Beranda blog Halaman 451

Wasiat dan Perintah Rasulullah (9): Mencintai Ahlu Bait, Akan Berkumpul dengan Nabi SAW di Akhirat

0

Rasulullah SAW bersabda, ” Ahlu Baitku akan berkumpul di telaga Haudh bersama umatku yang paling mencintai mereka, seperti ini, menunjukkan kedua jarinya yang saling menempel”.

Dari Imam Ali bin Abu Thalib, Rasulullah SAW memegang tangan Hasan dan Husein, lalu bersabda, “siapa yang mencintai aku, dan mencintai kedua anak ini, ayah dan ibunya dari keduanya, sesungguhnya ia bersamaku dalam derajarnya di hari Kiamat”.

Ibarat Perahu Nabi Nuh

Ahlu Bait, ibarat perahu Nabi Nuh Alaihis Salaam.

Rasulullsh SAW bersabda, ” Sungguh perumpamaan Ahlu Baitku terhadap kalian, seperti perahu Nabi Nuh AS, siapa yang menaikinya akan semalat, dan siapa yabg neninggalkannya akan tenggelam”.

Rasulullah bersabda lagi, ” Kami Ahlu Bait ibsrat perahu keselamatan, suapa yang mengikuti kami, akan selamat, dan siapa yang menyimpang dari kami, akan celaka”. (wa/ana)

In Memoriam Tujuh Hari Wafatnya Pelukis Hardi (4)

0

Kata Ibunya, Hardi Bakal Hidup Enak

Oleh Wina Armada Sukardi, Kolektor lukisan Hardi

Sebagaimana dengan banyak seniman besar lainnya, sebelumnya persahabatan saya dengan Hardi, tak banyak diketahui orang, termasuk para seniman dan para pelukis sendiri. Mereka tak banyak yang menyangka, Hardi yang mereka nilai sering temparemental dan pelukis yang selalu bicara apa adanya dapat, bersahabat dengan saya, seorang wartawan hukum dan kebudayaa serta seorang advokat yang terkesan “serius.” Manalah mungkin dua kepribadian semacam itu dapat bersatu, demikian pikir banyak orang.

Lantaran saya banyak bersahabat dengan seniman-seniman tulen yang tenar, bukan seniman “abal-abal” yang cuma berpakian asal “dekil and the kumel,” tapi tanpa karya berarti, saya menjadi faham bagaimana menghadapinya. Dari dunia seni rupa saya antara lain, bersahabat dengan Nyoman Gunarsa dan Kriyono almarhum, sekedar menyebut dua contoh nama. Dari pengalaman itu saya mengerti kapan harus mendengarkan mereka. Kapan untuk memuji mereka, tapi juga kapan harus mengeritik dan mencela mereka tanpa mereka sakit hati, tetapi mereka mengetahui apa yang kita pikiran dan rasakan.

Demikian juga persahabatan sayabdengan Hardi. Saya dapat “menempatkan” diri dalam berinteraksi dengannya. Tapi ini tak berarti penuh basa-basi. Hardi tetaplah seniman yang blak-blakan. Kalau dia pandang tak sesuai dengan pikirannya, dia tetap mnecelanya. Termasuk ke saya. Bahasanya pun umumnya lugas. Tegas.

Menyadari ada niat baik di belakang ucapan-ucapan Hardi, selalu saya maklum. Tak ada rasa sakit hati.

Sebaliknya saya juga berlaku begitu. Sering membantah pendapatnya dengan pernyataan yang keras. Walhasil kami kerap berdebat dengan argumentasi terbuka. Sepanjang saya tahu, “debat” kami pada akhirnya sampai pada kesimpulan yang sama.

Sedemikian dekat hubungan kami, Hardi sering mengusulkan ke panitia panitia pameran lukisan agar saya yang membuka pameran lukisan, baik Hardi ikut berpameran atau pun tidak ikut.

Persabahata saya dengan Hardi sudah berjalan panjang. Sekitar tahun 1976 saya mulai sering main ke Radio ARH yang terletak tak jauh dari pintu masuk TIM waktu itu. Saya kesana untuk berlatih teater, namanya dulu Teater Bengkel Belia ARH, di bawah asuhan Arthur John Horoni. Selain itu untuk membentuk komunitas pendengar Radio ARH, satu-satunya radio pendidikan di Jakarta sampai sekarang. Pendengar Radio ARH menyasar kalangan menengah bawah, yang memang haus pendidikan tetapi mungkin sulit menembus universitas. Segmen ini berbanding terbalik dengan Radio Prambos yang waktu itu juga terkenal, mengarah kepada segmen menemgah atas.

Radio ARH dikenal kritis terhadap hampir semua aspek kehidupan dan penghidupan berbangsa dan bernegara. ARH merupakan salah satu radio pengeritik pemerintah yang keras. Bukan hanya politik yang dkritisi Radio ARH, tapi juga aspek-asoek kebudayaan terutama musik dan astra.

Saya sendiri di usia yang sangat muda, diberi kepercayaan mengasuh acara “Ilmu-ilmu Sosial.” Rubrik itu selain saya tampilkan dalam bentuk narasi, juga dalam ragam dialog, drama dan tanya jawab.

Sikap Radio ARH yang kritis rupanya sejalan dengan sikap Hardi. Dia pun lantas sering main ke ARH kalo kebetulan ke TIM.

Dari sana Hardi mulai bergaul dengan kami.

Waktu ARH menerbitkan kumpulan “Puisi Tempe” covernya dilerjakan oleh Hardi. Sebelum meninggal Hardi pula yang mengerjalan disain buku kumpulan lima

Penyair (Muwardi Muchtar, Eka Budianta, Heryus Saputro, Wina Armada Sukardi dan Arthu John Horoni) yang bakal segera menerbitkan buku “Puisi Tempe”jilid 2. d

Jika sebelumnya Hardi memilih disain hitam putih, kali ini covernya full color.

Selanjutnya kami sering berinteraksi. Kami banyak “ngopi-ngopi “ di mall, tidak di warung-waring sederhana. Katanya Hardi, “Pelukis sekarang, banyak yang tidak sadar zaman udah berubah. Mereka kurang bergaul di tempat-tempat yang sesuai zaman. Makanya pelukis sekarang sering pengalaman dan pikirannya masih sama dengan pelukis tahun 30an sampai 60an. Makanya kalau melukis sesuatu yang terkait suasana modern, banyak dari mereka yang jelas kelihatan gagal.”

Atas dasar itu, Hardi berpendapat, para pelukis harus lebih sering ke mall. Selain untuk menyesuaikan diri demgan deru suasana jiwa yang modern atau sesuai zaman, juga dengan demikian dapat memiliki koneksi kaum berduit calon-calon konsumen!

Ada satu tempat di suatu sudut dis ebuah mall yang menjadi tempat favorit Hardi. Ini lantaran dari tempat itu kita dapat memandang ke semua sudut. Mereka yang berlalu lalang dari arah depan atau belakang, terpantu mata. Belakangan tempat yang ada di sebuah kafe itu, ditutup, sehingga Hardi tak lagi dapat duduk disana.

Sekali-kali saya juga mengajak Hardi “dugem.” Misalnya ke diskotik atau karoke, tempat yang tata nilainya berbeda dengan di dunia nyata. Disana serba permisif. Awalnya Hardi masih canggung, tapi setelah bebrrapa kali keNa dia cepat beradaptasi.

“Pergaulan Anda luar biasa, dari kampus, seniman sampai hiburan malam faham….,” kata Hardi, entah sesungguhnya atau ingin menyindir saya. Tapi kami hanya tertawa-tawa

Sekali-kali saya suka iseng mengirim WA kepada Hardi foto-foto wanita dengan pakian seronok. Hardi biasanya menanggapnya dengan tersenyum. “Nakal juga ya!” jawabnya.

Pada umumnya saya lah yang menjadi “badar” alias yang bayar makan minumnya kalo kami keluar makan, karena memang sayalah yang serin mengajaknya. Kalau pun dia yang mengajak, tetap saya wajib “tahu diri” membayarnya.

Walaupun demikian, sekali-kali Hardi ikut membayar. “Udah ndak usah khawatir, biar saya yang bayar!” katanya dengan wajah ceria.

Ada apa rupanya? “Saya lagi banyak duit! Hahaha…”ungkap Hardi dengan bangga. Kalau sudah begitu, saya faham, Hardi tidak mungkin dicegah. Maka saya biarkan saja.

Berkali-kali Hardi bercerita, manakala kecil ibunya bercerita Hardi bakal melakoni pekerjaaan yang enak. Hidupnya nyaman. Pekerjaaan akan sesuai dengan kepuasasan hati nurani Hardi, tetapi dapat uang.

Mulanya Hardi mengaku tak faham apa maksud ibunya. “Ternyata yang dimaksud Ibu saya, ya jadi pelukis ini,” beber Hardi.

Jadi pelukis bekerja sesuai hati nurani Hardi, sekaligus menghasilkan uang. “Dari awal rupanya ibu saya sudah mengetahui saya bakal jadi pelukis.”tandasnya.

Hardi juga sering bercerita, bagaimana pun kehidupan dan penghidupannya harus disyukuri. Dia membandingkan kehidupan dan penghidupan dirinya dengan seorang penyair terkenal yang juga teman dekatnnya dan suda agak lam meninggal. Dia bercerita teman sang penyair beken dekatnya itu relatif sulit dalam kehidupannya. Rumah tangganya berantakan. Anak-anaknya mengalami kesulitan ekonomi. Sekolahnya juga kucar-kacir. “Jadi, begini-begini juga, saya alhamdullilah hidup saya cukup baik, “ ungkapnya.

Bersambung……

Lepas Kontingen HAB ke Pangkep, Rektor IAIN Bone: Junjung Tinggi Sportivitas

0

Rektor IAIN Bone, Syahabuddin melepas kontingen IAIN Bone pada kegiatan peringatan Hari Amal Bhakti ke-78 Kemenag RI Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar di Kabupaten Pangkep.

“Setiap saya melepas kontingen seperti ini. Yang selalu saya tekankan adalah bertanding bukan tentang kalah menang. Yang kita ingin capai adalah silaturahmi,” tutur Prof Syahabuddin memberi sambutan di Aula Utama IAIN, Jumat (5/1/2024).

Meski begitu Rektor juga berpesan untuk tetap tampil maksimal dan menjunjung tinggi sportivitas.
“Pertandingan itu masalah mental, tampilkan yang terbaik, semaksimal mungkin dan tetap junjung tinggi sportivitas,” jelasnya.

Menurut laporan Wakil Ketua Panitia Syafruddin, kontingen IAIN Bone berjumlah 79 orang. “Sebagian sebagai panitia dan juga sebagai peserta,” sebutnya.

Mengikuti 10 cabang lomba yaitu Expo Program Prioritas Kemenag RI, Volli Putra, Sepak Takraw, Bulu Tangkis Beregu Putra Putri, Tenis Lapangan Putra, Tenis Meja Beregu Putra Putri, Asmaul Husna dan Lagu Solo.

Kontingen akan berangkat dua tahap, hari ini, Jumat dan Sabtu.

Terakhir, Prof Syahabuddin menutup sambutannya berharap kepada kontingen untuk menjaga kesehatan.

“Tetap jaga kesehatan. Mengingat ini musim hujan dan musik mangga. Jangan sampai ada yang masuk angin dan tidak enak badan karena tidak menjaga kesehatan dan pola makan,” ujarnya sambil bergurau.*

Satreskrim Polres Maros Berbagi Melalui Program Mabbarakka

0

Dalam upaya menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Maros terus konsisten melaksanakan kegiatan sosial bernama Mabbarakka. Mabbarakka merupakan salah satu dari empat program yang diinisiasi langsung oleh Kapolres Maros, AKBP Awaludin Amin.

Setiap hari Jumat, Satreskrim Polres Maros dengan penuh dedikasi melibatkan diri dalam kegiatan Mabbarakka, yang bertujuan utama berbagi dengan masyarakat kurang mampu serta mendukung komunitas keagamaan. Kegiatan ini tidak hanya sekadar berbagi materi, tetapi juga berusaha menciptakan dampak positif di tengah-tengah komunitas.

Program ini menjadi wahana bagi Polres Maros untuk bersinergi dengan masyarakat, menciptakan hubungan yang lebih erat, dan merasakan serta memahami kebutuhan riil yang dihadapi oleh masyarakat sekitar.

Melalui Mabbarakka, Polres Maros menjaga ritme kepedulian dan kebersamaan, menciptakan harmoni sosial, serta memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

Respons Dewan Pers Terhadap Penanganan Kekerasan Pers Terkait Pemilu 2024 (2)

0

B. Penanganan Kasus yang Disampaikan Kepada Dewan Pers

Dalam hal korban, organisasi pers, dan atau perusahaan pers menyampaikan informasi kekerasan terhadap wartawan kepada Dewan Pers, Dewan Pers dapat mendelegasikan kepada Satgas untuk melakukan tahapan sebagai berikut :

1. Verifikasi Keterkaitan dengan Profesi

Satgas memverifikasi hubungan kekerasan terhadap wartawan dengan kegiatan jurnalistik, dengan cara mendalami informasi mengenai pelaku antara lain :
a. apakah ada pernyataan secara eksplisit yang pada intinya melarang wartawan mencari informasi atau keberatan atas karya jurnalistik yang dibuat wartawan sebelumnya ? Jika ya, maka sudah jelas ada kaitan dengan kegiatan jurnalistik wartawan. Jika tidak, dilakukan penelusuran informasi lebih lanjut.
b. apakah wartawan yang menjsdi korban, sebelumnya mendapat ancaman, baik tersurat msupun tersirat, terkait dengan kegiatan jurnalstik ?. Apa bentuk ancamannya ? Alat apa yang digunakan untuk mengancam ?
c. apakah keluarga wartawan (isteri/suami, orang tua, anak ) mendapat ancaman baik tersurat maupun tersirat, terkait dengan kegiatan jurnalistik ? Apa bentuk ancamannya ? Alat apa yang digunakan untuk mengancam ?
d. apakah pelaku kekerasan merupakan pihak yang terkait dengsn karya jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan atau perusahaan pers, tempatnya bekerja ?

2. Verifikasi Keterksitan Korban Dalam Kekerasan

Untuk memverifikasi keterkairan korban dalam kekerasan ( misalnya terlibat dalam bentrokan ), maka perlu dilakukan identifikssi sebagai berikut :
a. apakah wartawan sedang menjalankan tugas jurnalistik ?
b. apakah terkait dengan karya jurnalistik ?

3. Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi

Langkah penyusunan kesimpulan dan rekomendasi antara lain sebagai berikut :

3.1. Menyusun laporan rinci, terhadap kasus kekerasan wartawan, terdiri dari :
a. data dari korban,
b. latar belakang kasus,
c. kronologi peristiwa,
d. saksi saksi dan barang bukti
e. hubungan kekerasan dan kegiatan jurnalistik,
f. kondisi korban dan akibat lainnya,
g. kesimpulan dan rekomendasi.

Adapun tahapan pengumpulan informasi, mengacu pada Bagian II huruf A angka 1 mekanisme ini.

3.2. Laporan tersebut disampaikan dan dibahas dalam rapat kordinasi.
3.3 Kesinpulan dalam rapat kordinasi sebagai berikut :
a. kasus tidak terkait dengan kegiatan jurnalistik ; atsu
b. telah terjadi kekerasan terhadap wartawan yang terkait dengan kegiatan jurnalistik,
3.4. Dalam hal disimpulkan telah terjadi kekerasan terhadap wartawan yang terkait dengan kegiatan jurnalistik, usulan rekomendasi kepada Dewan Pers antara lain berupa ;
a. Litigasi ;
1). Mendorong kepolisian untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus kekerasan terhadap wartawan;
2) Memohonkan program perlindungan
saksi dan korban bagi para saksi dan korban kepada LPSK.
3). Menghubungi lembaga bantuan hukum atau advokat, atau lembaga penyedia layanan untuk mendampingi korban.
b. Non Litigasi
1). Melakukan pemantauan kasus ( trial monitoring ) mulai dari kepolisian hingga adanya putusan pengadiilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht), dengan bekerja sama dengan organisasi pers, perusahaan pers, dan atau advokat maupun lembaga bantuan hukum.
2) Kordinasi pemenuhan hak korban dengan lembaga terkait.

C. Penanganan Terhadap Serangan Digital

Ada sejunlah serangan digital pada wartawan, antara lain, doxing, cyber bullying, dan peretasan. Selain menimpa wartawan, serangan digital juga dapat terjadi pada perusahaan pers. Bedanya, media umumnya diserang dengan cara DDoS ( membanjiri situsweb dengan kunjungan palsu memakai alat bantu robot), atau peretasan baik alamat situsweb, maupun akun media sosial atau menjebol sistem keamanannya.

Perusahaan pers, organisasi pers, dan atau Satgas menginformasikan kepada seluruh insan pers mengenai tatacara antisipasi penanganan serangan berbasis digital antaea lain :

1. Wartawan mencatat semua bentuk ancaman yang diterima melalui dunia cyber.
2. Wartawan menyimpan semua bentuk ancaman, baik berupa verbal, teks audio dan tautan sebagai alat bukti.
3. Wartawan melapor ke Perusahaan Pers, tempat wsrtawan bekerja, Organisasi Pers dan atau Satgas untuk mendapatkan bantuan.
4. Wartawan memblokir pelaku , yang melakukan serangan di internet dengan cara melaporkan ke platform digital.
5. Wartawan mematikan sementara ponsel, apabila nomor yang digunakan oleh wartawan diekspos oleh pelaku.
6. Wartawan menonaktifkan sementara akun digital yang.mendapatkan serangan.
7. Wartawan meningkatkan keamanan dan manajemen data pribadi di digital untuk mengantitipasi serangan berulang.

Tata cara antisipasi penanganan serangan berbasis digital tersebut dapat dilakukan oleh Perusahaan Pers.

Dalam hal terjadi seramgan brrbasis digital kepada korban, perusahaan pers, Organisasi Pers, dan atau Satgas, mengambil.langksh langkah antara laun :
1. Memberi respons cepat dengan merujuk.korban untuk mengakses pemulihan akun yang diretas ke lembaga terkait.
2. Membuat siaran pers, atss serangan yang terjadi.
3. Mengawal proses hukum.

D. Kekerasan Berbasis Gender

Kekerasan berbasis gender, antara lain berupa kekerasan seksual, dapat terjadi pada wartawan laki laki maupun perempuan, dalam.menjalankan kegiatan jurnalistik. Misalnya wartawan sedang melakukan wawancara, mendapatkan pelecehan dari nara sumber atau ancaman perkosaan karena karya jurnalistik yang dihasilkan. Namun, pada umumnya kekerasan berbasis gender, lebih banyak dialami perempuan, sehingga berpotensi lebih banyak wartawan perempuan mengalami dampak yang mengganggu dan terhambat menikmati hak atas rasa aman dalam menjalankan kegiatan jurnalistik.

Pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender, berupa kekerasan seksual, mengacu kepada pedoman pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan pers. (Ana – selesai)

In Memoriam Tujuh Hari Wafatnya Pelukis Hardi (3)

0

Kebanggaan Para Wanita Cantik

Oleh Wina Armada Sukardi, kolektor lukisan Hardi

Pelukis Hardi menyukai melukis wanita-wanita cantik. Dari mulai bintang film, foto model, pejabat, isteri pejabat dan bahkan wanita pelukis semuanya pernah dilukisnya. Saya dapat menyebut nama-nama wanita jelita yang pernah jadi model lukisan Hardi.

Subjek wanita cantik yang dilukisnya pun merasa bangga dilukis oleh Hardi. Rasanya belumlah genap bagi mereka jika belum dilukis oleh Hardi.

Biasanya dulu Hardi melukis modelnya di studio mininya di rumah susun Perumnas Pejompongan. “Kadang-kadang saya kumpulkan anak-anak disana, dan waktu saya melukis, saya minta mereka bertepuk tangan memberi semangat kepada saya,” ungkap Hardi kepada saya.

Menurut Hardi, pelukis juga terkadang butuh dukungan semangat dari luar.
Selain melukis di kanvas Hardi juga melukis di tas, jaket dan busana wanita bahkan di souvenir. Waktu anaknya menikah godybagnya kantong warna putih yang dilukis Hardi. Cantik sekali.

Lukisan kain Hardi untuk para wanita laris manis. Para wanita menengah atas menyukiai karyanya Hanya saja karya pakian Hardi dibuat dalam edisi terbatas dan tidak “dipasarkan” secara masif.

Untuk jaket jeans, isteri saya sudah pernah minta langsung dilukiskan di jaket jeans. Hardi pun dengan senang hati bersedia menurutinya. Dia minta agar saya segera memberikan jaket jeasnya untuk dilukis. Tapi lantaran saya tak segera memgantarkan jaket itu, sampai Hardi meninggal dunia, istri saya tak memilik jalet jeasn yang dilukis Hardi.

Banyak sumber model buat Hardi. Pertama, tentu relasinya sendiri. Hampir tak ada wanita cantik yang tidak luluh manakala diminta menjadi objek model Hardi oleh Hardi. Tak peduli isteri pejabat atau siapapun. Ada kharisma Hardi yang sulit dielakkan para modelnya jika diminta jadi modelnya oleh Hardi.

Kedua, sumber dari kawan-kawannya wartawan film atau fotografer. Hardi diberi informasi ada model cantik yang mungkin dapat dijadikan objek lukisannya. Salah satu konco kentalnya Dimas Supriyanto yang kala itu masih menjadi pemimpin redaksi tabloid “Film.”

Setelah proses pemotretan, cerita Hardi kepada saya, Dimas bakal memberi informasi ada model yang layak dilukis. Kalau modelnya memang sesuai dengan sudut pandang Hardi, jadilah mereka dijadikan model lukisan Hardi. Tapi ada beberapa yang tidak sesuai, sehingga tidak jadi dilukis.

Terakhir, jika terpaksa, sumbernya cukup melalui foto saja.

Semua model lukisan Hardi, baik para wanita cantik maupun untuk “potret diri” subjeknya diberikan tambahan latar belakang atau latar depan dengan berbagai varian, kebanyakan simbol-simbol yang sesuai dengan karakter atau kiprah modelnya. Saya, misalnya, lantaran saya seorang advokat, diberikan simbol timbangan, lambang keadilan.

Bersambung…..

Awal Mula Tahun Baru 1 Januari

0

Segala sesuatu hal dan kejadian, pasti ada awalnya. Seperti Tahun Baru, 1 Januari yang disambut ramai masyarakat sedunia.

Bagaimana awalnya? Bermula pada abad ke 46 SM ( sebelum masehi ), Raja Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai HARI PERMULAAN TAHUN.

Dewa Janus

Orang Romawi mempersembahkan 1 Januari kepada Janus, Dewa Segala Gerbang Pintu dan Permulaan waktu.

Bulan Januari diambil dari nama Janus, yaitu dewa yang memiliki dua wajah . Satu wsjah menghadap ke masa depan, Dan satu wajah lagi menghadap ke masa lalu. (The World Book Encyclopedia Vol.14 hal.237).

Perayaannya memang mengitari api unggun, meniup terompet, berpesta dan bernyanyi bersama. (Ana)

Wasiat dan Perintah Rasulullah (8): Mencintai Ahlu Bait Akan Dapatkan Cahaya di Hari Kiamat

0

Rasulullah SAW bersabda, ” Yang paling banyak cahayanya di antara kalian di hari kiamat, sdalah tang paling banyak kecintaannya kepada kekuarga Muhammad SAW”.

Rasulullah bersabda lagi, ” Demi Allah tidaklah seorang hamba mencintai Ahlu Baitku kecuali Allah Azza Wa Jalla memberkkannya cahsya hingga ia bertemu di telaga Haudh”.

Dijamin Masuk Surga

Mencintai Ahlu Bait dijamin masuk surga dan selamat dari neraka.

Rasulullah bersabda “Sungguh barang siapa meninggal dunia dalam.keadaan mencintai keluarga Muhammad SAW, ia diberi kabar gembira oleh Malaikat Maut skan masuk surga. Kemudian diberitahu pula oleh dua malaikat, yaitu Munkar dan Nakir.

Sungguh berang siapa meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad, akan diarak masuk surga seperti pengantin perempuan yang diarak menuju ke rumah suaminya.

Sungguh orang yang meninggal dunia dalam keadaan mencintai keluarga Muhammad SAW, di dalam kuburnya ia akan dibukakan pintu menuju surga.

Sungguh orang yang meninggal dalam.keadaan mencintai keluarga Muhammad SAW ia mati dalam lngkungan sunnah wsl – jamaah”.

Rasulullah bersabda lagi, ” Mengenal keluarga Muhammad SAW, membebaskan sentuhan dari api neraka. Mengenal keluarga Muhammad SAW, merupakan kemudahan dalam melewati jembatan sirathol mustaqim, mengikuti keluarga Muhammaf SAW, aman dari azab neraka.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata,” Manusia yang paling bahagia adalah yang mengenal keutamaan kami Anlu Bait, mendekatkan diri kepada Allah dengan sebab kami dan yang ikhlas dalam.mencintai kami”. (Wa/ana)

Resep Bolu Keju Ekonomis, Murah Meriah

0

Kue bolu tidak selamanya, biaya bahannya mahal. Tergantung bagaimana mengombinasikannya, agar biaya bahan tidak mahal dan bisa terjangkau, keluarga yang ekomominya lemah.

Seperti resep @vitalim Bolu Keju Ekonomis dengan memakai campuran keju pun tetap biayanya rkonomis.

Bahan Bolu Keju :

– 120 gram gula pasir
– 125 gram margarine, lelehkan
– 120 gram terigu kunci biru
– 10 gram susu bubuk
– 10 gram maizena
– 4 butir telur
– 1 sdt sp
– sejumput garam

Bahan Tambahan:
– buttercream dan keju cheddar, parut secukupnya

Cara Membuat Bolu Keju:

1. Siapkan wadah bowl.mixer, masukkan gula, sp, telur, garam, mixer hingga kental berjejak. Masukkan tepung, butter leleh, aduk rata pakai spatula.
2. Tuang adonan ke dalam loyang tulban 20 cm, yang sudah dioles margarine + taburi tepung.
3. Panggang di suhu 170’C, api atas bawah. Lebih bagus lagi kalau pake oven @mito.id tipe TOP, panggang hingga matang kurang lebih 30 menit, tergantung oven masing masing.
4. Biarkan cake dingin, oles dengan buttercream, beri taburan keju/hias sesuai selera.

Catatan:
Untuk 1 1/4 resep,l oyang 22 cm . Kalau mau buat versi ekonomis bisa pake full tepung terigu. Hasilnya tetap enak. (Ana)

In Memoriam Tujuh Hari Wafatnya Pelukis Hardi (2)

0

Ikut Membantu Memasarkan Karya

Oleh: Wina Armada Sukardi, kolektor lukisan Hardi

Koleksi pertama karya Hardi saya, sebuah lukisan profil diri saya dari samping dalam ukuran kecil. Lukisan itu langsung dibuat Hardi di hadapan saya. Sebagian bidangnya juga kosong tak diberi tinta.

“Kamu lagi banyak pikiran,” katanya waktu membuat lukisan itu, seakan membaca pikiran saya. Mendengar itu saya cuma tersenyum saja.

Setelah itu, jika saya datang ke pameran atau ke rumahnya, Hardi seakan faham karya yang mana yang jadi incaran saya. Maka saya beruntung selalu dapat karyanya yang menarik minat saya. Sampai sekarang ada 19 karya Hardi pada saya.

Kendati begitu, hampir semua tema karya lukisan Hardi ada pada saya . Dari penari, binatang, potret diri, wanita cantik, kasih sayang ibu, kabah, hitam putih, sampai “jembatan persaudaraan” antara Mesjid Istiqal dan Gereja di sebelahnya, ada pada saya.

Ada satu lukisan, yaitu loper koran sedang memegang nama majalah tertentu sedang dikejar-kejar Kamtib, ditawarkan kepada saya. Lukisan yang bagus dan historis. Tapi lantaran nama majalahnya berada dalam group Tempo, saya tidak mengambilnya.

Hemat saya, Tempo Group atau awak dari Tempo yang lebih berhak membelinya ketimbang saya. “Coba saja Mas tawarin ke Gunawan Muhammad,” usul saya. Tapi Hardi segan melakukan hal itu, entah kenapa.

Kedua, lukisan Ayam. Harga sudah tawar-tawaran antara saya dan Hardi untuk lukisan ini. Hal ini sesuatu yang tidak biasa di antara kami. Semua lukisan karya Hardi yang ditawarkan kepada saya, berapapun yang disebut Hardi, pasti tak pernah saya tawar. Saya terima saja, berapapun harganya. Langsung saya bayar. Tapi khusus lukisan Ayam, saya justeru menawarnya. Padahal saya sendiri yang menginginkan lukisan itu.

Akhirnya di harga tengah kami setuju. Walaupun belum dibayar lunas, lukisan sudah diserah terimakan kepada saya. Pakai dipotret segala. Hanya saja karena tak enak hati kalau membawanya langsung pulang, saya belum ambil lukisan itu dan meninggalkannya di rumah Hardi.

Memang begitu kebiasaan saya dengan Hardi. Kalau lukisan belum tuntas lunas, saya tak mau mengambilnya dulu. Lukisan ayam ini pun jika nanti telah lunas baru saya ambil. Rupanya Hardi sudah lebih dahulu jatuh sakit, sehingga transaksi lukisan itu tertunda sampai Hardi menghembuskan nafasnya yang terakhir. Mungkin jika masa duka cita keluarga sudah lewat dan lukisannya masih jodoh dengan saya, bakal saya tuntaskan sisa “transaksinya.”

“Terima kasih Anda memgambil lukisan saya. Anda membantu saya untuk membeli beras,” kata Hardi selalu merendah saat saya membeli lukisannya.

Selain membeli sendiri saya kerap ikut membantu “memasarkan” karya-karya Hardi. Kenapa? “Anda kan banyak relasinya,” kata Hardi. Tentu tanpa komisi.

Terakhir saya gencar ikut menawarkan lukisan “jembatan persaudaraan”. Maklumlah temanya merupakan usulan saya kepada Hardi, dan langsung diterimanya. Bahkan tema ini juga menjadi lukisan serinya , walaupun belum sebanyak seri kab’ah. Saya berhasil menjual beberapa karya “jembatan persaudara” ini, terutam ke beberapa advokat kawan saya. Seiingat saya salah satu pembelinya tokoh hukum Mas Achmad Sentosa (Otta).

Saya juga membawa Hardi ke beberapa “tokoh” masyarakat agar mau dibuat lukisan potret diri oleh Hardi. Selain Hardi bergembira dengan kegiatan itu, juga lumayalan untuk mengisi pundi-pundinya.

Salah satu yang ingat saya usulkan untuk dibuat potret diri wajahnya, ketua DPR/MPR, Bambang Soesatyo. Lukisa itu langsung diserahkan Hardi ke Bambang Soesatyo.

Pada era digital Hardi sudah mulai melangkah mendahului sesama pelukis lainnya ydengan memasarkan karya-karyanya lewat media sosial. “Dari cara ini ada kontak antara lukisan saya dengan calon pembelinya,” ungkap Hardi. Dan memang sebagian besar lukisan yang ditayangkan di media sosial “terjual.”

Sebelum dia sakit, Hardi rajin menyapa para pemerhatinya melalui tayangan semacam podcast. Kolektor juga dia wawancarai, selain dia terangkan latar belakang kenapa mereka mau memiliki lukisan karya, ternasuk diri saya.

Bersambung…