Redupnya Semangat yang Berkualitas

Penulis : Dimas Satrio Wibowo

Sudah dua tahun berlalu, dunia menghadapi masalah ini. Berawal dari munculnya sebuah wabah penyakit yang dusebabkan oleh virus, yang kita tau saat ini virusnya bernama Covid 19, hamper seluruh aspek di kehidupan ini mengalami perubahan 180 derajat, semakin hari virus ini terus menyebar dan bermutasi entah sampai kapan virus ini akan berhenti bermutasi. Banyak rumor kalau virus ini hanyalah akal pemerintah saja, tapi kita sebagai pelajar yang baik hendaknya kita harus mendukung pemerintah kita yang tercinta ini.

Semuanya telah merasakan dampak dari covid 19 ini, khusunya pada dunia pendidikan semakin meleh, di karenakan pola pembelajaran yang saat ini berbeda dengan yang sebelumnya. Pembelajaran sekarang harus di batasin dengan layar hp maupun laptop, ini yang membuat para pelajar coronal tidak bisa memaksimalkan bakat dan minat mereka di dunia pendidikan ini.

Hal ini tentunyan berdampak besar pada perkembangan pelajar, yang saat ini dituntut untuk belajar mandiri. Padahal kita tau pembelajaran mandiri merupakan momok yang membosankan bagi pelajar di Indonesia ini, ya mungkin saya menerka-nerka ada beberapa factor yang membuat para pelajar malas belajar mandiri mungkin salah satunya beban pelajaran yang terlalu berat sehingga para pelajar sudah capek deluan untuk belajar mandiri. Mungkin di situ energi para pelajar sudah terkuras habis.

- Iklan -

Pembelajaran daring atau online yang kita kenal merupakan system pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan pelajar, tetapi pembelajaran dilakukan dengan melalui jaringan internet. Hal ini yang membuat kami para pelajar menjadi tantangan tersendiri. Dimana biasanya kami selalu beraktivitas dengan teman dan meluangkan hobi kami, sekarang di batasin dengan ini.

Bukan hanya itu saja, dalam penerapan belajar online ini, tidak sedikit pelajar yang mengalami kesulitan belajar, ada beberapa faktor : Pertama, guru memberikan materi dengan tidak menarik dan jarang sekali melakukan ice breaking, padahal kita tau pembelajaran melalui online ini sangat menjenuhkan sekali. Kita di tuntun untuk memperhatikan guru di depan layar saja dan materi yang di bawakan sangat tidak menarik atau monoton.

Kedua, kurangnya interaksi fisik antara guru dan pelajar karena dalam pembelajaran online pelajar hanya diberikan tugas melalui via whatsap maupun aplikasi yang lainnya. Kebanyakan pelajar kesulitan dalam mengerjakan tugas dikarenakan tidak adanya penjelas-penjelasan awal dari guru tentang tugas yang dibebankan tersebut. Pelajar hanya dituntut untuk mengerjakan tanpa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu, akibatnya banyak pelajar yang mengeluhkan dan tidak bersemangat untuk mengerjakan tugas yang di berikan tersebut.

- Iklan -

Ketiga, tugas yang diberikan guru sangat banyak, sementara waktu yang diberikan sangat singkat. Kami sebagai pelajar sangat tertekan bagai mana kami para pelajar bisa belajar dengan baik dalam kondisi seperti ini, di tambah faktor orang tua

yang tidak memahami pembelajaran kami jadi kami harus bersusah payah untuk mengerjakan tugas tersebut. Namun, hal ini tidak boleh mematahkan semangata kita sebagai pelajar dalam menjalankan tugas kami sebagai pelajar yang baiak, tidak boleh mematahkan semangat kami dalam belajar walau banyak tantangan yang kami lalui, pandemic covid ini tidak boleh mematahkan semangat dan harapan kita semua sebagai pelajar yang berkualitas.

Dibalik semua yang terjadi ini kita harus mampu mengambil hikmahnya dari pandemi covid 19 ini. Pandemi ini mukin akan masih berlalu kedepannya kami para pelajar juga memahamai bagai mana para pendidik yang bersusah payah untuk cepat beradaptasi dengan situasi ini. Melalui peran pendidik yang baik maka pelajar bisa menjadi semangat dan generasi yang baik kedepannya.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU