OPINI : Opsi Karantina Wabah Mustahil Dalam Sistem Demokrasi

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tidak terasa dunia masih mencekam dan masih memprihatikan. Sudah hampir 7 bulan wabah virus Covid-19 menimpa 210 negara di dunia tak kunjung pulih , baru-baru ini pemerintahan DKI Jakarta merencanakan larangan karantina mandiri bagi pasien yang positif COVID-19. Warga yang sedang mengalami gejala sedang maupun berat akan di isolasikan ke rumah sakit,Riza mengatakan Pemprov DKI sudah menyiapkan opsi, yakni di Gelanggang olahraga (GOR). Menyusul kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta sudah menipis dan target pertama pemprov DKI adalah menyasar pemukiman yang padat penduduk. Mereka harus segera direlokasi ke tempat isolasi milik pemerintahan. Sebab ,klaster permukiman menjadi salah satu penyumbang pasien terbanyak. Sebelumnya,anggota DPRD DKI Fraksi PDIP Gilbert Simanjuntak mengecam kebijakan larangan isolasi mandiri,menurutnya langkah Pemprov DKI gegabah dan hanya menambah beban tenaga medis yang sudah selama enam bulan menjadi garda terdepan dalam penanganan Covid-19.

Mengatakan isolasi mandiri tidak efektif lalu akan mengisolasi penderita Covid-19 di rumah sakit adalah tidak tepat.karena banyak yang OTG(orang tanpa gejala) atau suspek,dan sebagian sakitnya ringan bahkan tidak membutuhkan perawatan,karena beban tenaga medis menjadi sangat berat.”kata Gilbert. Gilbert lantas mengungkit kasus kematian 100 dokter di Indonesia ketika berjuang melawan penyakit menular ini. Jangan sampai peristiwa ini kembali terulang karena beratnya tanggung jawab yang harus diemban.

Dari hal ini kita dapat melihat realita yang terjadi di lapangan akibat dari sistem demokrasi kapitalis di indonesia,serangan virus ini membuat pemerintah panik dalam mengambil tindakan alhasil mereka sudah melakukan berbagai upaya dalam menangangi penyebaran virus tersebut tetapi tidak kunjung mereda malahan yang terjadi adalah munculnya penyakit baru yaitu krisis ekonomi ,ketika karantina di terapkan oleh masyarakat dianggap opsi/solusi yang kurang tepat dan di anggap suatu kegagalan dalam menyiapkan para tenaga medis sementara pasien yang terkena Covid -19 ini bukanlah jumlah yang sedikit,serta kurangnya anggaran dari pemerintah dan minimnya layanan fasilitas kesehatan bagi para masyarakat.

- Iklan -
Baca Juga:  Tempo vs Bahlil: PERLUKAH TEMPO MEMINTA MAAF?

Sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di negara demokrasi,termasuk penyebab buruknya penanganan wabah di Indonesia keselamatan rakyat diberikan hanya demi memulihkan kembali ekonomi pasca kritis,demi kepentingan kaum kapitalis. Bantuan terhadap Indonesia misalnya,telah diberikan oleh USAID(United States Agency For International Developloment) senilai US dollar 2,3 juta(Rp.36 miliar) dan Bank Dunia baru saja menyetujui pinjaman (Rp.4,95 triliun) untuk indonesia. Apakah bantuan ini tulus?jelas tidak. Indonesia harus memulihkan ekonominya agar bisa dijarah kembali oleh Amerika,itulah motif sejati diberikannya bantuan.

Sementara itu dalam pandangan islam,karantina diwajibkan ketika wabah telah menyebar ke suatu negara atau mayoritas wilayahnya dan masyarakat yang ada di daerah tersebut harus mengikuti arahan yang telah di keluarkan oleh pemerintah terutama bagi isolasi tempat yang ditentukan,untuk mencengah penyebaran wabah. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari sahabat Abd al-Rahman bin Auf,bahwasanya Rasulullah Saw,bersabda tentang wabah. “Jika kalian mendengar tentang wabah di suatu negeri,maka janganlah kalian mendatanginya. Dan jika terjadi wabah penyakit dalam suatu negeri dan kalian ada didalamnya maka janganlah kalian keluar dari (negeri) tersebut. (HR.Bukhori)

Dari hadits ini dapat di simpulkan secara jelas bahwa jika wabah sedang terjadi maka, tidak ada yang diperbolehkan bagi salah satu anggotanya untuk keluar dari wilayah tersebut(wilayah zona aman),jika ada masyarakatnya yang mencoba keluar dari zona aman tersebut maka mereka tidak di perbolehkan untuk memasuki wilayah yang aman lagi ,sehingga penyakit tersebut tidak menyebar dari satu orang ke orang lain. Adapun hadits lain yang di sebutkan dalam Musnad Ahmad dari sahabat Abu Hurairah,mengatakan,saya pernah mendengar Rasulullah saw,berkata “Lari lah kalian dari wabah penyakit,seperti kalian melarikan diri dari kejaran Singa”(HR.Ahmad).

- Iklan -

Sungguh sangat menakjubkan orang mukmin yang mengikuti petunjuk nabinya dalam segala hal,termasuk dalam mengatasi wabah penyakit. Beliau pernah mewasiatkan sebuah solusi yang kita kenal sekarang dengan sistem karantina dengan memisahkan antara yang sehat dengan yang sakit sehingga masyarakat yang tidak terkena dampak wabah tersebut dapat melanjutkan aktivitas seperti biasanya sehingga tidak terjadi hambatan bagi mereka,karena Lock down total yang dianjurkan pemerintah bukanlah solusi yang baik malahan semakin menambah masyarakatnya yang terkena Covid-19 karena kebutuhan hidup mereka tidak di penuhi oleh negara sehingga mau tidak mau mereka yang menjadi tulang punggung keluarganya harus tetap melanjutkan mata pencaharian mereka .

Baca Juga:  Tempo vs Bahlil: PERLUKAH TEMPO MEMINTA MAAF?

Dalam sistem ekonomi islam akan membuat negara punya otoritas terhadap berbagai sumber kekayaan untuk mengurus dan membahagiakan rakyatnya. Diantaranya menerapkan ketetapan Allah swt bahwa kekayaan alam yang melimpah adalah milik umat yang wajib dikelola oleh negara untuk di kembalikan manfaatnya kepada umat. Dengan demikian,negara akan dengan mudahnya mewujudkan layanan kebutuhan dasar baik yang bersifat individual dan publik,secara swadaya tanpa bergantung sedikitpun pada negara lain dan negara juga akan mendorong berbagai riset untuk menciptakan teknologi,obat,atau apapun yang di butuhkan umat.

Inilah bedanya negara demokrasi dan negara islam dalam menangani wabah .Yang satu mengabdi pada hawa nafsu para pemburu harta dan kekuasaan,sedang yang lain dibimbing wahyu Allah swt dan keimanan. Secara garis besarnya asas demokrasi ini telah gagal,sangat tak layak untuk dipertahankan lagi.

- Iklan -

Sistem islam lah satu-satunya harapan kita. Saatnya bagi umat islam untuk menjadikan sistem alternative untuk diterapkan,tidak cukup hanya mengimani janji Allah swt dan kabar gembira dari Rasulullah saw akan kembali tegaknya sistem islam,tapi juga turut memperjuangkannya,sebagaimana firman Allah swt ”Hai orang-orang yang beriman,penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”(QS.Al-anfal).

Penulis (Febryanti Anugrah Putri)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU