membantu Allah untuk menggenapi perkataan-Nya. Abram melewati tiga belas tahun (dalam) kesunyian, tetapi selama tahun-tahun tersebut semua rasa kesanggupan diri atau “self sufficiency”-nya dihancurkan.

Dia bertumbuh meninggalkan titik ketergantungan pada akal sehat atau penalarannya sendiri. Tahun-tahun kesunyian itu merupakan masa disiplin, bukannya suatu masa Allah tidak berkenan kepadanya.

Tidak perlu berpura-pura bahwa hidup Anda penuh dengan sukacita dan keyakinan. Nantikanlah Tuhan dan perkuat landasan Anda di dalam Dia (lihat Yesaya 50:10-11).

Adakah saya mengandalkan kekuatan lahiriah? Atau, sudahkah saya belajar untuk tidak mengandalkan keyakinan pada diri sendiri dan pada saudara Kristen yang lain? Apakah saya menaruh kepercayaan pada buku-buku, doa-doa, atau kesukaan lainnya dalam hidup saya? Atau, sudahkah saya menaruh keyakinan saya kepada Allah sendiri, dan bukan pada berkat-berkat-Nya?

“Akulah Allah yang Mahakuasa — El Shaddai, Allah pemilik segala kuasa” (Kejadian 17:1), kata firman Tuhan. Alasan mengapa kita semua didisiplin adalah supaya kita mengenal bahwa Allah itu nyata.

Sekali Allah menjadi nyata bagi kita, dibandingkan dengan apa atau siapa pun akan tampak kalah atau pudar, hanya menjadi bayang-bayang dari kenyataan. Tidak ada perbuatan atau perkataan orang percaya lain yang akan pernah menggoyahkan orang yang dibangun berlandaskan Allah.

Catatan: Bagian pengantar dan kutipan mutiara kata di atas ini tidak termasuk bagian dari teks asli My Utmost for His Highest, tapi merupakan tambahan untuk memperkaya.

Demikian Renungan hari ini, Minggu, 19 Januari 2025 diambil dari Kejadian 15:12 yang mengisahkan tentang Penglihatan (Visi) dan Kegelapan dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.

Obituari HM Alwi Hamu: “Rupert Murdoch” dari Timur itu Telah Tiada

0

Oleh: M Dahlan Abubakar

Pagi hari Sabtu (18/1/2025), berbagai grup whatsapp (WA) menginformasikan berita duka. Bapak HM Alwi Hamu berpulang ke rakhmatullah di Rumah Sakit Puri Indah Jakarta Barat sekitar pukul 06:50 WIB, Sabtu (18/1). Setelah disemayamkan di Jakarta, jenazah Pak Alwi akan diterbangkan ke Makassar dan direncanakan dimakamkan Ahad (19/1). Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun.

Di rumah sakit, Pak M Jusuf Kalla (JK) melayat mendiang Pak Alwi, JK adalah teman sepermainan Pak Alwi ketika menjadi mahasiswa, meskipun keduanya berbeda umur 2 tahun. Pak JK kelahiran Watampone, Bone, 15 Mei 1942, Pak Alwi lahir di Parepare 28 Juli 1944.

Naluri media di dalam diri Pak Alwi muncul sejak SMP lalu berlanjut saat SMA. Dia menerbitkan majalah stensilan. Kegiatan berurusan dengan terbit menerbit ini berlanjut hingga saat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi yang mempertemukannya dengan Pak JK. Darah media Alwi berlanjut di organisasi mahasiswa Islam Indonesia. Dia menerbitkan “IDJO Itam Berdjoang”, nama media yang disontek dari warna logo HMI.

Ketika terjadi gerakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Pak JK dan Pak Alwi berkolaborasi lagi. Pak JK waktu itu menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Unhas dan berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana, sementara Pak Alwi yang menjadi mahasiswa Teknik Unhas kandas di tengah jalan.

Pasalnya, ketika gerakan mahasiswa 1966 ini, Pak JK dan Pak Alwi menerbitkan surat kabar yang namanya juga menyontek organisasi kesatuan aksi mahasiswa itu, KAMI. Di surat kabar ini, Pak JK menjabat ketua dan Pak Alwi sebagai Sekretaris.

Raja Koran dari Timur

Nama ini, bukan sosok yang asing di belantara tanah air. Apalagi di kalangan pebisnis media. Figur Muhammad Alwi Hamu, identik dengan Rupper Murdock, raja media global. Kini, media di bawah polesan tangan dingin Alwi Hamu sudah menjaring laba-laba di seluruh tanah air.

Kisah keterlibatan Alwi Hamu dalam bisnis media meniti jalan panjang. Awal perkenalannya dengan dunia jurnalistik pun bermula sejak sekolah dasar. Ketika masih duduk di kelas 2, dia nekad ikut abangnya yang sekolah di Makassar.

Bermodalkan pendidikan setinggi itu, tidak ada yang dapat dilakukannya. Alwi kecil tinggal di sebuah kantor perusahaan. Usia boleh muda, tetapi tuntutan zaman mengharuskan dia bekerja. Jadilah dia diperbantukan pada bagian pemasaran perusahaan.

Tugasnya kala itu tidak populer. Bahkan dapat dikatakan, tak memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Saban hari tugasnya adalah membersihkan lantai seluas 700 meter persegi.

Tidak hanya itu, dia juga harus ke pasar. Selesai tugas tersebut, pekerjaan tidak berakhir. Tugas memasak menunggu. Soalnya, hasil pekerjaannya ditunggu enam orang yang tinggal bersama dia.

Alwi ternyata tidak betah di Makassar. Dia memutuskan mengikuti orang tuanya balik ke Parepare. Kebetulan, orang tuanya memiliki toko. Di kota niaga inilah, Alwi melanjutkan pendidikan sekolah dasarnya. Dia termasuk anak cerdas. Terbukti, selagi duduk di kelas 5 sudah ikut ujian masuk ke sekolah menengah pertama (SMP) dan lulus.

Pendidikan lanjutannya dia sambung di Rappang. Di kota itu, dia tinggal bersama kakeknya yang kebetulan imam desa. Mujur juga, tinggal bersama sang kakek juga memenuhi keinginannya belajar agama.

Baru setahun di Rappang, Alwi hengkang ke Parepare lagi. Ternyata ada perkembangan baru setibanya di kota ini. Naluri jurnalistik dan bisnisnya mulai merekah. Ini bertambah lagi setelah berkenalan dengan seorang bernama Salim Said (almarhum, Prof Doktor, Duta Besar, mantan wartawan Majalah Tempo dan pengamat militer serta dosen). Bersama dia, Alwi menerbitkan majalah stensilan. Ya, sekelas buletinlah.

Nanti di SMA Alwi berkenalan dengan Andi Makmur Makka, yang dalam perkembangan terakhir tokoh ini menjabat Direktur Habibie Centre dan Pemimpin Redaksi Harian Republika. Keduanya menerbitkan majalah dinding.

Kesenangannya menjadi penulis, dia lanjutkan ketika memasuki perguruan tinggi. Pada tahun 1965 dia tercatat sebagai salah seorang mahasiswa Fakultas Teknik Unhas. Daya tarik media kian mengental. Darah medianya pun berlanjut ketika Alwi memprakarsai penerbitan media saat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), “Idjo Itam Bersdjoang” itu.

Guna memperdalam kemampuan jurnalistiknya, Alwi mengikuti pendidikan di Kursus Wartawan Mekar pimpinan YM Mewengkang tahun 1961 di Makassar Bermodalkan sertifikat kursus wartawan inilah, semangatnya mendirikan media kian kencang. Akhirnya, dia mendirikan Harian KAMI Edisi Sulsel pada tahun 1966.

Mingguan KAMI tidak lain adalah media perjuangan mahasiswa. Namun di belakang hari, mingguan ini diberangus pemerintah menyusul kasus Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974. Alasannya, KAMI dianggap perpanjangan tangan dan suara mahasiswa.

KAMI tidak hanya berbuah dibredel, tetapi Alwi Hamu sebagai pemimpin redaksinya pun berurusan dengan hukum. Dia pernah diganjar vonis enam bulan lantaran menggunakan hak tolak media.

Selaku pemimpin redaksi dan penanggung jawab, dia menolak menyebut sumber dalam sebuah berita yang diturunkan ketika jadi pesakitan di persidangan. Itu memang dilindungi oleh Kode Etik Jurnalistik. Sampai ke liang kubur pun wartawan harus menjaga hak tolak ini, kecuali untuk kepentingan keamanan negara.

’’Dia dituduh menghina penguasa di depan umum,’’ kata Alwi Hamu seperti dikutip Koran PWI Sulsel, edisi II Maret 2009.

Setelah Mingguan KAMI ’’dimatikan’’ oleh Orde Baru, Alwi Hamu banting stir. Dia melirik dunia usaha. Namun semangatnya sebagai seorang pekerja pers, tetap melekat pada dirinya. Biar kemampuan menulisnya tidak hilang, sesekali waktu dia menulis buku dan diterbitkan oleh Bakti Baru, percetakan yang dia pimpin.

Selepas memimpin Mingguan KAMI (1967-1974) — suratkabar yang terbit ketika awal Orde Baru – belasan tahun Alwi istirahat di dunia media. Dia kemudian terlibat aktif ketika bersama Harun Rasyid Djibe, S Sinansari ecip, menghadirkan Harian Fajar pada 1 Oktober 1981. Fajar sendiri berawal dari Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Harian Ekspres yang dipimpin Harun Rasyid Djibe.

Sempat juga M Alwi Hamu menerbitkan sebuah majalah yang diberi nama Majalah Intim antara tahun 1979-1985. Majalah itu kemudian terkubur dengan sendirinya, begitu harian Fajar mulai mampu menggeliat dan berjalan normal hingga kondisinya seperti sekarang.

Kisah kehadiran Fajar pun bermula, ketika awal tahun 80-an, Ekspres dililit kesulitan finansial (defisit) yang berimplikasi pada kondisi ketidakteraturan terbit. Pemiliknya, Harun Rasyid Djibe, mencari investor dan menjalin kemitraan dalam mengelola perusahaan.

HM Alwi Hamu – yang ketika itu memimpin Percetakan Bakti Baru — berminat menanam investasinya. Keduanya mengajukan permohonan Surat Izin Penerbitan Suratkabar Ekspress. Permohonan tersebut dikabulkan Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika Departemen Penerangan RI dan nama harian mengalami perubahan menjadi harian Fajar.

Sejak Fajar lahir, Alwi Hamu berada pada posisi puncak memimpin harian ini. Namun, regenerasi juga terjadi secara internal dan alamiah. Sembari berkeliling tanah air membuka jejaring media di beberapa daerah, pria kelahiran Pangkajene Sidenreng 28 Juli 1944 ini, memberi kesempatan kepada kader muda memimpin Fajar. Hingga sekarang, kepemimpinan redaksional di Fajar silih berganti.

Di bawah kepemimpinannya, Fajar yang sempat terseok-seok, mampu melewati titik “break event point” setelah bergabung dalam Jawa Post Group. Perusahaan pers Jawa Timur itulah yang menginjeksi Fajar hingga mampu mandiri. Bahkan, tidak hanya mandiri, Fajar Media Group kini sudah memiliki sejumlah media.

Alwi Hamu, termasuk salah seorang figur yang meraih sukses tanpa gelar. Memang ada gelarnya, Sarjana Muda Teknik Unhas (1967), tetapi tidak pernah melekat di namanya. Gelar ini pada masa itu memang sangat keren.

Bukan karena gelarnya, melainkan kemampuan dan kompetensi mereka yang menyandang gelar setingkat ini sudah tidak diragukan lagi berkiprah dalam dunia nyata/di lapangan sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Suami H Nuraini ini, termasuk dapat digolongkan sebagai komunitas Bill Gates, jutawan pemilik dan pencipta Microsoft. Pada jejeran nama tanpa gelar yang sukses besar tersebut ada nama-nama lain seperti, Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), H Agus Salim, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), M Anwar Ibrahim (mantan Wakil/PM Malaysia), Abdullah bin Auf, Abuya Ashaari, M Natsir, Hasan Al Banna, Anne Rufaidah, Kol Sanders, dan Siti Nurhaliza.

Mereka adalah orang-orang yang telah mencatatkan dirinya mampu meraih sukses besar tanpa embel-embel yang terakhir-terakhir ini diburu dan digilai banyak orang. Gelar terkadang diperoleh secara instan.

Sepertinya hidup ini tidak afdal tanpa gelar, hingga harus diburu dan dikejar untuk memperpanjang nama. Alwi Hamu – meski dia mampu – tak silau dengan orang yang memburu gelar.

Mungkin ada yang bertanya, sukses apa yang diraih Alwi Hamu hingga dapat disejajarkan dengan mereka? Kita tidak dapat menafikan, tanpa ayah lima anak ini, Harian Fajar tidak akan sebesar sekarang.

Bukan cuma itu, tanpa anak pasangan H Muh Syata dan Hj Ramlah ini, Media Fajar Group tidak bakal mampu melebarkan jejaring di berbagai daerah di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian timur. Melahirkan media-media baru yang eksis maupun di Kawasan Timur/ Indonesia dalam frame Fajar Group.

Alwi Hamu menyelesaikan pendidikan SD, SLTP, dan SLTA di Parepare. Pada tahun 1965 dia masuk Fakultas Teknik Unhas. Pada masa inilah dia bergaul dengan beberapa aktivis yang kemudian mengantar dirinya berkenalan dengan dunia pers. Pergaulan persnya itu didukung pengetahuan teori jurnalistik yang pernah ditimbanya melalui Kursus Kewartawanan “Mekar”.

Meskipun gagal melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Unhas hingga usai, Alwi Hamu lebih banyak menjalani pendidikan singkat dan nonformal. Misalnya saja, pada tahun 1970, dia mengikuti pendidikan Sub Editor Course di Kuala Lumpur, Malaysia.

Empat tahun kemudian mengikuti Project Apraisal Course yang dilaksanakan di Unhas. Setahun kemudian di Unhas juga, dia mengikuti Minout Indonesia Course (1975).

Pada tahun 1976, dia memperoleh kesempatan mengikuti Workshop Penerbit Buku di Bangkok. Dia harus mengikuti lokakarya tersebut dalam kapasitasnya sebagai salah seorang yang mengelola percetakan dan penerbit buku. Percetakan ‘’Bakti Baru’’ termasuk penerbit yang rajin menerbitkan berbagai buku produk lokal Sulawesi Selatan antara tahun 70-an.

Soal pendidikan atau kursus maupun seminar dan lokakarya mengenai pers, sudah tidak terhitung banyaknya dia ikuti. Mungkin hampir sama banyaknya dengan posisinya sebagai pembicara tentang pers di berbagai daerah di Indonesia.

Setelah Fajar terbit, selain menempati posisi Pemimpin Umum/Redaksi (sejak 1981), sosok yang tahun 2004-2009 menjadi staf ahli Wakil Presiden RI, M Jusuf Kalla itu juga menjabat Direktur Utama PT Media Fajar (sejak 1983).

Lalu menjadi Komisaris PT Dharma Nyata (sejak 1991), Ketua Yayasan Suara Maluku, sebuah koran yang diterbitkan di Ambon tahun 1991. Dalam kaitan dengan jaringan Jawa Pos Group, Alwi Hamu juga dipercaya sebagai Komisaris PT Suara Nusa Mataram, sebuah koran harian yang terbit di ibu kota Nusa Tenggara Barat. Jabatan yang sama juga dia pangku di Harian Semarak Bengkulu.

Di Sulsel sendiri, jaringan Faja Group ini sudah menyebar. Selain Fajar, Ujungpandang Ekspres, Intim Golo dan Berita Kota Makassar di Makassar, di beberapa daerah terbit koran baru. Misalnya, Ajattappareng, Pare Pos, Palopo Pos, Radar Sulbar, Radar Bone, Radar Bulukumba, Fajar Pendidikan, Fajar TV, Fajar FM, dan Negarawan yang terbit di Jakarta.

Alwi juga jeli melirik perkembangan dunia kerja. Guna mendukung media-media yang baru dibangunnya, dia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Fajar. Lembaga pendidikan ini, tidak hanya berkiprah di media di bawah Fajar Group, tetapi juga di media-media elektronik jaringan ibu kota. Stikom kini menjadi Universitas Fajar (Unifa) dan menempati kampus di bekas gedung Fajar Jl Racing Centre.

Masih ada tiga lembaga pendidikan lain yang didirikan Alwi, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Nitro, Akademi Pariwisata, dan Akuntansi. Keempat lembaga pendidikan itu, kini bernaung di bawah Unifa yang pernah dipimpin rektor Prof Dr H Halide dan Prof Drs Adly AD, MPA.

Orang selalu mengaitkan sosok ini dengan kualitas wartawan. Betapa tidak, jika ada 10 orang wartawan terbaik, setidak-tidaknya ada sembilan bekas polesan tangan Alwi. Jurnalis andal tidak hanya sekarang baru dilahirkan, tetapi sejak dulu.

Masih ingat dengan nama Syahrir Maula, Andi Syahrir Makkuradde, Thamrin Ely (dari Maluku), Syamsu Nur, Ronald Ngantung (Wapemred Tribun), dan Abdullah Hehamahua (mantan Penasihat KPK). Mereka ini merupakan lepasan almamater Pendidikan Pers yang dilaksanakan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) yang diketuai Alwi (1967- 1971). Pada dekade 1980-an, muncul nama Aidir Amin Daud, Syukriansyah S Latief, Waspada Santing, Mappiar, Suwardi Tahir, dan beberapa nama lainnya.

Dalam organisasi kemasyarakatan, Alwi Hamu tercatat sebagai Ketua Umum Bahumas Kosgoro Sulsel (1981-1989), Direktur Confederation ASEAN Journalists (CAJ) yang berkedudukan di Bangkok, Wakil Ketua Umum Kadin Sulsel (1994/1996) dan Ketua Umum PWI Sulsel (1993-1997).

Di samping posisi itu, beliau juga pernah menjadi anggota Dewan Penasihat KNPI Sulsel 1981-1985, Badan Pekerja Kongres (BPK) PWI Pusat Sulsel (1985-1988). Alwi Hamu menjadi anggota biasa PWI sejak tahun 1970.

Kesibukannya sebagai jajaran manajemen Jawa Post Group kini kian diperberat lagi dengan posisinya sebagai Staf Ahli Wakil Presiden RI. Dia termasuk salah seorang pendidik Jawa Pos News Network (JPNN) selain sebagai Direktur Utama Fajar Group.

Posisi itu diraihnya, karena pada tahun 2003/2004, dia termasuk salah seorang anggota tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung kala itu, SBY-JK. Sayang, pasangan ini terhenti setelah lima tahun bersama.

Saya terakhir bertemu Pak Alwi setelah sakit pada tanggal 15 Maret 2019 pada salah satu hotel di Jakarta. Saya dan Dr Tammasse MHum, hadir di hotel itu karena memenuhi undangan panitia peluncuran buku Tanri Abeng berjudul “Pelajaran Bagi Bangsa”.

Pak JK juga hadir, Pak Alwi pun ada. Saya sempat mewawancarainya. Pak Alwi selalu saja memiliki cerita yang menarik kalau bertemu saya. Mungkin maklum saya termasuk ‘tentara yang selalu membawa senjata” (baca: jurnalis yang siaga satu).

Saat mulai bercerita, saya mencabut alat perekam yang selalu tersembunyi di kantong celana kiri. Ya, seperti yang pembaca lihat dalam foto yang sangat fenomenal ini. Selamat jalan, “Rupert Murdoch” (pemilik News Corporation paling berpengaruh di dunia) dari Timur itu telah tiada. Semoga amal ibadah diterima di sisi-Nya. Amin. (Penulis, wartawan senior dan Sekretaris PWI Sulsel 1988-1992, tinggal di Makassar).

Renungan Harian Kristen, Sabtu, 18 Januari 2025: “Itu Tuhan!”

0

Renungan Harian Kristen hari ini, Sabtu, 18 Januari 2025 berjudul: “Itu Tuhan!”

Bacaan untuk Renungan Harian Kristen hari ini diambil dari Yohanes 20:28

Renungan Harian Kristen hari ini mengisahkan tentang “Itu Tuhan!”

Yohanes 20:28 – Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”

Pengantar:

Renungan hari ini menekankan dua bahaya kehidupan kristiani yang harus kita waspadai. Pertama, kita “memanfaatkan Dia untuk memuaskan kita”, berlawanan dengan tujuan Allah memanggil kita. Bahaya kedua, hal-hal dari dalam diri kita — bukan dari luar — yang menyaingi kesetiaan kita kepada Yesus Kristus. Bagaimanakah seharusnya?

Renungan Harian Kristen, Sabtu, 18 Januari 2025

“Kata Yesus kepadanya, “Berilah Aku minum.” (Yohanes 4:7) Betapa banyak di antara kita yang mengharapkan Yesus Kristus memuaskan dahaga kita. Padahal kitalah yang seharusnya memuaskan dahaga-Nya! Kita seharusnya mencurahkan hidup kita, menyerahkan seluruh hidup kita, bukannya malah memanfaatkan Dia untuk memuaskan kita.

“Kamu akan menjadi saksi-Ku ….” (Kisah Para Rasul 1:8) Hal itu berarti hidup dalam pengabdian yang murni, tanpa kompromi, dan tanpa dibatasi apa pun bagi Tuhan Yesus. Kehidupan semacam itu akan memuaskan Dia ke mana pun Dia mungkin mengutus kita.

Waspadalah terhadap apa pun yang menyaingi kesetiaan Anda kepada Yesus Kristus. Saingan terbesar dari pengabdian sejati kepada Yesus Kristus adalah pelayanan yang kita lakukan untuk Dia. Lebih mudah melayani daripada mencurahkan segenap hidup kita bagi-Nya.

Tujuan panggilan Allah adalah kita memuaskan Dia, bukan sekadar berbuat sesuatu bagi-Nya. Kita tidak diutus untuk bertempur bagi Allah, melainkan untuk dipakai oleh Allah dalam pertempuran-Nya.

Apakah kita lebih mengabdi pada pelayanan ketimbang mengabdi kepada Yesus Kristus sendiri?

Demikian Renungan hari ini, Sabtu, 18 Januari 2025 diambil dari Yohanes 20:28 yang mengisahkan tentang “Itu Tuhan!” dan disadur dari Renungan Oswald Chambers//alkitab.mobi.