Beranda blog Halaman 484

Manfaat yang Terkandung Pada Pete, Akan Membuatnya Jadi Barang Mewah

0

Prof DR Dr H Biran Affandi memprediksi bahan untuk sayuran Pete, bisa menjadi barang mewah. Itu kalau orang mengetahui manfaatnya. Hampir semua manfaat Pete yang disebutkan, kaatanya, benar terbukti.

‘’Saya berani mengatakan hal ini karena saya sudah menjalankan 15 tahun penelitian terapi Pete dan 4 tahun masa sosialisasi = 19 tahun. ‘’, tutur Prof Biran Affandi.

‘’Tahun 1995, saya membaca sebuah artikel dari Prof. Hembing tentang Pete yang bagus untuk mencuci darah. Lalu saya mulai makan Pete rebus yang selanjutnya menjadi terapi Pete’’, tambahnya.

Dua terapi Pete:
Terapi makan buah Pete, rebus dan terapi minum air rebusan kulit Pete○.
Buah Pete rebus itu akan membersihkan sistem pencernaan, membersihkan darah, pembuluh darah dari berbagai TPD (toxin, poison, dirt = kotoran), granula, kolesterol, dll.

Bau pesing yang dihasilkan sehari setelah makan Pete, keluar dalam bentuk puff, urine dan keringat itu merupakan pertanda TPD cs yang dihancurkan oleh zat Pete.

Setelah 4 hari berturut menjalankan terapi Pete, pada pagi hari ke-5, biasanya puff, urine juga keringat sudah tidak berbau lagi, karena TPD cs itu telah diluruh (dihancurkan) oleh Pete.

Air rebusan kulit Pete (air Pete) bermanfaat untuk mengembalikan fungsi saraf, menurunkan tekanan darah, mengobati asam urat, rheumatik, trauma otot, dst. Seseorang yang terkena asam urat hanya butuh sekitar 4-7 hari minum air Pete dan dia bisa terbebas dari asam urat. Seseorang yang terkena trauma otot, atau lumpuh pasca stroke juga bisa bebas dari halangan dalam waktu yang sama.

Ada bonus bagi pria yang minum air Pete yaitu mendapatkan ‘SLOW VIAGRA’, mendapatkan stamina dan power hampir 3 kali lipat setelah rutin minum air Pete.
Beberapa orang berumur sekitar 60 tahun hanya butuh waktu 1 hari untuk kembali bisa bangun berdua, dari posisi tidak berpotensi menjadi berpotensi kembali.

Dengan menjalankan full terapi Pete, makan buahnya dan minum air Pete, bisa menjaga kesehatan, menyembuhkan dari bermacam penyakit, membawa kebahagiaan rumah tangga, memberikan kesejahteraan.

Terapi ini bukan hanya menjaga kadar gula darah, juga ada fungsi cell-regenerative yang mengembalikan fungsi berbagai organ tubuh, yang bisa membawa kesembuhan dari penyakit diabetes, jantung, ginjal, dst.

Pete sudah masuk ke berbagai negara di Eropa, dan mungkin juga Amerika, karena ada banyak toko bahan pangan Asia yang mengimport buah, sayuran, bumbu dari negara Asia ke negara negara itu, tentu dalam jumlah yang terbatas tetapi ADA.

Soal Pete dijadikan jus atau milkshake itu juga bisa, hanya sekedar membuat mudah mengkonsumsi Pete. Karena ada sebagian orang yang tidak suka dengan ‘rasa makan Pete’ akan dimudahkan dengan cara meminum jus atau milkshake Pete itu.

Untuk membaca RESEP TERAPI PETE atau mendapatkan buku ebook soal terapi Pete silahkan ke :https://bambangbakti.wordpress.com/…/…/28/resep-terapi-pete/
5 buku, 3 bahasa Indonesia dan 2 dalam bahasa Inggris.

Terapi Pete ini sudah didownload ribuan orang dari mancanegara, pembaca terapi ini berasal dari 30 negara dunia. Hanya soal waktu, buah Pete menjadi komoditas internasional, pasti akan dipakai di seluruh dunia sebagai obat herbal.

Jangan buang buang waktu, segeralah jalankan terapi Pete, demi kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesejahteraan kita bersama. Segera ikutan, mumpung masih murah meriah, nanti kalau sudah diexport ke mancanegara, harganya pasti jauh lebih tinggi. (wa/ana)

Menulis Opini dan Esai di Medsos dan Media Massa

0

Sejak bisa membaca, mungkin kelas satu atau kelas dua SD, saya memang sudah hobi membaca.

Oleh: Asnawin Aminuddin

Saya membaca apa saja yang bisa dibaca. Mulai dari buku, koran, majalah, tulisan di pembungkus (makanan, minuman, bedak, dan lain sebagainya), sampai nama toko dan nama jalan bila sedang melintas di jalanan.

Saya juga senang dan rajin membaca Al-Quran dan sudah khatam sejak kelas empat atau kelas lima SD, lalu kemudian menjadi asisten guru mengaji, yang waktu itu guru mengaji kami adalah ibu dari ibu saya alias nenek kami sendiri.

Dua dari empat kakak saya, sayalah yang melanjutkan mengajarinya mengaji sampai khatam (waktu itu kami sebut Tamat Qur’an Besar), padahal mereka lebih duluan mengaji.
Sejak SD, saya juga sudah menulis puisi (waktu itu disebut sanjak) dan juga menulis cerpen. Rasa-rasanya tidak banyak teman seusia saya waktu itu yang rajin menulis.

Saya juga sering diminta oleh guru di sekolah untuk meng-imla’, membacakan isi materi mata pelajaran untuk ditulis teman-teman di kelas. Artinya, sejak SD saya sudah jadi asisten guru, he..he..he..

Waktu SD sampai SMP, rumah yang paling sering saya kunjungi yaitu rumah salah seorang paman saya. Kami memanggilnya Etta Mappa’, yang waktu itu menjadi pejabat publik sebagai Anggota DPRD Kabupaten Bulukumba.

Saya sering ke rumahnya karena sebagai Anggota DPRD, ia mendapat jatah langganan koran dan majalah. Waktu itu, langganannya antara lain koran Harian Pedoman Rakyat, Koran Harian Kompas, dan juga Majalah Panjimas (Panji Masyarakat).

Saya membaca apa saja yang bisa dibaca, tapi ada dua bacaan favorit saya yaitu cerpen dan kisah tokoh-tokoh agama, penemu, pejabat, dll. Mungkin karena itulah, saya selalu memasukkan kisah-kisah dalam berbagai tulisan dan setiap kali berceramah di masjid (sebagai muballigh) setelah dewasa.

Satu lagi hobi saya ketika masih sekolah, yaitu saya senang korespondensi. Dulu namanya sahabat pena. Saya saling berkirim surat dengan orang-orang seusia di berbagai daerah.

Kami berkenalan lewat surat menyurat yang dikirim lewat Kantor Pos, dan juga berbagi cerita. Sayalah yang berinisiatif mengirim surat untuk berkenalan setelah melihat foto dan alamat mereka terpajang di koran atau majalah. Surat yang dikirim ketika itu butuh waktu berhari-hari untuk sampai di alamat tujuan, begitu pun surat balasannya.

Setelah kuliah, saya melanjutkan kebiasaan menulis dengan menulis artikel opini untuk dimuat di koran Harian Pedoman Rakyat dan koran Harian Fajar, Makassar. Honor tulisan lumayanlah untuk ukuran mahasiswa, he..he..he..

Waktu itu, saya kuliah di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang. Sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM).

Karena saya mahasiswa Fakultas Olahraga, maka saya lebih banyak menulis artikel olahraga, tetapi saya juga menulis artikel umum, juga menulis cerpen dan puisi.

Jadi Wartawan

Tahun 1992, Koran Harian Pedoman Rakyat membuka pendaftaran calon reporter (wartawan) dan saya mendaftar bersama lebih dari 100 orang lainnya. Syarat pertama yaitu harus sarjana. Pada waktu yang hampir bersamaan, saya juga mendaftar sebagai calon guru PNS di Makassar.

Waktu itu, saya sudah bekerja sebagai guru honorer mata pelajaran olahraga dan juga diminta mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia di STM Dharmawirawan Pepabri Bulukumba (sekarang SMK Dharmawirawan Pepabri Bulukumba).

Terus terang saya tidak punya pengetahuan, apalagi pengalaman jurnalistik ketika mendaftar sebagai calon reporter Harian Pedoman Rakyat pada tahun 1992.

Saya berani mendaftar jadi calon wartawan karena saya seorang penulis dan tulisan saya cukup banyak yang dimuat di Harian Pedoman Rakyat selama masih kuliah (1986-1991).

“Tentu nama saya sudah cukup dikenal di redaksi Pedoman Rakyat,” pikir saya waktu itu.
Pengumuman calon guru PNS hampir bersamaan dengan pengumuman calon reporter Harian Pedoman Rakyat. Hasilnya, saya tidak lulus jadi guru PNS, tapi lulus jadi calon reporter Harian Pedoman Rakyat.

Saya diterima sebagai calon reporter bersama sekitar 25 orang lainnya. Namun ternyata, kami belum diterima secara penuh, karena masih ada masa percobaan selama tiga bulan, kalau tidak salah Januari hingga Maret 1992.

Tiga bulan kemudian, keluarlah pengumuman dan saya dinyatakan lulus bersama enam orang lainnya, yakni saya sendiri Asnawin, Mohammad Yahya Mustafa, Mustam Arif, Rusdy Embas, Ely Sambominanga, Indarto (alm), dan Elvianus Kawengian (alm).

Sejak itulah, kami menjadi wartawan Harian Pedoman Rakyat, sampai akhirnya Harian Pedoman Rakyat tidak terbit lagi pada September 2007.

Gaya Penulisan

Setelah menjadi wartawan, saya tentu lebih bebas lagi menulis. Selain menulis berita, saya tetap banyak menulis artikel, juga menulis berita dalam bentuk feature dan reportase.

Dengan seizin teman-teman di redaksi harian Pedoman Rakyat, saya membuka kolom “Lanskap” yang dicantolkan pada rubrik Opini halaman 4, setiap hari Senin. Kolom Lanskap adalah opini saya dengan gaya esai.

Gaya penulisan saya banyak dipengaruhi tulisan Sumohadi Marto Siswoyo atau Sumohadi Marsis, pendiri dan Pemimpin Redaksi Tabloid Bola (Tabloid Bola awalnya terbit setiap hari Jumat sebagai sisipan Koran Harian Kompas, lalu kemudian Tabloid Bola berdiri sendiri dan saya selalu membeli setiap terbit).

Sumohadi Marsis punya rubrik di Tabloid Bola yang diberi nama “Catatan Ringan”. Isinya benar-benar catatan ringan, ringan bahasanya, kalimatnya pendek-pendek, tidak menghakimi, tidak menghujat, dan selalu diselingi humor.

Gaya penulisan saya juga banyak dipengaruhi oleh gaya tulisan HM Dahlan Abubakar, guru jurnalistik pertama saya di Harian Pedoman Rakyat. Beliau selain sebagai wartawan (mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat), juga seorang dosen (Universitas Hasanuddin) dan banyak menulis buku.

Mengajar di Kampus

Ketika Harian Pedoman Rakyat tidak lagi terbit, saya mengajar sebagai dosen luar biasa di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar (2008-2014), di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Makassar (tahun 2010), di Universitas Negeri Makassar (UNM, tahun 2020), serta di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar (2007-2014), dan di Universitas Pancasakti (Unpacti) Makassar (masih mengajar sampai sekarang).

Saya mengajarkan beberapa mata kuliah, antara lain mata kuliah Jurnalistik, mata kuliah Penulisan Artikel, Esai dan Opini, mata kuliah Teknik Peliputan Berita, mata kuliah Teknik Penulisan Berita, mata kuliah Kehumasan dan Keprotokolan, mata kuliah Dasar-dasar Public Relation, mata kuliah Public Speaking dan Retorika, serta mata kuliah Pengembangan Kepribadian dan Human Relation.

Mata kuliah apapun yang saya ajarkan, saya selalu mewajibkan mahasiswa membuat tulisan, baik berupa makalah maupun artikel ilmiah populer atau artikel opini. Itu saya lakukan, karena saya ingin semua mahasiswa bisa dan mahir menulis artikel opini.

Menulis di Media Sosial

Tahun 2017, saya menulis secara rutin opini dalam bentuk obrolan di media sosial Facebook, dengan nama “Obrolan Daeng Tompo dan Daeng Nappa.”
Tulisan itu berisi obrolan antara dua tokoh rekaan bernama Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’, yang sambil ngopi membahas berbagai masalah, mulai dari masalah keseharian, masalah-masalah sosial kemasyarakatan, masalah politik dan pemerintahan, hingga masalah agama.

Beberapa teman menyarankan agar tulisan-tulisan dalam Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’ dikumpulkan dan dibukukan. Mudah-mudahan hal itu dapat terwujud.

Materi Khutbah Jadi Artikel Opini

Dalam beberapa tahun terakhir, saya aktif berceramah di masjid, baik ceramah singkat yang biasa disebut kultum (kuliah tujuh menit), maupun ceramah tarwih dan khutbah Jumat. Materi khutbah Jumat selalu saya buat secara tertulis agar terdokumentasi.

Belakangan saya kemudian mengubah materi khutbah tersebut menjadi artikel opini dan memuatnya di media daring, antara lain di Pedoman Karya (www.pedomankarya.co.id), di website MUI Sulsel (https://muisulsel.com/), dan di website MUI Pusat (https://mui.or.id/).

Saya berharap tulisan-tulisan saya bermanfaat bagi banyak orang dan semoga menjadi amal jariyah bagi saya, amin. (*)

Hindari Berplagiat, Bekali Diri dengan Membaca

0

Salah satu pengertian plagiat adalah, ibarat mencaplok karya tulis atau karangan orang lain, dengan hanya mengganti nama pengarangnya atau pembuat karangan tersebut.

Karangan yang diakui sebagai miliknya, utuh yang dihasilkan orang lain. Hingga alinea, dan titik koma.

Perbuatan tersebut memang merupakan perbuatan terlarang, tindakan yang sangat memalukan. Bila diproses hukum, dan dapat dibuktikan, bisa digugat dengan ganti rugi, sesuai keinginan pemilik karya. Hal ini ada payung hukum, yang mengaturnya.

Hal tersebut memang banyak terjadi. Dan tidak hanya melibatkan orang yang berpendidikan rendah, juga kalangan berpendidikan tinggi. Bahkan dilakukan oleh pimpinan pendidikan tinggi. Hingga dicopot dari jabatannya, karena terbukti melakukan tindakan memalukan tersebut.

Bagi penulis, tindakan pencaplokan karya, atau plagiat,bukan hanya kategori tulisan. Juga kategori produk. Pas sama bentuknya, model dan ukurannya pewarnaannya, kalau produk tersebut berwarna. Hingga bentuk label dan tulisannya sama.

Mengapa Bisa Terjadi?

Lalu mengapa perbuatan tersebut bisa terjadi? Berdasarkan pemantauan, biasanya sang plagiat, kualitas “otaknya” memang tidak setara dengan pemilik karya yang diplagiat.

Itu karena malas, berpikir akibat kurang membaca dan terus membaca. Dia maunya mengambil yang gampangnya saja. Istilah orang Bugis, “elo ande tea eco”, (hanya mau makan,tidak mau berusaha, dan berupaya).

Lalu apa yang bisa dihasilkan, bila otak tidak disentuk dengan bahan bahan bacaan. Bagaimana bisa menghasilkan sebuah karya, terutama karya tulis. Yang ini pun belum tentu tulisan kita menarik dibaca orang lain. Apalagi bila harus ditopang dengan data.

Kelihatan juga bila sistem yang diterapkan dengan mencaplok hasil pemikiran orang lain Usahanya tersebut tidak akan langgeng.
Karena usaha yang dijalankannya bukan “ruhnya” sendiri. Tapi roh orang lain.

Bisa saja menghasilkan karangan atau produk bila temanya mirip, dengan mengutif pendapat, tapi menyebutkan sumbernya. Menyebutkan nama yang dikutip pendapatnya.

Tapi kenyakan karya arau karangan tersebut, adalah hasil pemikiran sendiri. (Nurhayana Kamar)

Sisemba Menutup Tradisi Ma’nene, Untuk Tujuan Silaturahmi dan Kebersamaan

0

Masih kelanjutan dari artikel prosesi Ma’nene, tradisi membersihkan jazad leluhur yang sudah meninggal, hingga ratusan tahun. Masih lestari namun sisa dua desa yang konsisten menjaga adat tersebut, sehingga tetap lestari.

Seperti yang diungkap Dwi Bambang Irianto di akunnya, yakni desa Pangala dan Baruppu. Di desa lainnya, juga biasa dilakukan, namun tidak seperti di dua desa tersebut. Sudah jarang terlaksana.

Itu mungkin, karena biaya prosesi membersihkan leluhur tersebut cukup mahal. Dan ini dilakukan oleh para bangsawan Toraja.

Tradisi Ma’nene memang tidak mudah untuk dilaksanakan. Selain harus ditempuh dengan kesepakatan keluarga dan musyawarah Tokoh Adat, juga karena panjangnya prosesi.

Dan memang makan biaya. Karena pakaian gantinya harus yang baru. Yang akan dikenakan secara rapi. Tentu kualitasnya tidak asal-asalan.

Misalnya untuk laki-laki, harus dipakaikan jas dan sampai kaca mata. Sedangkan untuk wanita, dikenakan gaun pengantin. Setelah didandani, lalu dikembalikan ke liang lahat.

Sisemba

Setelah mayat dikembalikan ke liang lahat, acara belum selesai sampai disitu. Ada acara penutup, yang disebut dengan Sisemba.

Acara tetsebut, bentuk acara silarurrahmi dari seluruh anggota keluarga leluhurnya tersebut dan kebersamaan. Sambil makan bersama. Namun, sajiannya dari sumbangan keluarga leluhur.

Itu makanya diadakan sekali dalam 3 tahun hingga 5 tahun. Agar seluruh keluarga leluhur tetsebut, bisa semuanya berkesempatan hadir. Memang tuuan utama dari prosesi Ma’nene, bertemunya seluruh anggota keluarga, dan kebersamaan. (Nurhayana Kamar)

Bupati Pinrang Terima Kunjungan Rektor Universitas Fajar

0

Bupati Pinrang, Irwan Hamid menerima kunjungan Tim dari Universitas Fajar (Unifa) di ruang kerja Bupati, Rabu (8/11). Hadir dalam pertemuan tersebut, Muliyadi Hamid selaku Rektor; Ismail Marzuki selaku Deputi Rektor bidang Akademik dan Kerjasama; A Vita Sukmarini, Ketua Prodi Magister ilmu Komunikasi; Sry Gusti, Ketua Prodi Magister Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan, dan Abdul Jalil, Humas Unifa.

Audiensi ini sehubungan dengan pelaksanaan Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan rencana melaksanakan kegiatan sosialisasi di lingkup Pemerintah Kabupaten Pinrang.

Bupati Irwan Hamid menyampaikan bahwa dirinya senantiasa menyambut positif setiap kegiatan dalam peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan SDM, khususnya bagi ASN.
Irwan Hamid berharap, dengan adanya sosialisasi yang dilaksanakan Unifa, para ASN dapat termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pendidikan sebagai modal dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

“Saya menyambut positif setiap keinginan ASN untuk meningkatkan pendidikannya, setiap ada ASN yang datang menyodorkan berkas untuk sekolah saya langsung tandatangani, kecuali yang eselon I dan II, saya ingatkan untuk bisa mengatur waktu kerjanya dengan jadwal kuliah,” ungkapnya.

Sementara itu, Muliyadi Hamid menyampaikan terima kasih sudah diterima dengan baik, dan pihaknya akan melanjutkan dengan perjanjian kerjasama. “Terima kasih kami sampaikan pak bupati, kami sudah diterima dengan baik. Semoga dalam waktu yang tidak lama, MoU akan kita lakukan”, harapnya. (*)

Presiden Jokowi Terima Pengurus PWI Pusat di Istana Merdeka

0

Presiden Joko Widodo menerima Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 7 November 2023. Dalam pertemuan tersebut, PWI melaporkan kepada Presiden Jokowi atas terpilihnya Ketua Umum PWI Pusat serta upaya PWI dalam peningkatan kompetensi wartawan.

“Kami melaporkan bahwa telah terpilih ketua umum baru (dalam) Kongres PWI di Bandung pada 25-26 September yang lalu. Yang kedua, kami melaporkan bahwa kami ingin fokus kembali pada masalah pendidikan, peningkatan kompetensi wartawan, dan wawasan kebangsaan wartawan,” ucap Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, selepas diterima Presiden Jokowi.

Selanjutnya, Hendry mengatakan, PWI menyampaikan terkait dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam penyelenggaraan sekolah jurnalisme Indonesia dan uji kompetensi wartawan. Hendry menyebut, mendengar hal tersebut Presiden pun langsung menindaklanjutinya.

“Tadi Bapak Presiden langsung menelepon Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membantu kembali PWI agar apa yang telah dilaksanakan dulu dapat berjalan kembali,” ucapnya.

Hendry menuturkan bahwa PWI membahas terkait sosialisasi pers kebangsaan sekaligus peluncuran Graha Pers Pancasila yang akan digelar di Yogyakarta pada November 2023 mendatang. Selain itu, PWI pun menyampaikan terkait acara Hari Pers Nasional yang direncanakan akan digelar di Ancol, Jakarta.

“Bapak Presiden mengatakan seandainya nanti memang ada kekurangan dari pemerintah Provinsi Yogyakarta, pemerintah pusat akan membantu,” tutur Hendry.

Di samping itu, Hendry menyebut bahwa dalam pertemuan tersebut juga turut membahas terkait bagaimana pers menyikapi pemilihan umum (pemilu) mendatang. Hendry mengatakan, Presiden mengimbau seluruh masyarakat untuk menjaga pemilu tetap damai.

“Disampaikan bahwa sebetulnya sekarang ini tidak ada persoalan, biasa-biasa saja, sejuk-sejuk saja, diimbau agar kita semua masyarakat ikut menjaga pemilu yang damai, yang menjaga keutuhan bangsa dan negara, tidak memecah belah,” ujar Hendry.

“Saya kira kami menerima itu dengan sama fikiran kami juga sebetulnya pers itu bukan pihak yang mengompor-ngomporin, membuat suasana jadi tegang, suasana jadi seolah-olah ini _event_ permusuhan,” lanjutnya.

Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan Pengurus PWI Pusat yakni Menteri Sekretaris Negara Pratikno. (*)

Ma’nene, Cara Unik Suku Toraja Menghargai Leluhurnya

0

Salah satu daerah tujuan wisata di negara kita ini, Toraja -Sulawesi Selatan, memang pantas bila menarik kunjungan wisatawan. Baik wisatawan mancanegara maupun lokal.

Budayanya banyak dan unik. Tidak hanya kondisi alamnya yang sejuk, dan keindahannya alami.

Ada satu budayanya, yang benar benar unik dan mungkin tidak ada duanya di dunia. Namanya Ma’nene. Budaya ini masih lestari hingga kini.

Bagaimana prosesinya dan mengapa dinamakan Ma’nene?

Budaya ritual, dari tradisi suku Toraja ini, dilakukan oleh orang Toraja, kepada leluhurnya yang sudah meninggal. Dilakukan setiap 3 – 5 tahun kepada mayat tersebut. Tergantung kesepakatan keluarga, dan musyawarah Tokoh Adat.

Budya ini pun, salah satu cara orang Toraja menghargai leluhurnya. Menurut Marten, salah satu Pemangku Adat Toraja, suku Toraja memang sangat menghargai leluhurnya.

Budaya tersebut, dilansir dari akun “makassarhitskekinian” menunjukkan kasih sayang dari keturunannya, kepada leluhurnya yang sudah meninggal. Mayatnya dikeluarkan dari kuburan batu , atau dari makam yang midern, orang Toraja Menyebutnya Patane. Untuk dibersihkan, diganti pakaiannya dan didandani. Sebelumnya, sudah disepakati oleh keluarga dan Tominaa.

Pada acara ritual tersebut, seluruh rumpun keluarganya, keturunannya berkumpul, untuk melakukan prosesi Ma’nene.

Hingga Ratusan Tahun Atau Mummi

Tidak ada ketentuan mayat yang berapa tahun yang bisa dilakukan Ritual ini. Dilakukan terhadap mayat yang mulai satu tahun,sudah puluhan tahun hingga ratusan tahun. Atau yang sudah berbentuk mummi.

Prosesinya sebagai berikut: Setelah dikeluarkan dari Patane (liang lahat), mayatnya dibersihkan debu-debunya, digantikan pakaiannya, memberikan barang kesukaannya. Bahkan hingga memberikan kopi atau rokok, sebagaimana kesukaannya di saat masih hidup.

Kok bisa mayatnya masih utuh? (*)

Kenali Ikan yang Masih Segar dan Ini Ciri-ciri yang Diawetkan

0

Salah satu penyebab orang malas mengkonsumsi ikan, karena ada yang dijual sudah tidak segar. Sudah diawetkan dengan bahan bahan tertentu yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Misalnya memberinya cairan formalin.

Dan minimnya pengetahuan bagi konsumen, tentang mana ikan yang masih segar, yang sudah bercampur dengan bahan pengawet berbahaya.

Ikan yang masih segar, hanya bisa didapatkan di pasar di waktu pagi. Atau dijajakan oleh penjual ikan ke rumah rumah, juga di waktu pagi.

Lewat dari waktu tersebut, atau bila sudah kesiangan, ikanbya sudah kurang segar.

Ikan yang sudah kurang segar, biasanya diolesi bahan pengawet, agar kelihatan tetap segar. Misalnya diolesi cairan formalin, atau bahan pengawet lainnya, yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Lebih baik membeli ikan yang sudah dikeringkan, ketimbang membeli ikan yang masih basah namun sudah diolesi dengan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan. Namun yang jenis ini pun perlu hati hati juga membelinya. Karena tak luput juga diproses dengan bahaya tertentu yang berbahaya.

Biasanya pedagang ikan juga, bila tidak habis terjual, sisa jualan ikannya pun dikeringkan. Yang jenis inipun bisa diberi pengawet dari bahan berbahaya, misalnya formalin. Supaya kelihatan bagus ikannya, dan kelihatan dari ikan segar yang dikeringkan. Yang orisinil, tentunya, yang hanya dikeringkan dengan air garam.

Makanya, harus mengetahui civi ciri ikan yang tidak diolesi dari bahan yang mengancam kesehatan tubuh.

Mau tau ciri ciri ikan yang tidak berformalin atau bahan berbahaya lainnya? Kenali tanda tandabya berikut ini, seperi yang diuraikan pakar Pergizi Pangan Prof Dr Hardiningsih, M.S.

Pertama, periksa insangnya. Ikan yang masih segar, biasanya insangnya berwarna merah, atau kelihatan seperti darah. Insang ini, posisinya di antara badan dan kepala

Kedua, periksa matanya. Biasanya ikan yang masih segar, matanya telihat masih utuh. Ikan yang sudah tidak segar, matanya kelihatan menggembung.

3. Periksa kulitnya dengan cara memencetnya. Ikan yang masih segar, bila dipencet, akan mengempes atau gepeng. Sedangkan ikan yang sudah berbahan pengawet bila dipencet, tidak mengempes. Kalaupun mengempes, akan kembali normal.lagi.

Keempat, periksa aromanya. Ikan yang sudah dicampur bahan bahan pengawet, akan tetcium bau yang khas. Aroma formalin.

Dari ciri ciri pertama sampai 4, bisa diujikaan untuk ikan basah. Lalu ikan yang kering, salah satunya, lebih pas dengan ciri ciri keempat, dengan mencium aromanya.

Nah, itulah antara lain cara mengenali ikan yang tidak dicampurkan bahan tertentu yang berbahaya terhadap tubuh, yang patut anda kenali. Agar bila mengkonsumsi ikan, bahan lauk tetsebut, bermanfaat untuk kesehatan tubuh. (Nurhayana Kamar)

Kasus Pelecehan Seksual di Rutan Polda Sulsel Jalan di Tempat

0

Proses hukum kasus pelecehan seksual yang dialami Tahanan Perempuan di DIT TAHTI POLDA SULSEL yang dilakukan oleh Briptu S, jalan di tempat. Agenda Sidang etik profesi terhadap Briptu S belum ditentukan.

Berdasarkan SP2HP2 Nomor: B/PAM-406/IX/2023/Bid Propam, yang diterima oleh Tim Penasehat Hukum Korban pada September 2023, menjelaskan bahwa sesuai hasil penyelidikan oleh Bid.Propam Polda Sulsel ditemukan adanya Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri Briptu S. Meski demikian tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait kapan pelaksanaan sidang etik dilakukan.

Selanjutnya, pada SP2HP2 kedua dengan Nomor: B/500/X/HUK.12/2023/ Bid Propam, pada Oktober 2023, dijelaskan saat ini laporan terhadap Briptu S masih dalam proses pemberkasan.

Tidak jauh berbeda dengan Laporan di Propam Polda, laporan pidana terhadap Briptu S yang ditangani oleh DITRESKRIMUM POLDA SULSEL juga belum menemui keadilan. 15 orang Saksi telah diperiksa termasuk Terlapor. Namun, hingga hari ini belum ada yang ditetapkan sebagai Tersangka. Sehingga, pembatasan gerak pelaku untuk mencegah keberulangan kekerasan terhadap korban tidak dapat dilakukan.

Jika mengacu pada Perkapolri Nomor No.7 Tahun 2022 dan UU No. 12 Tahun 2022, perbuatan pelaku merupakan tindak pidana pelecehan seksual fisik masuk dalam kategori pelanggaran etika kepolisian, dengan ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun.

Lambatnya proses hukum di Polda Sulsel karena adanya benturan kepentingan, hal ini berangkat dari fakta, pelaku merupakan anggota polisi aktif Polda Sulsel, sementara yang melakukan penyelidikan adalah penyidik Polda Sulsel.

Mirayati Amin, selaku Tim Penasehat Hukum korban menjelaskan bahwa lambatnya proses hukum disebabkan oleh adanya  conflict of interest di Internal Polda Sulsel, yang menjadi bagian dari pola berulang penanganan kasus yang berujung pada ketidakjelasan.

“Pola seperti ini kami temukan pada kasus kematian kakek Nuru Saali dan penembakan Sugianto, kedua contoh kasus tersebut merupakan kasus kekerasan yang melibatkan aparat kepolisian. Perlambatan proses hukum ini kemudian berdampak pada tidak tercapainya akses keadilan bagi korban.”

Untuk itu LBH Makassar mendesak Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia; Komisi Kepolisian Nasional; Komnas HAM RI; Komnas Perempuan RI, agar:

  1. Membentuk Tim Khusus dari Mabes Polri untuk mengambil alih dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan perkara dimaksud;
  2. Melakukan evaluasi terhadap kinerja Kepolisian Polda Sulsel dalam memberikan keamanan bagi setiap tahanan, khususnya tahanan Perempuan. Serta membuka hasil evaluasi kepada publik;
  3. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kasus yang melibatkan Kepolisian di bawah Polda Sulsel sebagai pelaku;
  4. Bersama-sama melakukan pengawalan terhadap proses hukum dan upaya lainnya untuk akses keadilan bagi korban.

(*)

Brimob Bone Catat Rekor Donor Darah Semarak HUT ke-78 Korps Brimob Polri

0

Batalyon C Pelopor Satbrimob Polda Sulsel menggelar kegiatan sosial donor darah di Mako Batalyon C Pelopor, Jalan MH Thamrin No 70, Kelurahan TA’, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Senin (6/11).

Kegiatan sosial yang dilaksanakan serentak seluruh jajaran Satuan Brimob Polda Sulawesi Selatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT ke-78 Korps Brimob Polri yang diperingati pada 14 November 2023.

Animo masyarakat dalam menyumbangkan darahnya pada donor darah di Mako Yon C Pelopor, sangat tinggi. Target 250 kantong darah dalam kegiatan yang dilaksanakan di Aula serbaguna Mako Brimob Bone ini, sukses terealisasi.

Komandan Batalyon ( Danyon ) C Pelopor Satbrimob Polda Sulsel Kompol Nur Ichsan, S.Sos., M.Si., yang ditemui awak media di sela-sela kegiatan menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang menyukseskan kegiatan sosial ini.

Betapa tidak, berbagai stakeholder hadir pada kegiatan donor darah Brimob Bone, seperti Bhayangkari Anak Ranting Batalyon C Pelopor, personel Kodim 1407 Bone, Den Pom XIV/1/Bone, Polres Bone, Lapas Kelas II A Watampone, Basarnas Pos SAR Bone, Satpol-PP Bone, Baznas, dan ASDP Cabang Bone.

Tidak hanya itu, kegiatan ini juga diikuti perbankan Bone seperti Bank BRI dan Bank Hasamitra, jurnalis Bone, Mahasiswa Uniasman Bone, HMI Cabang Bone, HIPMI, Kadin Bone, hingga IDMI Kabupaten Bone.

“Alhamdulillah. Luar biasa. Kami menargetkan 250 kantong darah, ternyata dapat terkumpul dalam kegiatan sosial donor darah ini sebanyak 254 kantong darah,” tutur Kompol Nur Ichsan.

“Harapannya kantong-kantong darah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Bone yang membutuhkan serta dapat memenuhi stok bank darah PMI Cabang Bone,” sambungnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dai Muda Indonesia (IDMI) Kabupaten Bone, Haji Bahtiar mengapresiasi aksi sosial yang dihadirkan Danyon Ichsan dalam rangka HUT Brimob.

“Aksi sosial yang memberikan manfaat. Selamat HUT Brimob,” tutur Haji Bahtiar.

Adapun Ketua Kadin Bone, Dr. Cheriani Kaddas juga senang bisa ikut menyukseskan donor darah Brimob Bone.

“Ini kegiatan yang baik dan bermanfaat. Melalui kegiatan ini juga bisa bersilaturahmi dengan organisasi yang lain,” ucapnya.

Hal sama juga disampaikan Ketua HIPMI Bone, Andi Sinrang. Menurutnya, donor darah Brimob Bone, luar biasa.

“Karena mampu mengumpulkan 250 lebih kantong darah. Sukses acaranya untuk Brimob Bone,” sebutnya.

Kegiatan sosial donor darah di Mako Batalyon C Pelopor Satbrimob Polda Sulsel berakhir siang tadi sekitar pukul 14.00 Wita.

Terpisah, terkait kegiatan donor darah yang dilaksanakan serentak oleh jajaran Satbrimob Polda Sulsel ini, Komandan Satuan (Dansat) Brimob Polda Sulawesi Selatan Kombes Pol. Heru Novianto, S.I.K., M.Han, menjelaskan jika kegiatan sosial tersebut dilaksanakan berdasarkan Rencana Garis Besar (RGB) HUT ke 78 Korps Brimob Polri.

“Tahun ini kami arahkan untuk meningkatkan kegiatan sosial yang sesuai dengan visi Polri yaitu sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, hal ini juga selaras dengan tema HUT Brimob tahun ini yaitu Negara Aman Menuju Indonesia Maju,” ungkap KBP. Heru Novianto. (*)