Peran Gizi Maternal terhadap Stunting, Kematian Ibu, dan Kematian Neonatal

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) menggelar Webinar Internasional Seri 3 yang merupakan rangkaian Dies Natalis ke-38 FKM Unhas.

Webinar yang digelar pada Sabtu, 21 November 2020 itu terbagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, menghadirkan beberapa pemateri, salah satu diantaranya yaitu, Prof dr Endang L Achadi, MPH, Dr PH dari FKM Universitas Indonesia.

Prof Endang membawakan materi dengan tema, “Peran Gizi Ibu terhadap Stunting, Kematian Ibu, dan Kematian Neonatal”.

- Iklan -

“Status gizi pra-hamil (catin, rematri, WUS) dapat berpengaruh nantinya pada status gizi ibu hamil (TB, IMT, Anemia, dll) dapat menjadi risiko komplikasi kebidanan yaitu risiko kematian ibu dan kematian neonatal,” jelas Prof Endang.

Menurutnya, status gizi ibu hamil juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin yang mengakibatkan BBLR, prematur, dan PBLR.

Hal itu, katanya, dapat meningkatkan risiko kematian neonatal dan juga dapat mengakibatkan stunting pada bayi di usia 0-23 bulan.

- Iklan -
Baca Juga:  Buka Puasa Bersama KPI Macquarie Jadi Ruang Berjumpa Komunitas Muslim Indonesia di Sydney

“Faktor penyebab sepertiga IUGR (Intrauterine growth restriction) di negara maju disebabkan karena merokok,” bebernya.

Di negara berkembang, lanjutnya, hampir setengah IUGR diakibatkan oleh tiga faktor status bumil: pendek, IMT pra hamil rendah, dan pertambahan berat badan selama hamil (PBBH) rendah.

“Dampak status gizi ibu seperti ibu pendek dapat mengakibatkan tumbuh kembang janin terhambat, ibu pra-hamil kurus dapat mengakibatkan persediaan zat gizi terutama energi ibu kurang, dan PBBH tidak sekuat mengakibatkan asupan terhadap janin kurang.”

- Iklan -

“Bila periode 1000 HPK tidak dilalui dengan baik, maka akibatnya terhadap kecerdasan dan kesehatan bersifat permanen, sulit untuk diperbaiki. Terjadi dampak jangka panjang terhadap gangguan kognitif, meningkatnya risiko penderita PTM dan berpengaruh terhadap dua generasi berikutnya, serta stunting pada usia dewasa,” jelasnya.

Dampak ibu hamil dengan anemia terhadap bayi yaitu risiko BBLR, PBLR dan risiko prematur yang dapat meningkatkan risiko bayi sakit yang mengakibatkan bayi stunting yang implikasi jangka panjang/pendek dan risiko bayi meninggal.

Baca Juga:  Buka Puasa Bersama KPI Macquarie Jadi Ruang Berjumpa Komunitas Muslim Indonesia di Sydney

Lebih lanjut ia menjelaskan, dua penyebab utama kematian ibu di Indonesia terkait gizi yaitu perdarahan dan pre-eklampsia/eklampsia. Kematian ibu yang cacat karena komplikasi tetapi tidak meninggal jauh lebih banyak dan biasanya tidak terdeteksi tercatat.

“Seharusnya sebagian besar komplikasi bisa dicegah dan ditangani. Remaja putri merupakan calon ibu, risiko anemia tinggi, prevalensi remaja pendek tinggi, risiko KEK tinggi, dan masih bisa bertumbuh.”

Ibu hamil pada usia remaja yang sedang tumbuh dapat mengakibatkan peningkatan risiko melahirkan bayi dengan berat badan di bawah 2.5 kg (BBLR), panjang badan lahir rendah (PBLR) dan prematur.

“Status kesehatan dan gizi ibu hamil sangat penting yang dimulai sejak sebelum kehamilan. Perbaikan status kesehatan dan gizi ibu hamil dan pra-hamil merupakan program strategis dalam meningkatkan kualitas SDM bangsa tiga generasi ke depan, menurunkan kematian ibu dan neonatal,” tutupnya.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU