Beranda blog Halaman 3338

Sejarah Teragedi Korban 40 Ribu Jiwa Bak Terulang Pada Pilkada Sinjai

0
Ilustrasi Pilkada

Sinjai. FAJARPENDIDIKAN.co.id– Kalangan warga masyarakat Sinjai memandang ada sisi kesamaan antara keputusan Ketua KPU Sinjai pasca Pilkada serentak 2018, dengan tragedi pembunuhan massal korban 40 ribu jiwa di masa silam. Bagaimana bisa ?

Jika menilik sejarah tragis yang pernah terjadi di Sulawesi Selatan (Sulsel), pasukan Westerling dikomandoi Kapten KNIL Reymond Paul Pierre Westerling beranggotakan 123 orang tentara Belanda, melalui aksi pembersihannya yang digelar selama lima bulan menimbulkan efek komulatif korban jiwa 40 ribu orang yang tidak bersalah.

Sementara jika menilik fenomena yang terjadi pada pilkada serentak tahun 2018 di kabupaten Sinjai, meski hanya dikendalikan lima orang komisioner yang dipimpin, Muh. Arsal Arifin, KPU setempat selama lima bulan juga melaksanakan tahapan pelaksanaan pilkada, juga menimbulkan korban 40 ribuan suara yang dibatalkan padahal pemilik suara itu bukan pemilih yang bermasalah.

Dibatalkannya 40 ribu suara pemilih di kabupaten Sinjai itu lantaran pemilih tersebut memilih pasangan nomor urut 2 (baca: dua, red), H. Sabirin Yahya-Andi Mahyanto Massarappi, yang telah di diskualifikasi melalui keputusan KPU Nomor: 77/PL.03.02-Kpt/7307/KPU-Kab/VI/2018 tanggal 26 Juni 2018 tentang Pembatasan Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Sinjai 2018, sehari sebelum hari pemungutan suara.

Pasca paslon H. Sabirin Yahya-Andi Mahyanto Massarappi tagline BERSAMA tersanksi diskualifikasi, KPU tidak berkesempatan lagi untuk mengadakan kertas suara baru sehingga foto dan nama paslon itu masih tetap terpajang di kertas suara. Namun sayangnya KPU juga tidak menindaklanjutinya dengan mengumumkan di TPS-TPS ihwal diskualifikasi itu sehingga pemilih tidak mengetahuinya dan tetap memilihnya. (berita terkait: http://www.komandoplus.com/2018/07/panwaslu-sinjai-seharusnya.html)

Kejadian itu kemudian menuai kecamatan dan protes serta tuntutan dari kalangan warga, tokoh masyarakat, dan aktivis yang mendesak agar dilakukan pemilihan suara ulang (PSU), sebab proses pilkada Sinjai itu dinilai cacat prosedur dan cacat hukum sehingga tidak sah. (berita terkait: http://www.komandoplus.com/2018/07/aktifis-dan-tokoh-minta-kpu-sinjai.html?m=1)

Karikatur
Namun meski rentetan desakan dan tuntutan agar dilakukan PSU, tampaknya KPU Sinjai enggan untuk bergeming. Bahkan melalui rekapitulasi perhitungan suara yang dilakukannya per tanggal 7 juli 2018 justru membatalkan 43 ribu suara, termasuk di dalamnya suara pemilih Paslon 2, dimana sebelumnya suara tersebut dianggap sah di tingkat TPS hingga tingkat kecamatan.

KPU terlihat bersikap lebih memilih untuk pihaknya digugat hukum dari pada mengakomodir dan memenuhi desakan dan tuntutan warga masyarakat yang mengnginkan PSU.

Jika melihat visi dan misi Komisi Pemilihan Umum, maka kemelut dan polemik hasil Pilkada Serentak 2018 di kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan (Sulsel) dipastikan tidak terjadi jika penyelenggaranya legowo menyadari terjadinya kelalaian.

KPU mempunyai visi untuk Menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum yang Mandiri, Profesional, dan Berintegritas untuk Terwujudnya Pemilu Yang LUBER dan JURDIL. Sedangkan misinya adalah :

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan yang efektif dan efisien, transparan, akuntabel, dan aksesibel;

2. Meningkatkan integritas, kemandirian, kompetensi dan profesionalisme penyelenggara Pemilu dengan mengukuhkan kode etik penyelenggara Pemilu;

3. Pengaturan di bidang Pemilu yang memberikan kepastian hukum, progesif, dan partisipatif;

4. Peningkatkan kualitas pelayanan Pemilu untuk seluruh pemangku kepentingan;

5.Meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam Pemilu, Pemilih berdaulat Negara kuat.

6. Optimalisasi kemajuan teknologi informasi dalam penyelenggaraan Pemilu.

Jika membandingkan antara visi dan misi KPU dengan fenomena yang ada, maka layak membenarkan sindiran warga masyarakat kalangan pemilih kabupaten Sinjai yang menyebut jauh panggang dari api.

Keengganan KPU mengakomodir tuntutan warga untuk PSU seiring dengan adanya kecurigaan warga yang mencurigai adanya oknum yang mengalami “masuk angin” sehingga menderita “Flu berat”.

Soal sebutan masuk angin itu, kalangan dokter puskesmas menjelaskan, orang yang mengalami masuk angin cenderung mengalami flu. Dan orang yang menderita Flu berpotensi mengalami sakit kepala, pusing, demam, dan lemas.

“Makanya orang yang flu berat karena masuk angin itu tidak bisa berpikir secara efektif karena pusing dan sakit kepala, serta tidak mampu bekerja secara maksimal karena tubuhnya lemas tidak bertenaga,” jelas dokter.

Untuk diketahui, pilkada serentak 2018 kabupaten Sinjai dimenangkan pasangan calon nomor urut 1, A. Seto Gadhista Asapa – A. Kartini Ottong tagline SEHATI dengan komposisi perolehan suara :

– Paslon nomor urut 1, A. Seto Gadhista Asapa-A. Kartini Ottong tagline SEHATI : 51.157 suara.
– Paslon nomor urut 2, H. Sabirin Yahya – A. Mahyanto Massarappi tagline BERSAMA : 0 suara
– Paslon nomor urut 3, Takyuddin Masse – Mizar Roem tagline TAKBIR : 42.824 suara

– Jumlah seluruh suara sah : 93.981
– Jumlah suara tidak sah : 43.049
– Total jumlah suara: 137.030

Ustaz Maddolangen, seorang tokoh agama warga setempat menilai apa yang dilakukan oleh KPU dengan membatalkan suara sebanyak sekitar 43.000 itu secara tidak langsung menzolimi masyarakat.

“Menghilangkan suara rakyat yang tidak bermasalah sebanyak 43 ribu, sama halnya menzalimi rakyat yang sebanyak itu. Maka hak demokrasinya harus dikembalikan,” kata Ustaz Maddolangen.

Sedangkan salah seorang mantan kepala desa di kabupaten Sinjai yang minta tak disebut namanya menganalogikan bahwa 43 ribu suara yang dibatalkan di perekapan KPU itu, laksana mengingatkan pada kejadian masa lampau tragedi korban 40.000 jiwa.

“Kejadian ini yang 43 ribu suara dibatalkan oleh KPU, sama halnya dengan tragedi korban 40 ribu jiwa yang lalu, sama 40 ribuan korbannya,” ungkapnya.

Ketua KPU kabupaten Sinjai yang dikonformasi secara tertulis, patut dan layak, meski telah dijelaskan bahwa penjelasan konfirmasi Ketua KPU itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat kabupaten Sinjai, namun hingga berita ini naik posting, Ketua KPU, Muh. Arsal Arifin, tidak memberikan jawaban.

Sumber: http://www.komandoplus.com/2018/07/efek-pilkada-sinjai-laksana-pengulangan.html?m=1

Keluh Dosen UIT Yang Haknya Diselewengkan Oleh Pemilik Yayasan

Ketua Yayasan UIT, H Haruna

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id—Isu tentang berbagai problematika pendidikan memang tidak pernah ada akhirnya. Seperti halnya yang terjadi pada Perguruan Tinggi Swasta, Universitas Indonesia Timur (UIT) yang oleh Kemenristek Dikti statusnya dihitamkan.

Masalah pelik yang melilit pada PTS ini memang merugikan banyak pihak, mulai dari mahasiswa, orang tua para mahasiswa hingga tenaga pendidik yang mengabdikan diri sebagai dosen di UIT. Seperti halnya yang dialami oleh Zulkifli SH, seorang dosen tetap di UIT Makassar yang setelah mengabdikan diri beberapa tahun belakangan mendapatkan perlakuan yang sangat tidak terpuji, ia dipecat dan mendapat upah yang tidak sesuai dengan peraturan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Zulkifli SH, tidak hanya mengeluhkan persoalan pengupahan. Ia juga sangat menyayangkan sikap pemilik yayasan UIT, H Haruna yang dipandang apatis.
“Sangat disayangkan sebagai tokoh Pendidikan H Haruna tidak menghadiri panggilan penyidik. Ketidakhadiran H Haruna dalam panggilan kedua pemeriksaan Penyidik Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai tersangka pelaku Kejahatan Pengupahan dengan ancaman hukuman penjara selama lima tahun adalah bukti nyata bahwa H Haruna adalah perbuatan yang sangat disayangkan,” kata Zulkifli SH.

Ia melanjutkan, semestinya Sebagai tokoh Pendidikan, perbuatan H haruna sangat tidak layak untuk ditiru atau menjadi contoh teladan bagi yayasan yang dipimpinnya. Menurutnya, sebagai Ketua Yayasan Universitas Indonesia Timur (UIT) dan wakil ketua Umum Bidang Dana Dan Pembangunan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta pusat (APTISI) seharusnya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.

Senada akan hal tersebut, Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Agustinus Appang, menginformasikan, bahwa ketidakhadiran H Haruna dalam panggilan kedua ini telah di teruskan Ke Polda untuk panggilan ketiga.

“Kalau kita melihat pasal 19 ayat 2 KUHAP maka H Haruna akan dilakukan penangkapan, apabila hal ini terjadi, maka ini adalah hal yang sangat memalukan, namun mengerjakan hal memalukan mungkin sudah biasa bagi H Haruna karena Proses hukum yang telah berjalan selama ini adalah hal yang sangat memalukan,” katanya.

Berikut beberapa pelanggaran yang dilakukan , antara lain :
1. Menggaji Dosen dibawah standar.
2. Tidak Membayar THR Dosen sesuai ketentuan.
3. Tidak mendaftarkan dan Membayarkan iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenaga
Kerjaan Dosen UIT.
4. Ketidakjelasan Penggunaan Dana Pembayaran Mahasiswa dan pengelolaan dana
Yayasan.
5. Membeli Asset Hotel dan dan Mall yang tidak jelas peruntukannya untuk yayasan
sementara gaji dosen tertunggak pembayarannya dan itupun dibawah standar.

Ditambah lagi adanya laporan Dari seseorang berupa surat salinan putusan fonis H. Haruna. Yang mengatakan bahwa Pemilik Yayasan UIT tersebut telah menjalani hukuman penjara selama lima tahun.

“Ada seseorang yang kami tidak tau mengirimkan surat kepada kami yaitu berupa salinan Putusan yang memfonis H Haruna, yaitu Penjara 5 tahun yang mana seatahu kami H Haruna tidak pernah menjalani hukuman penjara, hal ini sangat aneh mengapa sampai sekarang putusan ini tidak di eksekusi oleh jaksa,” tuturnya.

Hal ini pun pernah ia tanyakan kepada pihak yang berwenang namun belum mendapat jawaban yang jelas.

“Pernah kami tanyakan hal ini kepada Kasi Datun Kejari Makassar, Ahmad Idrak namun kemudian ia mempertemukan kami dengan Kasi Pidsus Kejari Makassar dan akan meneliti hal ini namun sampai sekarang kami belum mendapatkan info selanjutnya tentang hal ini meskipun telah kami tanyakan berkali-kali. Sangat memalukan dan mengerikan selama ini kami di pimpin oleh seorang narapida. Penjahat yang tidak pernah tobat, pantas saja kami sebagai DOSEN UIT diperlakukan seperti ini.”

“Sangat disayangkan bila aparat penegak hukum seperti Disnaker maupun dari Polda SulSel ataupun Kejaksaan bisa dipermainkan oleh orang seperti H Haruna contoh seperti Disnaker Kota Makassar yang tiga kali dipanggil oleh kepala Dinas Ketenagakerjaan kota Makassar yang mana panggilan tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Dinas yang merupakan Perpanjangan Tangan Walikota Makassar tidak pernah mau digubris panggilannya,” jelasnya.

Akhirnya Pelaku Pemalsuan Sertifikat UNM Dibekuk Aparat

Ilustrasi Sertifikat Palsu

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Sekali lagi, nama baik Perguruan Tinggi Negeri di Makassar ternoda karena ulah dari alumninya sendiri yang melakukan transaksi jual beli sertifikat Diklat Bahasa Inggris/ Toefl palsu  Universitas Negeri Makassar, kepada beberapa orang wanita yang hendak mendaftarkan diri sebagai tenaga staff di Universitas Negeri Makassar (UNM).

Awalnya, Eka Noor Aris (32 tahun), pelaku bertemu dengan perempuan R, ZH, F dan S. Kemudian ia mengaku bekerja sebagai  staff administrasi di UNM. Dari pertemuan itu, para korban diiming-imingi bahwa pihak UNM akan menerima pagawai bagian administrasi dengan beberapa persyaratan, diantaranya: Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Curriculum Vitae (CV), surat lamaran kerja serta empat sertifikat yang wajib ada diantaranya Roefl, E-Learning, SPSS dan Macromedia Flash.

Dan karena korban tidak memiliki sertifikat-sertifikat tersebut, pelaku pun manawarkan kepada korban untuk bisa mendapatkan sertifikat dengan biaya antara Rp 1,2 juta hingga 1,5 juta. Singkat cerita, akhirnya pelaku dan korban pun kembali bertemu untuk menyerahkan sertifikat tersebut sesuai kesepakatan.

Namun, aksi jual beli sertifikat palsu UNM ini tidak berjalan lama. Setelah mendapat sertifikat palsu dari Eka Noor Aris, para korban menggunakannya untuk melamar pekerjaan di UNM. Dimana saat itu, pihak UNM secara tegas menyampaikan bahwa tidak ada rekrutment staff administrasi dan UNM tidak pernah mengeluarkan sertifikat tersebut.

Kasus ini pun sudah ditangani oleh aparat kepolisian setempat  dan  pelaku juga telah diamankan. Kepala Bagian Humas UNM, Burhanuddi mengatakan, dengan adanya kasus ini tentu saja telah mencedari instansi apalagi pelakunya tak lain adalah alumni dari UNM.

“Pasti sangat merugikan tapi kan sudah di tangani oleh aparat kepolisan, kedepannya kita akan lebih menjaga keamanan instansi apalagi di persoalan administrasi dan surat menyurat. Kita berharap kasus seperti ini tidak terulang lagi.” Katanya.

Lestarikan Budaya Baca, ITS Bangun Kampung Literasi

Anak-anak yang mendapatkan donasi buku dari ITS Surabaya (FOTO:Ist.)

 

Surabaya,FAJARPENDIDIKAN.co.id -Ramainya pemakaian gawai (gadget) pada anak- anak saat ini menyebabkan minat baca mereka semakin menurun. Untuk menanggulangi hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersiap mengembangkan sebuah Kampung Literasi.

Dengan mengelola lima wilayah Taman Baca Masyarakat (TBM), program ini turut menjadi bentuk pengabdian ITS pada masyarakat sekitar.

Ketua pelaksana, Dr Kartika Nuswantara SPd MPd menjelaskan, program yang bernama Kampung Literasi sebagai laboratorium pembelajaran sepanjang hayat ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Pusat Studi Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM)-LPPM ITS, Perpustakaan ITS dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.

Program yang akan dilaksanakan selama lima minggu dan dimulai pada 16 Juli ini memiliki tujuan untuk mendorong terjadinya pembiasaan masyarakat terhadap aktivitas membaca berbagai jenis teks atau wacana, serta melakukan pemberdayaan TBM sesuai dengan kebutuhan.

Sehingga diharapkan kegiatan ini akan menjadi cikal bakal terbentuknya laboratorium belajar di TBM kawasan sekitar ITS.

Sesuai usulan Perpustakaan Kota Surabaya, lima TBM yang dikelola yaitu TBM RW 3 Keputih, TBM Kelurahan Kejawan Putih Tambak, TBM Rusunawa Keputih, TBM RW 4 Kejawan Putih Tambak, dan TBM RW 1 Gebang Putih. Sedangkan kegiatan pertama sekaligus menjadi acara pembuka dimulai di TBM RW 3 Keputih.

“Tim pengabdi yang terdiri dari dosen, karyawan, mahasiswa lintas departemen di ITS tersebut akan melakukan pendampingan literasi kepada sekitar 100 anak usia 7-12 tahun,” papar perempuan berkacamata tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, tim pengabdi ITS juga memberikan sejumlah donasi berupa karpet, papan tulis, perlengkapan majalah dinding, kipas angin, paket buku baru, serta buku bekas layak baca yang merupakan sumbangan civitas akademika ITS.

“Anak-anak terlihat sangat bersemangat membaca buku-buku donasi dari ITS,” tambahnya.

Berbeda dengan pengabdian yang dilaksanakan di kawasan Dolly tahun lalu, Kampung Literasi ITS ini menekankan pada pembudayaan membaca nyaring.

Hal ini dilakukan untuk membuat kegiatan yang menyenangkan guna melatih kebiasaan mendengar pada anak, meningkatkan kejelasan pelafalan membaca, sekaligus membangun interaksi antar kedua pihak.

“Jika silent mereka pasti sibuk sendiri, sedangkan read aloud minimal dua orang yang melakukan,” jelas dosen bahasa Inggris itu.

Kartika, sapaan akrabnya, menambahkan, selain itu membaca nyaring dinilai penting untuk membentuk dan menanamkan nilai moral pada anak. Meyakini prinsip lebih cepat lebih baik, membaca nyaring akan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk menyimpan informasi di memori jangka panjang.

“Dengan begini kita sebagai orang tua akan melatih mereka menjadi generasi yang lebih baik,” tuturnya.

Untuk menumbuhkan kecintaan pada TBM yang semakin meredup, Kampung Literasi pun didukung oleh program reproduksi cerita. Di sini pengunjung yang mayoritas anak-anak itu akan membaca, menceritakan dan kemudian menuliskan cerita baru sesuai dengan informasi yang mereka terima. Selain itu direncanakan ITS ikut andil dalam membantu penerbitan karya tersebut.

“Ini bisa mendorong perasaan bangga usai menghasilkan karya,” ucap wanita asal Surabaya tersebut.

Program yang berhasil mengumpulkan 500 buku sumbangan dalam sebulan ini juga berkesempatan memamerkan karya yang telah diterbitkan pada kegiatan open house Perpustakaan bulan September nanti. Untuk memeriahkan acara tersebut mereka juga akan mengunang salah satu komunitas menulis di Surabaya.

“Agenda open house nanti ada pameran novel anak, pemberian hadiah pada karya terbaik juga cerdas cermat untuk anak,” pungkasnya.

Reporter : Ahadri

Pelepasan Sejumlah Mahasiswa Unhas Mengikuti ENJ di Pulau Sembilan

Acara pelepasan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) yang diberangkatkan ke Pulau Sembilan, Sinjai.(Foto: Ist.)
Acara pelepasan peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) yang diberangkatkan ke Pulau Sembilan, Sinjai.(Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim, Dr Ir Safri Burhanuddin, DEA secara resmi melepas peserta Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas) yang akan berangkat ke Pulau Sembilan Sinjai, di Aula Prof Syukur Abdullah FISIP Unhas Senin (16/7/2018).

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua LP2M Unhas, Prof Dr Ir La Ode Asrul, MP dilanjutkan dengan pelepasan secara simbolik oleh Deputi IV. Acara diakhiri dengan pembekalan oleh Ketua Panitia ENJ se-Indonesia, Kadis Parawisata dan Kebudayaan Sinjai dan Camat Pulau Sembilan Sinjai.

Dalam sambutannya, Burhanuddin menyampaikan Ekspedisi Nusantara Jaya merupakan sutu bentuk kehadiran negara dalam membangun pulau-pulau terluar yang disalurkan melalui mahasiswa dari Universitas-Universitas pilihan.

“Di sana banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, kehadiran mahasiswa disana diharapkan dapat membantu menggali potensi yang ada agar keadaan semakin lebih baik,” terangnya

Lokasi yang menjadi sasaran Tim ENJ Unhas mendapat dukungan besar dari pria asal Sinjai Selatan tersebut karena mengaku memiliki pengalaman berharga di sana.

“Saya berharap agar Tim ENJ Unhas dapat menggali permasalahan yang ada di sana dan memberikan solusinya. Agar nantinya masyarakat dapat mandiri,” harapnya.

“Pulau Sembilan merupakan tempat yang memiliki kekayaan ikan berlimpah. Saya masih ingat betul tahun 1988 pada saat saya kesana, kami menikmati ikan yang berlimpah, hanya dengan menggunakan lampu strongking kita dapat menombak ikan di malam hari pada saat air surut,” kenangnya.

Ia juga mengatakan sampai saat ini sampah merupakan permasalahan utama yang telah banyak merusak ekosistem.

Untuk itu, Burhanuddin menantang peserta ENJ Unhas agar mampu mengatasi permasalahan tesebut. “Saya akan datang di sana ketika ada perubahan besar yang mampu diperbuat oleh tim ENJ Unhas,” tantangnya.

Sementara itu, Kadis Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Yuhadi Samad, M Si memaparkan sejarah Sinjai dan potensi parawisata yang ada di Sinjai. Secara khusus dipaparkan rencana pembangunan parawisata yang ada di Pulau Sembilan, mahasiswa diharapkan mampu besinergi.

Terakhir pembekalan diisi oleh Camat Pulau Sembilan, A Adityawarman AP, S STP., M Adm KP yang menanggapi pengalaman Burhanuddin terkait perkiraannya mengenai kondisi Pulau Sembilan.

“Pulau Sembilan Sinjai tidak sama dengan tahun 1988. Pulau Sembilan yang sekarang telah mengalami krisis ekosistem akibat penggunaan alat tangkap ilegal (bom dan bius). Sekarang orang dari Pulau Sembilan harus membeli ikan di kota Sinjai (di pelalangan) untuk mendapatkan ikan,” bebernya.

Ia juga banyak menyinggung mengenai keadaan masyarakat yang belum menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. “Ini merupakan tantangan mahasiswa Unhas agar mampu membantu mengatasi persoalan yang ada,” tutupnya. (FP)

 

Dosen Unibos dan Masyarakat Katomporang Juga Kembangkan Selai Salak

Proses pembuatan selai salak hasil pengembangan dari Dosen Unibos dan Masyarakat Katomporang, Pinrang. (FOTO:Ist)

 

Pinrang, FAJARPENDIDIKAN.co.id
Sebagai salah satu kegiatan pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya bidang Pengabdian Masyarakat, Dosen Universitas Bosowa (Unibos) kini bantu warga Desa Katomporang Kabupaten Pinrang untuk membuat selei salak, Kamis (19/07/2018).

Selain selai tomat, Dosen Unibos juga mengembangkan selai dari buah salak, selai salak yang dibuat sebagai brand pertama desa yang disapa sebagai lumbung salak ini dikoordinir oleh Dr. Abd. Haris Hamid (Dosen Fakultas Hukum Unibos sekaligus Wakil Rektor III) bersama Arief Wicaksono, S.Ip.,MA (Dosen dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unibos).

Pembuatan selai salak sebagai diversifikasi buah salak dipilih warga setempat sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Pinrang dengan luas lahan 150hm khusus dikelolah untuk pengembangan salak.

Wakil Rektor III Unibos, Dr. Abd. Haris Hamid mengungkapkan bahwa desa Katomporang memang memiliki potensi besar untuk diberikannya inovasi pengembangan salak.

“Sumber daya alam memang melimpah tetapi petani salak masih kurang mengembangkan potensinya dalam pengolahan salak. Sebab salak selama ini hanya dijual gelondongan yang kualitasnya hanya mampu bertahan beberapa minggu saja,” katanya.

“Sebagai civitas akademika memang kami memiliki kewajiban untuk membantu pengembangan potensi masyarakat. Bukan buah salak yang dipetik langsung jual tetapi ada perubahan terhadap kualitas dan nilai jualnya,” tambahnya.

Selain buah salak yang dapat diolah menjadi selai, juga dapat diolah menjadi makanan lainnya termasuk dodol salak, manisan salak, sebagai bahan kue, dan biji salak yang dapat dijadikan kopi khas.

Untuk selai salak hanya membutuhkan bahan gula dan jeruk nipis yang diproses selama lima jam dan dapat bertahan selama enam bulan lamanya.

Kepala Desa Katomporang menuturkan harapannya terhadap keberlanjutan program ini bisa dijadikan ini deklarasi Desa Katomporang sebagai desa salak.

Kami berharap juga dengan salak yang begitu melimpah disini bisa dikembangkan dalam rangka membantu pendapatan ekonomi masyarakat disni,” kata Rustam selaku Kepala Desa Katomporang.

Reporter : Ahadri

Sekda Barru Resmi Dikukuhkan Jadi Sekum Forsesdasi di Sulsel

0


Barru, FAJARPENDIDIKAN.co.id -Sekda Barru, Ir H Nasruddin AM MSi hadiri acara rapat koordinasi bidang pelaksanaan dan rapat kerja sekretaris Daerah Kab/Kota serta pengukuhan pengurus Forsesdasi (Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia) Komisariat Sulawesi Selatan masa bakti 2018-2021.

Hadir dalam acara Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Pj Sekertaris Provinsi (Sekprov) Sulawesi Selatan, Asisten Deputi III Kemenpan RB, sekda seluruh Sulsel.

Pada acara tersebut Sekda Kab. Barru dilantik menjadi sekretaris umum (Sekum) Forsesdasi.

Berlangsung di ruang rapat pimpinan, Kamis (19/07).

PJ.Gubernur Sulsel, Sumarsono dalam sambutannya berharap dengan pengukuhan Forsesdasi komisariat Sulsel akan menjadi wadah Pemerintah dalam meningkatkan layanan publik serta percepatan pemerintahan di Sulawesi Selatan

Selain itu, “kami berharap agar inovasi-inovasi pelayanan publik lahir dari pemikiran-pemikiran baru, Sekda menjadi garda terdepan dalam menjalankan gerbong inovasi terlebih di kabupaten/kota sehingga masyarakat kita bisa merasakan secara langsung program-program pemerintah terlebih Kepala Daerah,” pungkasnya.

Reporter: Abd Latif Ahmad

1000 Kado untuk Anak Indonesia

Komunitas Kampung Dongeng

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Kampung Dongeng (Kado) didirikan oleh Awam Prakoso pada tahun 2009 di Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Namun tak hanya berhenti di Jakarta, karena Kampung Dongeng ini lahir dengan misi membangun 1000 Kampung Dongeng di seluruh tanah air. Dan hingga hari ini, sudah ada 88 titik yang terbentuk dari Aceh sampai Jayapura. Kampung Dongeng hadir di Sulawesi Selatan, Makassar tiga tahun kemudian. Tepatnya di tahun 2011.

Di awal berdiri, Awam hanya sendiri. Namun seiring waktu, Kampung Dongeng sering melakukan pelatihan-pelatihan untuk membentuk kader dan relawan dongeng. Seiring berjalannya waktu, maka semakin banyaklah anggotanya tak terkecuali di Makassar pun demikian.

“Di awal saya bergabung pun demikian. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dari Kampung Dongeng pusat, Jakarta. Kemudian menjadi pengisi cerita dunia dongeng di sebuah stasiun radio di Makassar selama tiga tahun,” kenang Rahma, salah seorang relawan Kampung Dongeng Makassar.

Layaknya sebuah jalan, yang tak selamanya lurus dan mulus, begitu juga yang dialami Kampung Dongeng Makassar. Memasuki tahun ketiga, Kampung Dongeng Makassar akhirnya vakum.

Vakumnya Kampung Dongeng Makassar disebabkan padatnya aktivitas para relawannya yang didominisasi oleh beberapa guru TK. “Seiring berjalanannya waktu, karena kerjaan yang juga membutuhkan konsentrasi, serta relawannya dari kaum ibu-ibu yang tiap akhir pekan harus menjalankan tugas seorang ibu rumah tangga, maka perlahan-lahan, satu per satu dari mereka mundur,” ungkap Rahma yang juga merupakan guru di salah satu TK swasta.

Memasuki tahun 2016, Kampung Dongeng Makassar kembali bangkit dan berbenah. Kembali memberikan kepada siapa saja yang ingin menjadi relawan, tak terkecuali kaum muda mudi. Sehingga saat ini sudah memiliki enam tim relawan yang bergabung dan aktif.

“Bersama beberapa relawan yang mulai mau bergabung, akhirnya kami mencoba terus untuk bergerak kembali menceritakan anak-anak melalui dongeng-dongeng kami. Baik itu di hari minggu yang khusus dipilih ataupun menghadiri undangan-undangan. Bahkan kami sekarang sudah bekerjasama dengan pihak perpustakaan kota Makassar dalam dongeng keliling sekolah bersama mobil perpusling (perpustakaan keliling),” jelas Rahma.

Di sini, sambung Rahma, mungkin Kampung Dongeng Makassar butuh sosok-sosok relawan yang betul-betul sangat peduli dengan anak-anak. Lebih dari pada pedulinya seorang guru di sekolah. Namun mampu memberikan kreasinya untuk semua anak-anak tak terkecuali.

Media Berimajinasi

Rahma mengatakan, dongeng bisa menjadi media bagi anak untuk berimajinasi belajar tentang nilai kebaikan, mengenal budaya, mengembangkan kemampuan berbahasa, kreativitas dan pikiran, cerdas emosional, membangun empati dan minat baca serta melatih daya ingat anak.

Hal itu juga yang membuat Rahma tertarik untuk bergabung dengan Kampung Dongeng Makassar. “Saya bergabung karena memang dasarnya senang dengan anak-anak. Senang dengarnya kalau mereka tertawa lepas dan senang jika diakhir cerita, mereka merasakan sesuatu yang mampu membangkitkan perasaan mereka yang kemudian akan menginspirasi pikiran dan tindakan mereka di kemudian hari,” jelas Rahma.

Oleh sebab itu, misi 1000 Kampung Dongeng di seluruh Indonesia dirancang bukanlah tanpa tujuan. Awam, yang merupakan aktor utama lahirnya Kampung Dongeng menyisipkan mimpi besar dibalik misi 1000 Kampung Dongeng di Indonesia yaitu, ingin mengajak banyak orang yang tertarik untuk bergabung sehingga lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang bisa dijangkau.

“Lebih banyak lagi anak-anak yang mendengarkan dongeng. Karena dengan mendengarkan dongeng, kita bisa menanamkan karakter-karakter yang baik yang dapat dicontoh dan ditiru. Tanpa anak merasa digurui atau dipaksa mengikuti suatu aturan,” jawab Rahma saat ditanya tujuan dari misi 1000 Kampung Dongeng di Indonesia oleh FAJAR PENDIDIKAN yang menghubunginya melalui whatsapp.

“Karena mendidik anak itu bukan hanya urusan satu keluarga saja, tapi juga urusan satu kampung. Dengan keberadaan  kampung dongeng di setiap wilayah, maka dapat pula menjadi wahana wisata edukasi dan imijinasi yang sangat bermanfaat untuk anak-anak,” tambahnya.

Kegiatan Kado

“Kegiatan sejak dibentuk adalah memberikan wisata imajinasi kepada anak-anak melalui dongeng dan cerita. Mulai dari jadwal bulanan, mendongeng keliling di taman-taman kota Makassar sampai mengisi dongeng di acara atau kegiatan sekolah. Serta bekerjasama dengan beberapa instansi baik pemerintah maupun swasta untuk melakukan roadshow dongeng ke berbagai sekolah, rumah sakit bahkan ke panti-panti asuhan,” paparnya.

Di hari minggu yang telah ditentukan, relawan Kampung Dongeng Makassar biasanya turun ke perkumpulan anak-anak yang ada di TPA atau taman-taman bermain di lingkungan kota Makassar. “Kegiatan rutin biasanya kami memberikan aktivitas senam, berkreasi draf atau baca buku bersama dan ditutup dengan dongeng ceria dari kakak-kakak relawan dongeng,” jelasnya.

Dongeng yang diceritakan bermacam-macam. “Biasanya anak-anak senangnya model fabel.  Namun tak menutup kemungkinan dongeng-dongeng dari cerita nusantara juga sering kami tampilkan, seperti Nenek Pakande, Timun Mas, Putri Tandan Palik, Bawang Merah-Bawang Putih. Kadang pula kami tampil dengan panggung boneka atau kami menggunakan boneka tangan dengan gaya vertilog,” tuturnya.

“Alhamdulillah. Kampung dongeng sudah mulai dikenal di beberapa sekolah-sekolah. Baik TK atau SD dan TPA. Dan relawan kami juga tiap bulan sudah memiliki jadwal dongeng ceria di berbagai tempat di kota Makassar. Meski kami akui, kami masih kekurangan relawan. Sehingga akun sosial media kami kurang aktif karena tidak mampu menjangkau semua hal. Semoga kedepannya kami akan lebih banyak memiliki relawan dongeng yang peduli dengan anak-anak,” ungkapnya.

Meski sudah mulai dikenal, Rahma mengatakan Kampung Dongeng Makassar untuk saat ini tidak menargetkan berapa sekolah yang harus dikunjungi. Para relawan pada saat ini lebih menargetkan berapa taman di kota makassar ini yang harus dikunjungi agar semua anak bisa ceria bersama.

“Karena jika dongeng di sekolah, mungkin mengena langsung ke anak-anak. Tapi kalau di taman-taman kota, yang mendengarkan dongeng bukan hanya anak dan guru, namun orang tua dan yang lainnya juga bisa mendengarkan. Secara tidak langsung, akan memberikan dampak kepada mereka,” bebernya.

“Kami sangat mengharapkan dongeng-dongeng itu didapatkan anak-anak bukan hanya dari relawan dongeng saja. Namun lebih baik lagi jika orang tua sendiri memiliki waktu khusus buat anak mereka,” katanya.

“Harapan saya, semoga kedepan lebih banyak lagi relawan-relawan dongeng yang bergabung dan misi 1000 kampung dongeng terwujud. Pemerintah dan swasta lebih banyak lagi yang mau berkolaborasi bersama dalam membangun anak-anak penerus bangsa ini,” pungkasnya.

Hingga saat ini, Kampung Dongeng Makassar sudah memiliki dua titik kampung dongeng. Kampung Dongeng Lontara dan kampung Dongeng Mardhati. Rahma sendiri diberikan kepercayaan menjadi koordinator Kampung Dongeng Lontara. (FP)

Pulau Barrang Lompo Menuju Pulau Pelajar

Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)
Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)

Komunitas Balla Beru

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Masih termasuk dalam wilayah administratif kota Makassar, Pulau Barrang Lompo menjadi salah satu objek wisata bahari yang wajib dikunjungi. Meski Pulau Barrang Lompo telah dipadati rumah penduduk, namun kita masih bisa merasakan kedamaian bila duduk di bibir pantai sambil menikmati jingganya langit ketika mentari kembali ke peraduannya. Untuk menuju pulau ini, kita bisa menggunakan kapal laut dari Makassar.

Sisi lain dari keindahan Pulau Barrang Lompo adalah dengan hadirnya Komunitas Balla Beru.   Balla Beru adalah ‘Rumah Baru’ bagi pemuda-pemudi yang ada di Pulau Barrang Lompo. “Balla Beru bertujuan untuk mempersiapkan generasi pelajar yang ada di Pulau Barrang Lompo,” kata Takdir.

Takdir, begitu sapaan akrabnya. Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Makassar ini adalah otak dibalik lahirnya Komunitas Balla Beru. Komunitas yang baru saja resmi berdiri, 18 Desember 2017 namun telah aktif menyebarkan virus positif bagi pemuda-pemudi di Pulau Barrang Lompo.

“Jadi komunitas ini semacam kegiatan yang baru bagi para remaja untuk peningkatan keterampilannya, misal kelas musik dan tari, kelas komputer, bahasa inggris dan literasi yang terdapat dalam pembelajaran di komunitas ini,” jelas Takdir.

Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)
Kegiatan mengajar oleh para relawan yang didominasi mahasiswa. (Foto-foto: Ist.)

Tiap pekannya, Takdir bersama dengan para relawan yang didominasi oleh mahasiswa bertolak dari Makassar ke Pulau Barrang Lompo untuk mengajar walaupun dengan segala keterbatasan fasilitas. Mereka juga dibantu oleh pemuda setempat yang memiliki kemampuan dalam mengajar di bidangnya.

“Jadi metode pembelajarannya beda-beda setiap kelas. Kalau komputer dan fotografi lebih ke praktek dan kelas tari juga. Metode pembelajarannya diskusi dan praktik,” paparnya.

Kata Takdir, mereka, anak-anak muda berusia SMP dan SMA sangat antusias – sangat respek dengan kehadiran Takdir bersama para relawan Komunitas Balla Beru. “Selalu mereka yang bertanya kapan ada jadwalnya lagi,” cerita Takdir.

Meski demikian, diungkapkan Takdir, mereka masih sangat kesulitan dalam menyesuaikan dengan materi-materi yang diberikan. “Ada beberapa kelas yang masih sulit untuk dipahami. Misalnya, kelas fotografi dan komputer,” kata Takdir.

“Ketika pembelajaran kelas fotografi memakai alat kamera DSLR itu sulit untuk mereka pahami karena jarang mereka sentuh. Dan juga kelas komputer, untuk pengenalan Ms. word saja masih sulit mereka kerjakan kalau praktiknya,” ungkapnya.

“Ada selebaran yang diberikan saat mengajar agar mereka bisa belajar mengenal lebih dulu sebelum praktiknya, dan bisa mereka baca kembali setelah pelajaran selesai,” jawab Takdir ketika ditanya bagaimana solusi yang diterapkan para relawan mengatasi kesulitan anak-anak didik saat menerima pelajaran.

Selain mengajarkan keterampilan, para relawan Komunitas Balla Beru juga menyisipkan pengetahuan tentang pembentukan karakter. “Pembentukan karakter tetap ada. Cuma secara tidak langsung. Ada pesan-pesan pembentukan karakter yang kami lakukan,” tutur Takdir.

“Sebenarnya kalau langsung diarahkan ke pembentukan karakter saya rasa tidak ada peserta yang mau gabung. Makanya pembentukan karakter hanya selingan dari kelas keterampilan,” tambahnya.

Takdir berharap, anak-anak didik setelah mengikuti pembelajaran, mereka bisa memiliki ketrampilan yang bisa digunakan untuk mendapatkan penghasilan sendiri. Semisal menjadi fotografer wedding.

“Rencana kedepan hasil belajar satu tahun nanti, kami akan melihat remaja-remaja yang sudah berkompeten. Misalnya, berkompeten di bidang fotografi dan videografi kami akan arahkan ke sosial preneur, jadi pemberdayaan remaja yang bisa mendapatkan uang, pemakaian jasa fotografi di pernikahan. misalnya, kelas komputer pembuatan undangan pernikahan dan sebagainya,” jelas Takdir.

“Harapanku semoga remaja Pulau Barrang lompo bisa meneruskan gerakan ini dan bisa lebih siap ketika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi serta bisa menjadi pioneer perubahan untuk pulaunya sendiri,” pungkasnya. (FP)

Memberi Lebih Baik Daripada Menerima

Penyerahan donasi secara simbolis. (Foto: Ist.)
Penyerahan donasi secara simbolis. (Foto: Ist.)

Komunitas Makassar Peduli

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tepat di hari kemerdekaan Indonesia yang ke-71, komunitas ini lahir. Lahir dari sebuah rasa keprihatinan terhadap sesama manusia yang kurang mampu dalam menjalankan kehidupan. Adalah Komunitas Makassar Peduli atau MKP. Yang setahun kemudian sejak didirikan, memutuskan untuk menjadi sebuah lembaga sosial.

Lahirnya MKP diinisiasi oleh Rudy Wahab. Sehari-harinya, bapak dua anak ini, selain sibuk di MKP, Rudy juga melakoni pekerjaan sebagai driver online. Warga Gowa itu juga dipercayakan sebagai Ketua MKP.

“Bahwasanya tangan di atas jauh lebih baik dibandingkan tangan di bawah. Harta tidak akan di bawah mati. Amal jahiriyahlah yang akan kita bawa mati dengan membantu sesama diharapkan menjadi bekal nanti di akhirat terhindar dari azab kubur dan neraka,” ujar Husain, salah satu pengurus MKP, menjelaskan latar belakang terbentuknya MKP.

“Keprihatinan terhadap sesama manusia yang kurang mampu dalam menjalankan kehidupan dan agar semakin bersyukur akan nikmat yang Allah berikan kepada kami. Karena dasar itulah kami membentuk ini, komunitas MKP. Karena Lillahi Ta’ala tanpa unsur politik pun di dalamnya,” kata Husain.

Husain sendiri memutuskan untuk bergabung dengan MKP karena rasa kemanusiaan dan niat membantu sesama.

“Kekompakan. Walaupun kita awalnya tidak saling kenal. Berbeda-beda aktivitas tapi dengan adanya komunitas MKP, kita disatukan untuk sama-sama bisa membantu orang-orang yang dalam kesusahan menerjang banjir hanya untuk membantu kaum dhuafa,” tutur Husain menceritakan pengalamannya selama bergabung dengan MKP.

Visi dari MKP adalah lembaga kegiatan sosial yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, mengedepankan MKP sebagai komunitas rasa peduli dan peka terhadap kemanusiaan dengan niat yang tulus, ikhlas guna memanusiakan manusia.

Untuk mewujudkan visi tersebut, MKP mengusung misi, membangun insan yang peduli dan peka terhadap kondisi sosial yang terjadi di sekitar, membantu meringankan beban saudara kita yang kurang mampu (kaum dhuafa) agar mereka dapat merasakan kehidupan yang layak serta, membantu memfasilitasi rumah ibadah dan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk saudara kita yang terkena musibah.

Selama ini, yang menjadi kegiatan utama MKP adalah membantu kaum dhuafa dan fakir miskin. Mulai dari pengobatan bagi fakir miskin yang tidak mampu sampai renovasi dan pembangunan rumah bagi kaum dhuafa.

“Renovasi rumah meliputi perbaikan dari sisi luar tanpa merubah bentuk aslinya, serta pengadaan barang-barang yang rusak,” terangnya

Hampir setiap minggu, MKP melaksanakan kegiatan bakti sosial atau baksos. “Tergantung laporan masyarakat yang masuk di MKP,” katanya. kegiatan baksos tersebut meliputi tiga daerah, yakni Makassar, Gowa dan Maros. Tapi lebih fokus di daerah Makassar.

“Sudah banyak sekali. Karena MKP hampir setiap minggu pasti baksos. Dalam sebulan itu minimal dua kali baksos,” jawab Husain saat ditanya sudah berapa banyak kaum dhuafa yang mendapat uluran tangan dari MKP.

Tak jarang MKP bersinergi dengan beberapa komunitas yang ada di Makassar, seperti Indah Berbagi, MI FANS dan sebagainya demi suksesnya tiap kegiatan yang dilaksanakan MKP.

Selain itu, kata Husain, MKP juga bersinergi dengan pihak RS Umum Daerah, Daya. “Jadi kalau ada masyarakat yang butuh perawatan, kami tujukan ke RS Daya,” terangnya.

Kegiatan baksos yang dilaksanakan MKP 100 persen dananya berasal dari donatur. Baik donatur tetap maupun yang tidak. “Langsung saja bergabung dengan MKP. Terus donasinya terserah, mau dalam bentuk tenaga, barang atau uang. Informasi lebih lanjut bisa kunjung facebook MKP,” jelasnya.

“Semoga ke depan, MKP menjadi komunitas sosial terbesar di Sulsel dan mampu membantu lebih banyak lagi kaum dhuafa dan fakir miskin,” harap Husain. (FP)