Renungan Harian Katolik, Rabu 10 Agustus 2022: “Menjadi Radikal dalam Kristus”

Renungan Harian Katolik hari ini, Rabu 10 Agustus 2022 berjudul: “Menjadi Radikal dalam Kristus”.

Renungan Harian Katolik hari ini, Rabu 10 Agustus 2022 dikutip dari halaman website renunganlenterajiwa. Sebagai penulis Fr.Prawian Kristianus Bea.

Pesta S. Laurensius, DiakMrt (M)

- Iklan -

2Kor. 9:6-10; Mzm. 112:1-2,5-6,7-8,9; Yoh. 12:24-26.

Kata “radikal” di Indonesia sering dipahami secara negatif.

Biasanya jika sudah berbicara mengenai keradikalan, banyak orang langsung menunjuk pada tindakan-tindakan kejahatan.

- Iklan -

Akan tetapi, perilaku itu tidak harus dikatakan sebagai tindakan radikal.

Kata radikal sendiri berasal dari bahasa Latin, radix – radicis yang berarti akar, sehingga radikalisme dimengerti sebagai suatu tindakan yang “mengakar” atau dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Hari ini kita Gereja Katolik merayakan pesta St. Laurensius.

- Iklan -

Ia adalah seorang diakon yang dipercaya oleh Paus Sixtus II untuk mengurus harta benda Gereja di Roma, serta membagi-bagikannya kepada orang miskin.

Hal inilah yang membuatnya menjadi martir.

Kemartirannya itu diperolehnya dari pembelaan iman akan Kristus Yesus.

Baca Juga:  Adab Memasuki Masjid

Ketika Paus Sixtus II ditangkap oleh para serdadu romawi, Laurensius mengatakan akan menemaninya kemanapun dia berada dan dalam keadaan apapun.

Bagi Laurensius tidak pantas seorang Imam Kristus pergi sendirian tanpa didampingi diakonnya.

Mendengar itu, Paus Sixtus terharu dan berkata bahwa Laurensius tidak perlu bersedih, karena ia takkan sendirian, Kristus selalu bersamanya.

Kemudian ia mengatakan bahwa dalam tiga hari, Laurensius juga akan menghadap Yesus.

Kemudian ramalan itu juga terjadi setelah tiga hari.

Ia ditangkap oleh penguasa kota karena harta kekayaan gereja.

Karena harta gereja itu telah dibagikan oleh Laurensius kepada orang miskin, bukan pada penguasa kota, maka Laurensius dipanggang hidup-hidup.

St. Laurensius memberikan kita pengertian yang benar akan “keradikalan”.

Sebagai seorang pengikut Kristus yang sejati harus radikal.

Bagaimana mungkin? Apakah orang Kristen harus menjadi “teroris”? Tentu jawabannya adalah “tidak”.

Radikal dalam beriman berarti menyerahkan diri pada penyelenggaraan Allah secara total.

Baca Juga:  Renungan Akhir Ramadan

Sama seperti St. Laurensius yang tetap setia kepada Kristus walau dipanggang hidup-hidup, demikian kita harus setia kepada Kristus, bahkan dengan kematian sekalipun.

Saudaraku yang terkasih. Melalui Injil hari ini, Tuhan Yesus berkata bahwa jika biji gandum tidak jatuh di tanah dan mati, ia tetap satu biji saja.

Tetapi jika mati, maka akan menghasilkan banyak buah. Mati demi Kristus berarti juga hidup bagi Kristus.

Hidup bagi Kristus berarti hidup memikul salib-salib kita yang kecil di dunia ini dan mengikuti-Nya.

Mengikuti-Nya berarti memberi pakaian dan makanan bagi yang membutuhkan, serta melawat yang sakit.

Itulah kemartiran “zaman now”. Pertanyaannya, apakah anda siap mati demi Kristus?

“Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada” (Yoh. 12: 26).

Marilah berdoa:

Tuhan, kurniakanlah kepadaku semangat teguh untuk senantiasa mengikuti dan melayani-Mu. Amin.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU