Mengenang Tokoh Kemerdekaan dan Pendiri Indische Partij Tjipto Mangunkusumo

Mengenang Tokoh Kemerdekaan dan Pendiri Indische Partij. Tjipto Mangunkusumo adalah seorang tokoh sejarah yang berperan besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Bersama dua kawannya,Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, mereka dikenal sebagai “Tiga Serangkai” yang mencetuskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda.

Perjalanan hidupnya diwarnai oleh pengasingan-pengasingan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda, lantaran ide-idenya tersebut. Bersama rekan Tiga Serangkainya, Tjipto Mangoenkusumo adalah tokoh Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda

Tjipto Mangunkusumo adalah salah satu pemimpin kemerdekaan Indonesia pertama yang meninggalkan pendekatan budaya, tak seperti sebagian besar kelompok nasionalis awal yang mempromosikan seni, sastra, dan nilai-nilai khas Indonesia dalam perjuangannya. Beliau terjun langsung ke dunia politik dengan menjadi anggota Volksraad.

- Iklan -

Tjipto Mangunkusumo wafat pada 8 Maret 1943, tepat pada hari ini puluhan tahun yang lalu. Meski demikian, nama dan jasanya masih dan akan selalu dikenal oleh para generasi penerus bangsa Indonesia. Berikut cuplikan sejarahnya.

Mengenang Tokoh Kemerdekaan dan Pendiri Indische Partij

Masa Kecil dan Pendidikan

Lahir pada 4 Maret 1886 di desa Pecangakan, Jepara, Jawa Tengah, Tjipto Mangunkusumo adalah putera tertua dari bapak Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa.

- Iklan -

Karier Mangunkusumo diawali sebagai guru bahasa Melayu di sebuah sekolah dasar di Ambarawa, lantas menjadi kepala sekolah sebuah sekolah dasar di Semarang dan selanjutnya menjadi pembantu administrasi pada Dewan Kota di Semarang. Sementara, sang ibu adalah keturunan dari tuan tanah di Mayong, Jepara.

Meski keluarga Mangunkusumo tidak termasuk golongan priyayi birokratis dengan kedudukan sosial yang tinggi, Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang yang tinggi.

Cipto beserta adik-adiknya Gunawan, Budiardjo, dan Syamsul Ma’arif bersekolah di STOVIA, sementara Darmawan, adiknya yang lain, bahkan berhasil memperoleh beasiswa dari pemerintah Belanda untuk mempelajari ilmu kimia industri di Universitas Delft, Belanda. Adik bungsunya, Sujitno terdaftar sebagai mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia.

- Iklan -

Mendirikan Indische Partiij

Semasa sekolah, Cipto sudah menulis di harian De Locomotief. Tulisannya berisi kritikan, dan menentang kondisi keadaan masyarakat yang dianggapnya tidak sehat. Cipto sering mengkritik hubungan feodal maupun kolonial yang dianggapnya sebagai sumber penderitaan rakyat.

Seperti yang dilansir dari britannica.com, ia juga sempat bergabung dalam organisasi Budi Utomo, meski akhirnya keluar di tengah jalan lantaran adanya perbedaan pandangan.

Cipto lantas bersama dengan E.F.E. Douwes Dekker dan Suwardi Surjaningrat (yang kemudian dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantoro) mendirikan Partai Sosialis Hindia (Indische Partij) pada tahun 1911.

Partai ini dikhususkan untuk tindakan politik guna mencapai kemerdekaan. Dua tahun kemudian ketiga pemimpin itu diperintahkan keluar dari Hindia Belanda karena ide-idenya dianggap terlalu radikal.

Tjipto Mangunkusumo diizinkan kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1914. Ia melanjutkan aktivitas di Insulinde, penerus Partai Hindia, mendukung aksi radikal seperti perlawanan petani terhadap pajak di Hindia Belanda.

Pada tahun 1918 ia menjadi anggota Volksraad, sebuah badan parlementer yang terdiri dari orang-orang Indonesia tetapi kekuasaannya sangat kecil. Tjipto Mangunkusumo menikah dengan seorang Indo pengusaha batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920.

Pada Juli 1927 ia membantu mendirikan Partai Nasional Indonesia (Partai Nasional Indonesia), yang diketuai Sukarno. Namun, tak lama kemudian, Tjipto Mangunkusumo dikirim ke pengasingan di pulau penjara karena mencoba mengobarkan pemberontakan di antara orang Indonesia yang bertugas di pasukan Belanda.

Dia tinggal di pengasingan selama 11 tahun. Pada masa-masa pengasingan inilah penyakit asma Tjipto kambuh.  Tjipto meninggal dunia pada 8 Maret 1943 akibat penyakit asma.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU