Belum Move On dari Patah Harapan, Yuk Bangkit Dengan Filosofi Kintsugi

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Harapan yang dicita-citakan memang menjadi titik fokus kita untuk tetap berjuang. Namun, ketika harapan dipatahkan dengan kenyataan yang tidak sesuai. Itu akan menjadikan faktor terpedih karena patah dari harapan kita.

Patah juga bisa menjadi awal yang baru yang bisa membawa kita menjadi orang yang lebih baik lagi. Menjadikannya pelajaran dan pengalaman yang indah.

Manusia dan dinamika kehidupannya selalu menarik untuk dibahas karena dari situlah kita mengerti bahwa kita tak hidup sendirian. Kita bisa membaca dan berkaca dari kehidupan orang lain. Perasaan dan permasalahan yang sedang kita hadapi mungkin pernah juga mereka alami. Bahagia dan sedih datangnya silih berganti.

- Iklan -

Namun, ada kalanya juga kita alpha. Kita lupa untuk menikmati momen yang hadir saat ini. Ketika bahagia kita tidak menikmati rasa bahagia itu, kita takut nanti sedih akan berganti menyapa. Ketika sedih kita terlalu meratapi dan lupa bahwa kita bisa memiliih untuk tetap bahagia.

Tetapi memang fase itulah yang harus kita hadapi, yang akan membentuk kita menjadi lebih bijaksana. Pernah mendengar istilah ‘hati yang terlanjur patah tak akan bisa kembali lagi’  ? Apakah benar sesuatu yang sudah patah tidak akan terlihat utuh dan indah lagi ?

- Iklan -

Soal patah dan keindahan, mari kita belajar dari filosofi Kintsugi.

Cerita tentang Kintsugi mucul di abad ke 15, seorang militer Jepang, Shogun Ashikaga Yoshimasa, secara tidak sengaja menjatuhkan cangkir teh favoritnya yang mahal. Yoshimasa pun mengirimkan cangkir tersebut ke China untuk diperbaiki. Tapi setelah diperbaiki di China, ternyata hanya distaples dengan plat besi. Yoshimasa pun kecewa karena cangkirnya tak lagi terlihat indah.

Kesal dengan servis garansinya, Yoshimasa meminta seniman terbaik di Jepang untuk menyambung kembali cangkirnya dengan sesuatu yang lebih indah, bagaimana pun caranya. Si seniman Jepang ini pun meleburkan emas untuk menyatukan pecahan cangkir tersebut. Hasilnya, cangkir kesayangan Yoshimasa terlihat lebih indah dibanding aslinya. Yoshimasa sangat puas! Cangkir kesayangannya berubah menjadi sebuah karya seni yang bernilai.

- Iklan -

Seni Kintsugi akhirnya menjadi populer dengan membuat barang pecah belah menjadi indah, lebih indah dari sebelumnya. Banyak yang sengaja menghancurkan tembikarnya untuk dibuat menjadi kintsugi.

Dari Kintsugi tersebut kita bisa mengambil filosofi untuk kita terapkan dalam kehidupan. Cangkir yang indah itu ibarat kehidupan yang kita inginkan, tetapi ketika akhirnya cangkir itu jatuh, itu adalah diluar kendali kita,kita tak bisa memaksa keadaan sesuai dengan yang kita inginkan. Kemudian ketika akhirnya cangkir itu pecah. Itu sama halnya dengan perasaan kita ketika dijatuhkan oleh harapan. Tentu kita akan kecewa, kita akan sedih dan hancur.

Baca Juga:  5 Kelebihan Sewa Mobil Jenis Double Cabin untuk Digunakan Mudik Bersama Keluarga

Tetapi kita punya pilihan untuk menyambung kembali apa yang telah hancur itu, dengan sesuatu yang lebih bernilai. Sama halnya cangkir yang telah pecah kemudian disambung dengan serpihan emas. Tak hanya bisa utuh kembali tetapi memiliki nilai seni yang lebih tinggi.

Mungkin saat ini kita sedang merasa hancur dan patah. Entah karena mimpi yang belum bisa terwujud, karena dikecewakan seseorang, atau karena hal lain. Apapun itu alasannya, percayalah tak ada yang sia-sia. Kita punya pilihan untuk menyambung kembali apa yang sudah terlanjur patah.

Merangkul kembali segala bentuk ketidaksempurnaan. Kita masih bisa mencari hal lain yang bisa menambah nilai diri kita  Menambah keindahan kita sebagai manusia. Menjadi manusia yang lebih utuh. Utuh tanpa menghapus jejak ketidaksempurnaan, utuh karena mampu merangkul ketidaksempurnaan, utuh karena mampu menerima dan menambah nilai baru dalam kehidupan.

Jadilah kamu yang baru dan lebih baik lagi!

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU