Hati-hati! Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 15 Ribu Per Dollar AS

Penulis: Nurhayana Kamar

Nilai tukar rupiah sejak beberapa hari terakhir di bulan Juli 2022 ini, dikabarkan tembus Rp 15 ribuan per dollar Amerika Serikat. Melemahnya rupiah di predksi dari pengaruh resesi global.

Sebelumnya, banyak pengamat telah memperkirakan hal tersebut. Bahkan Indonesia akan terimbas, adanya krisis ekonomi global. Meski begitu, Bank Indonesia atau BI masih mempertahankan, belum menaikkan suku bunga.

Pengamat ekonomi dari Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan, mengkritik kebijakan BI yang masih mempertahankan suku bunga acuannya. Itu menurut Anthony akan mengakibatkan rupiah aakan tembus di angka Rp 15.500 per dollar AS. ‘’Kebijakan BI tersebut akan berakibat fatal’’, katanya di akun twitternya @AnthonyBudiawan pada Rabu, 6 Juli 2022, seperti yang dilansir news.onlineindo.tv.

- Iklan -

Anthony juga menyebut, inflasi yang terjadi Indonesia, pada 6 Juli 2022, sudah sampai mencapai 4,35 %. Itu sudah diatas target, hanya 2 %, hingga 4 %. Bahkan, katanya, inflasi pangan jauh lebh tinggi, mencapai 8,26 %. Kalau suku bunga tidak naik, rupiah justru tembus Rp 15.500 per dollar AS’’, ujarnya.

Beberapa ekonom juga memperkirakan, krisis ekonomi yang melanda Negara- Negara maju, juga akan mengancam Indonesia. Roy Suryo Shakti mengungkapkan pendapatnya pada 18 Juni , 2022 krisis ekonomi ada di depan mata. Roy mengungkapkan di akun Youtubenya, pada 18 Juni 2022 pada artikelnya berjudul , ‘’Krisis ekonomi di depan mata, bunga kredit akan melonjak’’.

Roy menilai ada keanehan kondisi saat ini. Inflasi naik, tetapi harga emas tidak naik dan harga kripto akan hancur. ‘’Kita berada di ambang krisis besar, yaitu krisis pangan’’, ucapnya lagi. Roy juga memprediksi, kemungkinan bunga kredit akan naik, akan dicabut subsdinya, kembali ke rate awal yang 2,5 %, KPR juga akan naik.

- Iklan -
Baca Juga:  Ekonomi Makro dan Mikro, Inilah Pengertian, Contoh dan Perbedaannya

IHSG dan Rupiah Anjlok

Pasar keuangan tanah air bergejolak dalam waktu beberapa terakhir. Dana asing dikabarkan ramai – ramai kabur tinggalkan Indonesia, sehingga saham maupun rupiah, sama – sama jeblok.

Ekonom PT Bank Permata,Josua Pardede mengungkapkan persoalan ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Pasar keuangan global juga mengalami hal yang sama. Itu di karenakan beberapa hal. Terutama akibat ancaman resesi Amerika Serikat dan dunia. ‘’Ini terjadi secara globa’’, ungkapnya kepada CNBC Indonesia. Sehingga dana asing tidak Cuma dari Indonesia beranjak pergi menuju dollar AS maupun US Treasury.

Menurutnya, Indonesia sendiri sudah cukup baik secara fundamental ekonomi. Terlihat dari perekonomian yang tetap tumbuh sekitar 5 %. Transaksi berjalan yang surplus dari inflasi yang masih terkendali.

- Iklan -

Head Ekonomi and Research UOB Indonesia Enrico Tanuwijaya, memandang masih ada penguatan dollar AS saat ini. Karena kebijakan The Feed saat ini, baru setengah jalan. Dollar AS masih akan berlanjut menguat hingga 3 – 4 bulan ke depan.’’Kemungkinan – kemungkinan rupiah melemah karena dollar yang menguat ‘’prediksi Enrico.

Bank Indonesia (BI) selaku penjaga moneter, dinilai telah memberikan respons yang sangat baik dalam menjaga kestabilan pergerakan rupiah. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga tekanan dan faktor eksternal.

Karena itu, katanya, dollar AS diperkirakan masih akan menguat dan rupiah masih akan dibayangi pelemahan, sehingga pada akhir tahun, level rupiah diperkirakan akan menyentuh level Rp 15.100/perUS$. Kita masih melihat mungkin tiga bulan penguatan dollar, pelemahn rupiah masih ada. Setelah itu baru stabil di kuwartal IV 2022. Dengan catatan perbedaan imbal hasil masih positif untuk Indonesia’’, ujar Enrico.

Baca Juga:  Ekonomi Makro dan Mikro, Inilah Pengertian, Contoh dan Perbedaannya

Hal itu katanya lagi, bisa dicapai, salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan BI terhadap The Fed. Sehingga perbedaan imbal hasil masih positif. ‘’Kalau level, kita prediksi diakhir tahun bertengger Rp 15.100/US$.

Ekonom Senior Mirae Asseta Sekuritas, Rully Arya juga berpendapat, rupiah melemah karena tekanan global. ‘’Pelemahan rupiah karena flght safe haven assets (pergerakan ke asset aman), terutama dollar dan obligasi AS’’, ucapnya dikutip dari Seputartangsel.com dan Antara, 6 Juli 2022.

Namun Ekonom Senior yang mantan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman RI Rizal Ramli, berpendapat, nilai tukar rupiah sudah nyungsep. ‘’Lho kok rupiah mulai nyungsep ? Tulis Rizal Ramli di akun Twitternya @Rizal Rambli, 6 Juli 2022.

Menurutnya, pelemahan rupiah, bukan satu-satunya pengaruh tekanan global dan pengetatan moneter, hingga tembus Rp 15 ribu perdollar AS. ‘’Bukan hanya karena pengetatan moneter di Negara maju. Tetapi indikator – indikator makro RI yang membaik ( surplus perdagangan, Negara transaksi berjalan, BOP). Namun itu , hanya gejala sementara dan sudah mencapai puncaknya pada kwartal lalu. Kali ini merosot kembali’’, katanya.

Rizal Ramli menambahkan, ekonomi rakyat dan daya beli lemah, sangat terasa perdagangan di pasar–pasar tradisional sepi karena harga–harga yang naik. (ana)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU