In memoriam Burhanuddin Amin: Pilih Jadi Wartawan Ketimbang Profesi Jaksa

Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, Andi Burhanuddin Amin, wartawan senior asal Sulawesi Selatan, pemimpin Majalah Indonesia Pos, Corong Rakyat dan Utusan Sulawesi Selatan, 20 Juli 2020 di rumahnya, Tidung VIII Perumnas Tamalate Panakkukang. Dengan tiga kali menikah, Andi Burhanuddin Amin, meninggalkan 16 anak, dan 34 cucu.

FAJARPENDIDIKAN.co.id-Bur Amin, sapaan akrabnya, menghembuskan nafas terakhirnya, akibat penyakit yang sudah agak lama dideritanya. Ia pernah jatuh di kamar mandi, mengakibatkan tulang pinggangnya bermasalah, hingga dioperasi di RS Stella Maris, Makassar. Sejak itu, Bur Amin tidak pernah lagi sehat, hingga berpulang ke pangkuan Ilahi Rabbi. 

‘’Akhir akhir ini, bila kami kumpul–kumpul, Pak Bur memang sudah sering mengisyaratkan, kalau dirinya sudah tidak lama lagi meninggalkan dunia ini’’, tutur DR H Dahlan Abubakar, wartawan senior yang mantan Humas Unhas, saat memberikan kata pengantar, detik-detik pelepasan jenazah. Sebelumnya, Hasan Kuba, mantan Ketua Bidang Organisasi  PWI Sulsel, membacakan riwayat pengabdian Bur Amin di dunia pers.   

Sejak meninggalnya, tak henti-hentinya, sanak keluarga dan handai tolannya yang kebanyakan wartawan datang melayat, hingga diantar ke peristirahatannya yang terakhir, di Pemakaman Pangkabinanga, seberang Jembatan Kembar Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Jenazahnya dilepas wartawan senior, yang kini berkiprah di Bawaslu, Drs HL  Arumahi.

- Iklan -

Lelaki kelahiran Soppeng, 6 Juni 1945 itu, terbilang sosok yang sangat mencintai dunia kewartawanan, dan setia hingga akhir hayatnya. Padahal sebenarnya, dia seorang Jaksa. Lulus sekolah Jaksa, setelah menamatkan Pendidikan SMP-nya di Wajo, dan SD Lariang Bangngi, Makassar. Bur Amin bahkan sudah terangkat menjadi Jaksa, pada tahun 1966, saat kantor Kejaksaan masih di Jl. Amana Gappa, Makassar.  Namun profesi penegak hukum itu, rela ditinggalkannya. Dia lebih memilih berkarir di dunia jurnalistik. 

Karirnya sebagai wartawan, diawali di zaman-zaman awal kemerdekaan RI. Sempat bersalaman dengan Presiden pertama RI, Ir Soekarno, saat mengikuti kegiatan Up-Grading  Wartawan tingkat nasional di Istana Bogor, tahun 1965. Proklamator RI itu yang membuka acara tersebut.

Baca Juga:  Berbagi Kebaikan di Bulan Suci Ramadan

Karir jurnalistiknya, diawali sebagai Reporter Harian Tanah Air (1967). Tidak lama di koran tersebut.  Pada tahun itu, juga Bur Amin hijrah menjadi Redaktur Harian Mercu Suar, edisi Sulawesi Selatan, merangkap Wakil Pemimpin Redaksi, Majalah Manipol. Tahun 1969, diangkat sebagai Penanggung Jawab Indonesia Pos.

- Iklan -

Akibat sudah kerasan, juga disibukkan dengan kegiatan kewartawanan, melanglang buana ke daerah – daerah di wilayah Indonesia Timur,  Bur Amin yang kala itu juga masih duduk bangku kuliah di Fakultas Hukum Unhas, pun terpaksa meninggalkan kuliahnya. 

Pernah Mendekam di Rutan  

Sempat merasakan pahitnya sebagai wartawan,’’terkena ranjau’’ dari kerasnya alam informasi publik, tidak membuat semangatnya Bur Amin surut, untuk meninggalkan dunia kuli tinta ini. Pada dekade 1969 – 1974, Bur terpaksa diseret ke proses hukum, akibat beritanya dinilai tersangkut pencemaran nama baik. Dua kali Bur Amin mengalami nasib tersebut. Namun akhirnya dia bebas dakwaan, karena berhasil membuktikan, berita yang dibuatnya itu, adalah untuk kepentingan umum.

- Iklan -

Perjalanan karirnya masih tidak aman sampai disitu. Pada peristiwa Malari, 15 Januari 1974, lagi – lagi Bur mengalami nasib apes. SKM Indonesia Pos yang dipimpinnya, dibredel oleh Pemerintahan Soeharto. Dia dijebloskan ke tahanan Militer, dengan dakwaan melanggar UU Subversib. Hampir setahun Bur mendekam di Rutan militer. 

Bagi Bur, agaknya ada hikmah dibalik penahanan tersebut. Dia berhasil menulis sebuah buku yang berjudul: ‘’Kisah Cinta 20 Serdadu di Balik Kerangkeng’’. Pas buku tersebut rampung, Bur Amin pun dibebaskan, karena tidak terbukti keterkaitannya dengan peristiwa Malari dan kasus lain  yang dituduhkannya. 

Baca Juga:  Berbagi Kebaikan di Bulan Suci Ramadan

Tahun 1977, dia diangkat menjadi koresponden Harian Pelita Jakarta. Pernah menjadi Koresponden Harian Terbit wilayah Sulawesi, Koresponden Majalah Selecta Jakarta, dan Majalah ‘’Dialog’’ Jakarta.  Pernah mendirikan SKU AGRO PRATAMA, bersama DR Ajiep Padindang yang kini Anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI, Hasanuddin Sultan, BA dan Ir Razak Kasim.

Seiring dengan perjalanan karirnya, Burhanuddin Amin aktif mengikuti pelatihan – pelatihan. Karya Latihan Wartawan (KLW) yang diselenggarakan PWI Pusat. Penataran Wartawan Bidang Hukum pada  Pusdiklat Kejaksaan Agung di Jakarta. Training of Trainer yang digelar di Cimacan, Bogor. Berbagai seminar tentang pers, baik yang diadakan oleh Dewan Pers, maupun PWI Pusat bekerjasama dengan PWI Sulsel.

Di bidang keorganisasian, Burhanuddin Amin, pernah menjabat Ketua LPP PWI wilayah Sulawesi dan Maluku. Aktif di kepengurusan PWI Sulsel, sebagai Ketua Bidang Pendidikan, 1988 – 2006. Direktur Kursus Wartawan Indonesia, merangkap Direktur Pers PWI Sulsel. Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Sulsel, saat Ketuanya dijabat H.Syamsu Nur, Dirut PT Media Fajar Grup. Sebelumnya, di era kepemimpinan M.Basir, sebagai Ketua PWI Sulsel, Bur Amin menduduki posisi Wakil Sekretaris. 

Bur Amin mencatatkan masa pengabdiannya sebagai Wartawan, hingga menutup usianya, selama 45 tahun. Banyak buku yang dihasilkannya. Terakhir, ‘’Menapak Lorong Waktu’’, yang dibikin bersama DR HM. Dahlan Abubakar, M. Hum, Gunt Semedi, S.Sos, dan Ir. Razak Kasim. Selamat Jalan Burhanuddin Amin, semoga husnul khotimah, Aamin yaa Rabbal Aalamin. (Ana)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU