Hari Perempuan Internasional (2): Melawan Diskriminasi dan Budaya Patriarki

Hingga kini, perempuan selalu menjadi minoritas di kalangan masyarakat; lingkup pendidikan, keluarga serta dalam dunia pekerjaan. Kasus-kasus pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga serta kesenjangan yang terjadi adalah bentuk dari perilaku masyarakat terhadap pemahaman yang menjadikan perempuan sebagai minoritas dan laki-laki mayoritas.

Perempuan masa kini memiliki banyak tantangan dalam lingkup mana pun, baik di masyarakat, pekerjaan hingga dalam keluarga. Perjuangan perempuan memiliki kesempatan yang sama terhadap hak-haknya dalam menjaga keutuhan sebagai seorang perempuan.

Hak dan kesenjangan yang dialami perempuan, dalam hal ini termasuk pada kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, upah lebih rendah dan lainnya. Seperti halnya dengan diskriminasi di tempat kerja, seringkali terjadi diskriminasi kesenjangan upah yang tidak sama dengan pekerjaan. Rata-rata perempuan di seluruh dunia hanya memperoleh sekitar 77 persen dari penghasilan laki-laki untuk pekerjaan yang sama.

Kesenjangan ekonomi yang juga kerap terjadi bagi perempuan bisa menghambat mereka untuk mandiri secara utuh dan meningkatkan risiko kemiskinan. Hingga kondisi dan situasi masa kini terlihat jelas.

- Iklan -

Selain itu, satu dari tiga perempuan di dunia menjadi korban kekerasan. Setiap hari, sekitar 137 perempuan di seluruh dunia dibunuh anggota keluarganya. 1 dari 5 perempuan usia 20-24 tahun menikah sebelum ulang tahun ke-18. Sebanyak 15 juta anak di bawah umur menjadi korban pemerkosaan.

Panggilan ke saluran bantuan pelaporan kekerasan di banyak negara meningkat lima kali lipat selama pandemi Covid-19. Isolasi sosial, ruang gerak terbatas dan ketidakamanan ekonomi meningkatkan kerentanan perempuan terhadap kekerasan domestik.

Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2021, angka perkawinan anak meningkat sebesar 3 kali lipat, dari 23.126 kasus di tahun 2019, naik menjadi 64.211 kasus pada 2020. Kasus kekerasan berbasis gender siber (ruang online/daring) atau disingkat KBGO yang dilaporkan langsung ke Komnas Perempuan juga meningkat dari 241 kasus pada 2019 menjadi 940 kasus di tahun 2020.

- Iklan -

Gagasan bahwa perempuan tidak setara dengan laki-laki sudah ada sejak abad ke-4 SM. Masyarakat Yunani kuno menempatkan perempuan sebagai sosok lebih rendah dari laki-laki. Pemahaman ini menjadi alasan mengapa setiap ada pemilihan umum, perempuan tidak pernah dilibatkan. Perempuan dianggap tidak memiliki akal sehat seperti laki-laki dan tidak mampu membuat keputusan rasional.

Bukan cuma itu, perempuan yang sudah menikah ditempatkan sebagai sosok yang harus tunduk kepada suaminya, meski diperlakukan tidak adil. Hukum di Athena pun membiarkan seorang suami bertindak sesuka hati, bahkan untuk berselingkuh. Sebaliknya, jika perempuan yang berselingkuh, suami berhak membunuh istrinya.

Elma Wahyuni sebagai aktivis perempuan mengatakan bahwa perempuan selalu dianggap sebagai minoritas karena dalam pemahaman masyarakat di negeri ini, perempuan sering kali ditempatkan pada posisi “the second sex” atau yang sering disebut sebagai “warga kelas dua”.

- Iklan -

“Pemahaman bahwa perempuan adalah sosok yang selalu harus tunduk dan patuh dalam segala hal. Bahkan perempuan dianggap selalu berada di bawah sosok laki-laki. Itu sebabnya perempuan selalu menjadi minoritas dan laki-laki menjadi mayoritas,” kata Elma, Jumat, 18 Maret 2022.

“Hal itu bisa dikatakan budaya patriarki, yang dimana sudah mengakar. Contoh kecilnya adalah lingkup keluarga. Apabila saudara laki-laki pulang malam di anggap biasa saja, akan tetapi apabila perempuan yang pulang malam, maka dikatakan sebagai perempuan nakal dan lainnya,” imbuh pejuang wanita ini.

Tak hanya itu, di lingkungan pendidikan atau sebuah organisasi, seringkali perempuan mendapat diskriminasi warga kelas dua atau minoritas. Contohnya, dia selalu dinomorduakan misalkan ketika ingin melakukan pemilihan ketua organisasi, kebanyakan orang-orang mendahulukan laki-laki daripada perempuan.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU