Beranda blog Halaman 3346

Saat Netralitas Pilkada Dipertanyakan, ASN Sinjai Pilih Bungkam

0
FOTO BUKTI PILIHAN CABUP GABUNGAN

Sinjai, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Terkuaknya dugaan ketidaknetralan kalangan ASN jajaran Dinas Kesehatan kabupaten Sinjai pada Pilkada serentak bulan Juni lalu, hingga kini masih menjadi buah bibir ditengah-tengah masyarakat.

Spekulasi yang berkembang menyebut bahwa kejadian itu merupakan gerakan massif, terstruktur, dan sistematis. Namun pendapat lainnya menilai bahwa itu adalah inisiatif pribadi bagi pelakunya. Sayangnya saat dikonfirmasi pihak Dinkes Sinjai memilih bungkam.

Diberitakan sebelumnya, tak lama setelah pencoblosan di TPS usai pada Pilkada serentak 2018 di kabupaten Sinjai bulan Juni lalu, percakapan di salah satu grup medsos diwarnai dengan ramainya pemilik akun facebook (FB) yang ditengarai sebagai pegawai Puskesmas, sama-sama mengupload foto kertas suara coblosannya kepada pasangan nomor urut 1 disertai KTP saat berada didalam TPS.

Hal itu seakan memberikan isyarat untuk meyakinkan kepada seseorang bahwa pemilih yang bersangkutan telah memilih paslon Bupati-Wakil Bupati Sinjai sesuai arahan.

Sebelum pelaksanaan hari H pencoblosan, terpantau percakapan di grup FB “Sinjai Memilih” bahwa Sekretaris Dinkes Sinjai melibatkan Kepala PKM Biji Nangka, dan Plt. Puskesmas Borong Kompleks. Inti dalam percakapan itu yakni sosialisasi pemenangan paslon bupati Sinjai, Andi Seto Ghadista Asapa, nomor urut 1 tag line SEHATI.

Rangkaian ihwal itulah kemudian ditengarai sebagai gerakan terstruktur oleh oknum pejabat lingkup Dinkes Sinjai dari kalangan ASN (Baca: PNS, red) dalam kegiatan politik, dan membuat Ketua Umum Gerakan Sinjai Muda (GSM) angkat bicara.

Menurut Ketua Umum GSM, Nurhidatullah B. Cottong, bahwa percakapan yang viral di medsos tersebut berpotensi melanggar Undang-Undang No. 10 tahun 2016 tentang Pilkada.

Diperkuat oleh adanya kegiatan oleh kalangan tenaga sukarela yang tergabung dalam Himpunan Tenaga Sukarela Kesehatan (Himteskes) Sinjai berbuka puasa bersama calon Bupati Sinjai A. Seto Gadhista Asapa di Pesantren AL Iksan Desa Salohe Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai, Minggu (10/6/2018) lalu.

Kala itu, salah seorang aktivis di Sinjai bernama Jusman meminta Himteskes untuk tetap menjaga independensinya sebagai lembaga profesi di bawah Dinas Kesehatan Sinjai.

Jusman menduga, ada kegiatan politik yang dilakukan pihak Himteskes dengan salah satu pasangan calon bupati di Sinjai.

“Ada indikasi penggiringan oleh salah satu paslon kandidat Pilkada, pada saat buka puasa beberapa waktu lalu di Sinjai Timur dengan melibatkan Himteskes,” kata Jusman, Rabu (13/6/2018).

(Sumber: http://makassar.tribunnews.com/2018/06/13/pilkada-sinjai-aktivis-sinjai-minta-himteskes-tetap-independen)

Dugaan adanya oknum aparatur sipil negara (ASN) yang ditengarai tidak netral dalam Pilkada lalu viral di media sosial, ditanggapi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) kabupaten Sinjai .

Menurut Ketua Panwaslu Kabupaten Sinjai, Muh. Rusmin, yang dikonfirmasi di kantornya, Senin (09/07/2018) pekan lalu, menyatakan bahwa terkait dugaan pelanggaran netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) oleh Sekdinkes Sinjai tinggal menunggu tembusan dari surat KASN karena kasus ini sudah diteruskan ke KASN.

Muh. Rusmin menambahkan, terkait ramainya beredar di medsos foto kertas suara hasil coblosan pada paslon nomor urut 1 disertai KTP pemilih saat di dalam TPS, sementara didalami oleh Panwalu, karena ini berpontensi sebagai bagian pidana pemilu.

Sementara pihak Dinas kesehatan Kabupaten Sinjai sejak diberitakan tidak memberi tanggapan. Bahkan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Sinjai yang dikonfirmasi secara tertulis, patut, dan layak, hingga berita ini diposting, tetap tidak memberikan jawaban dan terkesan lebih memilih sikap bungkam.

Sumber: http://www.komandoplus.com/2018/07/dipertanyakan-netralitas-asn-puskesmas.html?m=1

Mahasiswa KKN UNM Edukasi Masyarakat Melalui Seminar Proker

 

Seminar KKN UNM di Barru

Barru, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Makassar (UNM), menggelar seminar Program Kerja (Proker) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM).

Seminar Proker tersebut digelar di aula kantor Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Senin (23/7/2018).

Mahasiswa KKN UNM Kecamatan Tanete Rilau, Farhani Islam, mengatakan pada seminar tersebut dipaparkan Proker utama mahasiswa KKN yang akan direalisasikan ke depannya.

“Proker utama yang dipaparkan dalam seminar ini, diantaranya Proker pengembangan dan pengolahan berbasis sumber daya pesisir pada wanita nelayan di Kecamatan Tanete Rilau,” kata Farhani Islam, Senin (23/7).

Farhani menambahkan, sejumlah Proker tambahan juga diusung oleh mahasiswa KKN UNM dalam seminar Proker tersebut antara lain, senam sehat, bimbingan belajar, ranking penyuluhan cuci tangan dan sikat gigi untuk anak usia dini dan sekolah dasar.

Proker tersebut rencananya akan dilaksanakan di tiga Desa di Kecamatan Tanete Rilau, yaitu di Desa Lasitae, Corowali dan Desa Pancana.

“Seluruh Proker yang diusung mahasiswa KKN ini merupakan hasil observasi dan analisis kebutuhan masyarakat desa yang ada di Kecamatan Tanete Rilau,” ujar Farhani.

Sementara itu, Camat Tanete Rilau, Muh Hudri, yang juga hadir dalam seminar Proker itu, mengharapkan agar seluruh Proker yang direncanakan mahasiswa KKN UNM dapat berjalan lancar serta membawa manfaat bagi masyarakat setempat.

“Kami selaku perangkat pemerintah Kecamatan, tentu selalu mendukung apapun yang dilakukan oleh mahasiswa peserta KKN, selama itu untuk kebaikan masyarakat kami sendiri,” tuturnya.

Reporter: Abd. Latif Ahmad

Mayjen TNI Surawahadi Resmi Jabat Pangdam XIV/Hasanuddin

0
Susana saat penandatanganan serah terima jabatan Pangdam Hasanuddin.

Jakarta, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Mutasi jabatan pimpinan di lingkungan TNI Angkatan Darat kembali bergulir, hal ini ditandai acara Korps serah terima jabatan beberapa Perwira tinggi TNI Angkatan Darat, berlangsung di Aula A.H. Nasution lantai 3 Mabesad Jakarta Pusat. Senin (23/07).

Acara Sertijab dipimpin langsung Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono. Turut dihadiri oleh Wakasad, Irjenad, para Asisten Kasad dan Kosahli Kasad, para Pangkotama, Gubernur Akmil, Dan/Dir/Ka Balakpus TNI AD, Ketua Persit KCK beserta pengurus dan para perwira di lingkungan TNI AD.

Dari beberapa Perwira tinggi Angkatan Darat yang dimutasi, salah satu diantaranya pejabat Pangdam XIV/Hasanuddin dari Mayjen TNI Agus Surya Bakti digantikan oleh Mayjen TNI Surawahadi.

Mayjen TNI Agus Surya Bakti telah menjabat Pangdam XIV/Hasanuddin yang sebelumnya Pangdam VII/Wirabuana selama kurang lebih dua tahun sembilan bulan sejak 28 Oktober 2015, dan akan menjabat sebagai Asisten Intelijen Panglima TNI. Sedangkan pejabat baru Mayjen TNI Surawahadi sebelumnya menjabat Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri Kodiklat TNI Angkatan Darat.

Kasad Jenderal TNI Mulyono dalam amanatnya mengatakan, mutasi pejabat di lingkungan TNI AD merupakan bagian dari mekanisme pembinaan organisasi dan sebagai implementasi dari proses regenerasi. Selain itu, juga merupakan upaya menjaga kesinambungan kepemimpinan dalam rangka mendorong semangat pembaharuan dan penyegaran pemikiran yang selanjutnya diproyeksikan untuk peningkatan kinerja instansi dan organisasi.

Terkait perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis dan kompleks, pimpinan TNI Angkatan Darat menuntut para Perwira untuk senantiasa meningkatkan kredibilitas, profesionalisme dan produktivitas dalam membangun sistem kerja yang lebih efektif dan efisien di satuannya.

Diakhir amanat itu, Kasad mengajak kepada seluruh prajurit jajaran TNI Angkatan Darat, untuk terus memperkuat karakter prajurit sesuai Jati Diri TNI dan senantiasa mempedomani Sumpah Prajurit, Sapta Marga dan Delapan Wajib TNI, serta meningkatkan soliditas dan sinergitas internal TNI Angkatan Darat. (*)

Pemkab Barru Resmi Bangun Gedung Kantor Bupati Berlantai Delapan

0

Barru, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Pemerintah Kabupaten Barru (Pemkab), Bupati Barru, Ir H Suardi Saleh MSi telah menggelar pemancangan tiang pertama pembangunan menara Kantor Bupati Barru di Jl. Sultan Hasanuddin, Kelurahan Coppo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru,  Senin (23/7).

Sekedar diketahui bahwa mega proyek ini dikerjakan PT Bumi Perkasa Sidenreng dengan konsultan pengawas CV Baji Rupa Consultant, dengan Anggaran pada tahap pertama sebesar Rp 40.192.000.000, bangunan tersebut nantinya akan memiliki delapan lantai dengan luas bangunan 30×30 meter.

Tampak hadir pada acara tersebut, Ketua DPRD Barru Andi Nurhudayah Aksa, Sekertaris Daerah (Sekda) Barru Ir. H. Nasruddin AM, M,Si, Dandim 1405 Mallusetasi, Letkol Arm. K. Ady Hasyah, Kapolres Barru AKBP. Dr. H. Burhaman SH.MH, Kajari Barru, Paian Tumanggor SH, para Unsur Forkopimda, para Pimpinan OPD, para Camat, Lurah dan Kepala Desa se – Kabupaten Barru.

Dalam sambutannya, Suardi Saleh  meminta kepada pihak terkait atau penanggung jawab proyek agar memonitoring dengan baik proyek yang dibangun di pekarangan kantor Bupati Barru tersebut, “Skedul proyek ini harus dikontrol rutin perhari, jangan sampai ada target kita yang minus dalam seharinya. Tapi kalau pun ada sedikit atau sekian persen yang tertinggal, esoknya harus tertutupi,” kata H Suardi Saleh.

Mantan Kadis PU Pinrang itu pun mengharapkan agar proyek yang akan menjadi ikon Barru itu betul-betul diperhatikan sehingga pengerjaan proyek bisa terukur dan selesai tepat waktu.

“Jadi saya harap ini bisa selesai tepat waktu, karena dengan begitu, bangunan ini juga akan cepat kita gunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan berkantor ke depannya,” ucapnya.

H Suardi Saleh juga menyampaikan bahwa gedung ini dibangun merupakan tambahan atau perluasan dari pada komplek kantor bupati ini Karna ruangan yang ada tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan aktivitas yang ada saat ini Karna dalam kompleks kantor bupati ini ada yunik kerja.

“Kenapa pilihannya bangunan tawer kenapa tidak horisontal atau bukan pertikal, Karna kompeleks kantor Bupati ini sudah masuk kawasan hutan kota jadi saya berharap tidak banyak pohon-pohon yang ada disini akan terganggu,” jelasnya.

Lanjut H Suardi Saleh Berharap kepada PPK, kadis PU dan semua yang terlibat dalam proyek ini agar betul-betul menyusun rencana sebaik-baiknya, “Bagaimana supaya waktu yang di sesuaikan dengan kontrak betul-betul di manfaatkan dan saya berharap akan selesai sesuai dengan kontrak,” pungkasnya.

Kepala Dinas PUPR Barru, Herman Jaya menyatakan pembangunan proyek ini direncakan akan berakhir 25 Desember 2018, sekitar enam bulan masa kerja,

“Total anggaran yang kami siapkan untuk tahap pertama senilai 40,1 Milliyar, ya semoga selesai tepat waktu,” kata Herman.

Untuk tahap pertama lanjut Herman, akan diselesaikan gedung induk kemudian perampungan akan dikerjakan pada tahap kedua tahun depan, “Rencana dua tahap, insya Allah tahun depan lanjut lagi tapi kami belum hitung untuk anggaran tambahannya,” ujarnya.

Sementara itu, PPK, Baharuddin Ali menyebut pihaknya akan berupaya menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu, “Sesuai instruksi pak Bupati juga maka kami tentu berupaya mungkin mengejar target waktu dan menyelesaikan proyek ini dengan jangka yang sudah ditetapkan sebelumnya,” tuturnya.

Reporter: Abd Latif Ahmad

Mahasiswa FK Unibos Kunjungi Panti Sosial

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa (FK Unibos) kunjungi Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar, Senin (23/07).(Foto: Ist.)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa (FK Unibos) kunjungi Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar, Senin (23/07).(Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Sebagai rangkaian implementasi praktek mata kuliah lapangan Effective, Empaty, Communication and Social Responsibility, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa (FK Unibos) kunjungi Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar, Senin (23/07).

Kunjungan yang dilakukan juga sebagai rangkaian dari program bakti sosial FK Unibos ini diikuti 50 mahasiswa FK Unibos angkatan 2017. Kunjungan ini disambut oleh Kepala Tata Usaha Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya, Saipul Samad.

“Kami berterima kasih atas kunjungan rutin yang dilakukan. Sekiranya ini memberi manfaat untuk membantu para anggota penerima manfaat di panti ini untuk lebih banyak belajar dan sharing ilmu. Karena ini juga bisa jadi bentuk motivasi bagi anak-anak agar mampu belajar beradaptasi meskipun dengan kekurangannya masing-masing,” ungkap Saipul Samad.

Salah satu mahasiswa FK Unibos yang melakukan kunjungan ini berharap anak-anak di panti asuhan memiliki ruang yang lebih terbuka untuk memperlihatkan karya-karya mereka.

“Agar mereka yang ada di panti ini lebih dapat diperhatikan lagi. Sebab mereka meski dengan kekurangan tetapi memiliki kemampuan dan keterampilan yang mumpuni. Orang-orang beginilah yang justru memiliki semangat yang lebih tinggi,” kata Elio Enai, mahasiswa FK Unibos 2017.

Panti Sosial yang terletak di Jl. A.P. Pettarani ini memiliki puluhan penyandang disabilitas yang dibina sesuai dengan bakat mereka. Seperti keterampilan dalam percetakan, sablon, otomotif, fotografi, menjahit, seni musik dan suara juga bagian tata rias wajah dan busana.

Kunjungan yang dilakukan mahasiswa FK Unibos ini tiada lain untuk mempelajari bagaimana teknik berkomunikasi yang tepat, meningkatkan kepedulian mahasiswa, melakukan analisis kepada pasien,  dan mempelajari teknik memberi sosuli untuk penanganan pasien. (FP)

 

Sastra Asia Barat Unhas Gelar Pelatihan Pengajaran Bahasa Arab Untuk Penutur Asing

Pelatihan bahasa Arab yang berlangsung di ruang LKPP dan Aula Mattulada.(Foto: Ist.)
Pelatihan bahasa Arab yang berlangsung di ruang LKPP dan Aula Mattulada.(Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Sastra Asia Barat Universitas Hasanuddin bersama Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia dan Markaz Buhuts Attawassul Wal Ma’rifi (Lembaga penelitian, komunikasi dan pengetahuan di Riyadh) mengadakan pelatihan yang bertajuk Pengembangan Keterampilan Pengajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing yang berlangsung selama tiga hari; 23 – 25 Juli 2018.

Pelatihan bahasa Arab yang berlangsung di ruang LKPP dan Aula Mattulada ini diikuti 110 orang guru dan dosen bahasa Arab. Para peserta yang hadir berasal dari berbagai daerah di Sulawesi, yakni dari Gorontalo, Manado, Palopo, Parepare, Baru, Pangkep, Bone, Maros, Gowa, dan Bulukumba.

Kegiatan ini menghadirkan ahli pengajar bahasa Arab bagi penutur dari Arab Saudi, yaitu Prof Dr Ahmad Al-Anzy. Pakar bahasa Arab ini akan mengajar dan melatih peserta bagaimana metode yang ideal bagi pengajar bahasa arab yang berasal dari Indonesia dalam mengajarkan bahasa arab yang benar sesuai dengan metode pengajaran bahasa penutur asli bahasa Arab.

Ketua Panitia Pelatihan yang juga dosen Sastra Arab Unhas Fadlan Ahmad, S.S, M.Si. mengatakan, selain melatih para dosen dan guru dalam mengajar bahasa Arab, pelatihan ini menjadi ajang untuk memotivasi mereka dalam mengajarkan peserta didik dalam berbahasa Arab yang baik dan benar.

“Harapannya, pengajar bahasa khususnya daerah Sulsel dan sekitarnya dapat mampu menggunakan metode yang sesuai sehingga mempermudah siswa dan mahasiswa belajar bahasa Arab,” harap Fadlan.

Fadlan Ahmad menambahkan, minat siswa atau calon mahasiswa terhadap bahasa Arab sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan data jumlah pendaftar bahasa Arab di Unhas pada beberapa tahun ini terus mengalami peningkatan.

“Tingginya minat siswa terhadap bahasa Arab ini tentu harus diimbangi dengan adanya kualitas pengajaran bahasa Arab yang baik pula,” katanya.

Sementara itu dalam sambutan singkatnya Dekan Fakultas Ilmu Budaya Prof. Dr. Akin Duli, MA. berharap kedepannya pelajaran bahasa Arab bisa menjadi pelajaran dan mata kuliah yang wajib di sekolah-sekolah dan universitas agar bahasa Arab menjadi bahasa yang membumi di Sulsel, khususnya di Unhas sendiri.

Kegiatan pelatihan yang diisi oleh ahli bahasa Arab dari Arab Saudi ini berlangsung dalam bahasa Arab. Sehingga, para peserta langsung berkomunikasi dan mendengarkan bahasa Arab dari penutur aslinya. (FP)

 

Kembalikan Eksistensi Aksara Bugis

Kampung Lontara

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Era globalisasi membawa banyak perubahan yang cukup pesat di segala bidang. Tak terkecuali dengan kehidupan sosial budaya maupun bahasa pada masyarakat yang hidup di tengah-tengah lingkaran adat warisan nenek moyang. Arus globalisasi yang dengan cepat merambah ke sendi kebudayaan nusantara, membuat pergeseran budaya lokal sedikit banyaknya telah mengubah interaksi sosial budaya masyarakat Indonesia. Hal ini pun membawa dampak tersendiri terhadap dunia pendidikan saat ini.

Terlihat dalam beberapa tahun belakangan, sekolah-sekolah serentak mengupayakan untuk menyesuaikan kondisi arus globalisasi dalam sektor sarana prasarana serta metode pengajaranya. Dampaknya, banyak bermunculan sekolah-sekolah dengan sistem billingual language, yang menjadikan bahasa asing, seperti mandarin dan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di sekolah. Sementara bahasa adat/daerah mulai terabaikan, bahkan hampir hilang.

Sadar akan perubahan itu, sekelompok mahasiswa berinisiatif menyiapkan sebuah tempat belajar yang kental akan identitas lokal khas Sulawesi Selatan. Berbekal tekad, riset serta pengamatan selama beberapa tahun terhadap masyarakat lokal di Kabupaten Bone, per-Maret 2018 lalu, mereka berhasil mendirikan Sekolah Pustaka Lontara.

“Kami membuat Sekolah Pustaka Lontara ini berdasarkan pengamatan kami beberapa tahun belakangan, dimana kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan ini, perlahan-lahan kehilangan identitas lokalitasnya. Arus globalisasi yang sangat cepat pergerakannya telah merambah sampai sendi kebudayaan Nusantara, bahkan hingga ke pinggiran,” kata Ahmad Arham kepada FAJAR PENDIDIKAN, 3 Mei 2018.

Meski masih terbilang baru, lanjut Ahmad Arham, namun keberadaan sekolah ini diharapkan mampu melestarikan adat, bahasa dan tulisan Lontara yang khas di Sulawesi Selatan.

“Kami sadar betul, kalau globalisasi pendidikan merupakan serangkaian sistem yang disesuaikan untuk menjawab kebutuhan pasar dan profesionalisme persaingan kerja, untuk mempersiapkan perdagangan bebas ASEAN,” ujar Ahmad Arham.

Menurutnya, realitas yang terjadi saat ini akan melahirkan sistem yang tidak berpihak pada pembelajaran, yang beriorentasi pada nilai kebudayaan pembelajaran muatan lokal di sekolah. Akhirnya, siswa semakin hari akan jauh terhadap identitas kebudayaanya. “Olehnya itu, kami berharap melalui Sekolah Pustaka Lontara ini, anak-anak dapat lebih mengenal budaya kita,” tutur mahasiswa Jurusan Antropologi tersebut.

Lebih jauh lagi, Ahmad menggambarkan seperti apa Sekolah Pustaka Lontara yang ia rintis bersama kawan-kawannya. Sekolah itu berada di tengah saluran irigasi persawahan, di antara hamparan persawahan hijau, tepatnya di Kelurahan Macope, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone yang jaraknya kurang lebih 6km dari kota Watampone.

Sekolah Pustaka Lontara ini merupakan sekolah yang memperioritaskan pengajaran khusus aksara lontara serta pengembangan dan pelestarian nilai kearifan lokal. Dengan proses belajar mengajar yang fleksibel dalam ruangan dan alam bebas.

“Sekolah Pustaka Lontara berada di dalam kampung yang kami sebut ‘Kampung Lontara’. Singkat cerita dari Kampung Lontara ini, berdasarkan riset yang kami lakukan, kami menemukan bahwa mata pelajaran muatan lokal, terlebih pembelajaran aksara lontara, sistem pengetahuan masyarakat bugis dan pengenalan permainan seni tradisional hampir tidak menjadi prioritas. Bahkan beberapa sekolah tidak mengajarkan muatan lokal sebagai aspek utama pendidikan berbasis karakter, sehingga menjadikan luaran siswa yang lanjut ke jenjang pendidikan lebih tinggi, bisa dipastikan akan buta identitas kebudayaannya,” jelas Ahmad.

Di Sekolah Pustaka Lontara, arus globalisasi bukanlah hal yang ditolak. Akan tetapi bagaimana dalam sistem pendidikan di sekolah formal menjadikan pembelajaran muatan lokal sebagai prioritas dalam menjaga dan melestariakan kekayaan budaya Indonesia.

Oleh karena itulah, Sekolah Pustaka Lontara hadir sebagai upaya untuk melakukan proses enkulturasi pewarisan budaya untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya, baik itu bahasa daerah, kususnya aksara lontara bugis, penyampaian adat bugis, cerita rakyat dan sejarah kebudayaan bugis dan berbagai macam seni dan permainan tradisional yang bermuatan nilai-nilai lokalitas yang bermuatan positif.

Terlebih sudah tidak banyak lagi yang menggunakan bahasa bugis sebagai alat berinteraksi sehari hari. Bahkan tak sedikit masyarakat yang buta dalam penulisan aksara lontara sehingga pesan-pesan leluhur terkait pappaseng dan sistem pengetahuan masyarakat bugis, jarang yang mengetahuinya.

Keberlangsungan akivitas sekolah lontara ini difokuskan setiap Sabtu sore dan Minggu. Di hari Senin hingga Jumat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas fungsi perpustakaan umum dan edukasi pelestarian permainan tradisional.

Semua pembelajaran diintegrasikan dan dikembangkan dalam pembelajaran berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Guna membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian budaya lokal, Sekolah Lontara ini dijadikan sebagai sekolah non formal percontohan yang berbasis pendidikan muatan lokal dengan konsep  education religion (edureligion), education cultural (edutural) dan education entertainment (edutainment).

 

 

Roperter: Arini Wulandari

 

Sekolah Kolong Project: Lebih Baik Nyalakan Lilin Daripada Mengutuk Gelap

Sekolah Kolong Project. Desa itu letaknya cukup jauh dari pusat kota. Bila ingin berkunjung, Anda harus berjalan kaki 2 jam lamanya. Namun, jangan harap Anda akan menemukan jalan mulus. Akses yang sulit membuat desa ini terisolasi. Ratusan penduduk di dalamnya, “terkurung”. Akibatnya, 95 persen warganya buta huruf.

Di desa ini pun hanya ada satu sekolah dasar yang kekurangan tenaga pengajar. Padahal, anak usia sekolah cukup tinggi. Angkanya mancapai puluhan. Suatu pamandangan yang miris di tengah upaya pemerintah mendorong pendidikan berkulitas dan merata di seluruh Indonesia.

“Sekolahnya hanya berada di bawah kolong rumah dengan fasilitas seadanya. Mereka belajar hanya ketika guru ada,” jelas Mulyadi, penanggung jawab Sekolah Kolong Project, menggambarkan kondisi sekolah di Kampung Bara-Barayya, Dusun Tanete Bulu, Desa Bontomanurung, Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros.

Agustus 2017 menjadi awal Sekolah Kolong Project menginspirasi. Sebanyak 24 anak di desa ini setiap akhir pekan berkumpul di bawah kolong rumah, tempat sekolah kolong berbagi pengetahunan.

Sekolah Kolong Project
Suasana kelas

“Sabtu-Minggu kami mengirim relawan ke sana untuk mengajar,” kata Mulyadi. “Ketika kami gali lagi informasi mengenai Kampung Bara-Barayya, kami akhirnya harus menelan pil pahit bahwa 95 persen penduduk di sana buta huruf. 95 persen penduduknya juga tidak bisa mengaji,” lanjutnya serius.

Kondisi itu diperparah dengan kesadaran warga kampung akan pentingnya pendidikan. “Makanya kami ingin berbuat sesuatu yang mungkin sedikit bisa meringankan beban adik-adik di sana, utamanya pendidikan,” tambah Mulyadi.

Hampir setahun sejak kehadiran sekolah kolong, anak-anak kampung Bara-Barayya, kini mulai terseyum. Mereka yang biasanya banyak manghabiskan waktu bermain dan membantu orang tua berkebun, kini begitu antusias belajar.

Mereka pun paham akan pentingnya pendidikan dan sebuah cita-cita. Kehadiran Sekolah Kolong membuka pengetahuan mereka yang terhenti. Sistem pengajaran yang lebih mengedepankan motivasi dan mengasah kreativitas, dengan konsep belajar sambil bermain, jadi kunci sekolah kolong mengambil hati 24 muridnya.

“Kami ingin juga mereka merasakan pendidikan yang layak, kami ingin adik-adik yang ada di sana, juga berjuang untuk menggapai cita-citanya meskipun dalam keterbatasan dan meskipun di pelosok terpencil sekali pun,” tutur Mulyadi. 

Terus Bergerak

“Hal yang paling menyenangkan itu melihat mereka senyum, tawa anak-anak yang sedang semangat-semangat belajar, itu sudah cukup untuk menghapus lelah selama perjalanan jauh yang mesti ditempuh dengan berjalan kaki.”

Sekolah Kolong Project
Alam jadi tempat belajar

Relawan Sekolah Kolong memang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Mereka ingin membuktikan bahwa masih ada anak muda di negeri ini yang peduli. “Anak muda tidak semuanya hanya mementingkan kepentingan pribadi. Masih banyak anak muda yang peduli dan tergerak untuk membantu sesama,” lanjutnya.

Para relawan ini berharap, anak didiknya kelak mendapat gedung sekolah yang layak. Kini, dana mereka kumpulkan. Melalui kitabisa.com, Mulyadi berharap, uluran tangan dermawan guna mewujudkan harapan anak didiknya. Membuat anak didiknya tertawa, senyum, dan bahagia adalah tujuan akhir mereka.

“Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan,” kata Mulyadi, singkat.

Komitmen Cerdaskan Anak Desa Kahayya

Kelas Minggu Ceria (KMC)

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tismi Dipalaya harus menempuh ratusan kilometer jauhnya setiap dua kali sebulan menuju suatu desa. Ia dan belasan volunteer lainnya telah berkomitmen, berbagi inspirasi dan pengetahuan pada anak-anak di Dusun Tabbuakkang, Desa Kahayya, Kabupaten Bulukumba. Misi mereka sederhana, menurunkan angka buta huruf yang mencapai 70 persen dan angka putus sekolah usai Sekolah Dasar (SD) yang tinggi di desa ini dalam kurang waktu 5 tahun.

“Kami berharap dengan adanya KMC, bisa memotivasi adik-adik di desa untuk semangat belajar, punya cita-cita, dan memupuk rasa ingin tahunya,” ujarnya. Sejak Desember 2014, Tismi dan timnya mengelola taman baca yang diberi nama Kelas Minggu Ceria.

“Kami memang menyebutnya “kelas” tapi pelaksanaannya bukan di kelas seperti biasanya, tapi outdoor. Yang kami yakini bahwa “kelas” bukan menunjukkan ruangan (fisik), tapi ruang belajar dan ruang belajar yang kami maksud adalah alam, lingkungan sekitar,” kata Tismi.

Kelas ini hadir untuk berbagi keceriaan, mengubah pandangan bahwa belajar yang selama ini membosankan dan kaku menjadi fun. Konsep yang digunakan adalah belajar sambil bermain, atau bermain sambil belajar.

“Belajar sering di-setting menyeramkan dan membosankan, tidak mewadahi aktivitas berpikir siswa dan tidak kontekstual. Akhirnya motivasi belajar siswa kurang. Dan ini yang menjadi masalah krusial dan umum yang dihadapi anak Indonesia menurut saya, baik yang di desa maupun di kota besar.”

Kini, 3 tahun lebih KMC hadir, anak usia dua tahun di desa ini telah bersahabat dengan buku. Anak usai 6 SD dan SMP juga punya gambaran ingin melanjutkan sekolah. Bahkan, kata Tismi, beberapa anak ingin sekolah ke luar negeri. “Bagi kami, ini menunjukkan semangat mereka untuk sekolah,” katanya.

Tismi mengenang, ketika ia baru pertama menginjakkan kaki di Desa Kahayya. “Di awal, untuk menyebutkan cita-cita mereka masih kebingungan, bahkan ada yang bertanya ‘apa itu cita-cita’. Sekarang mereka bahkan jauh dari ekspektasi kami, mereka berani menyebutkan cita-cita yang beragam (bukan lagi seputaran guru, dokter, polisi) ada yang bercita-cita jadi astronot, ustadz, profesor, pemadam kebakaran, dan banyak lagi,” lanjut Tismi.

Taman baca yang hadir di lingkungan mereka bukan hanya tempat bermain tapi menjadi saksi anak-anak desa Kahayya tumbuh, merajut cita-cita. “Buku-buku ini pun punya peran penting. Seperti yang kita tahu, buku adalah jendela dunia. Jadi, adik-adik bisa tahu tentang perbintangan, tentang profesi astronot itu tanpa kami ajari tapi dari bacaan-bacaan mereka. Selain itu, kami juga mengapresiasi ibu-ibu yang bersedia mengajar baca tulis Al-Quran di taman baca. Jadi setiap hari, adik-adik punya alasan untuk ke taman baca,” terang Tismi.

Komitmen

“Hmm, yang membedakan mungkin, kami belum ke mana-mana, 3 tahun lebih kami masih di Desa Kahayya. Kami mencoba konsisten dengan konsep Kelas Minggu Ceria dan fokus ke satu tempat. Target awal maksimal 5 tahun baru kami beralih ke tempat lain,” jelas Tismi.

MCI memang punya fokus membangun satu tempat. Mereka tidak akan beranjak dari desa satu, sebelum semua yang mereka programkan berjalan dengan mandiri.

“Di KMC, bawahnya santai, baik itu dari konsep pembelajaran maupun teknisnya. Kami belajar the power of slow life,” ujar Tismi.

Kelas Minggu Ceria percaya, bila membangun suatu masa depan harus melalui pendidikan. Pendidikan adalah jalan untuk memanusiakan manusia.

Lingkungan pedesaan yang asri dan natural, mereka manfaatkan dengan mengubah paradigma dan metode pembelajaran. Lebih berpusat pada siswa. “Jadi, tidak perlu berbicara lebih jauh mengenai fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan yang jauh berbeda antara pelosok dan kota. Pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah memandang hakikat pendidikan itu. Karena media, alat, fasilitas bahkan metode pembelajaran itu tidak ada artinya jika jiwa untuk mendidik tidak ada,” kata Tismi.

Reporter: Kasman

Pamgdam Resmikan Gedung Perwakilan Kodam Hasanuddin di Jakarta

0
Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Agus SB, saat menggunting pita menandai peresmian gedung perwakilan Kodam Hasanuddin di Jakarta. (Iskandar)

Jakarta, FAJARPENDIDIKAN.co.id – “Kesejahteraan prajurit, bukan hanya berupa pemberian uang dan harta benda, akan tetapi pemberian berupa penginapan yang layak bagi prajurit, juga menjadi bagian dari sebuah kesejahteraan”. Hal ini, disampaikan Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Agus SB saat meresmikan gedung perwakilan Kodam XIV/Hasanuddin di Jl. Dr. Wahidin I No. 1 Jakarta Pusat, Minggu (22/07).

Lanjut Pangdam mengatakan, bahwa dengan adanya pembangunan gedung 3 lantai dan renovasi gedung 2 lantai perwakilan Kodam XIV/Hasanuddin, diharapkan dapat menambah semangat dan motivasi para anggota Kodam XIV/Hasanuddin dalam melaksanakan tugas pokoknya.

“Pembangunan dan renovasi gedung ini, merupakan salah satu bentuk perhatian dari pimpinan TNI kepada prajuritnya. Untuk itu, gunakan dan rawat gedung ini dengan baik sehingga masa pakainya lebih lama”, tegas Pangdam Mayjen TNI Agus SB.

Peresmian yang ditandai dengan pemotongan pita dan penandatangan batu prasasti itu, turut hadir Kasdam XIV/Hasanuddin Brigjen TNI Budi Sulistijono, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana PD XIV/Hasanuddin Ibu Bella Agus SB, para Danrem, Asisten Kasdam dan Komandan/Kabalak Kodam XIV/Hasanuddin. (*)