Potensi Penyakit “Kencing Tikus” di Kab. Maros, Balai Labkesmas Makassar Usul Upaya Pencegahan

MAKASSAR – Usai melakukan survei kepadatan tikus dan deteksi Leptospirosis terhadap dua wilayah di Kabupaten Maros, yakni Lingkungan Mannaungi, Kelurahan Alliritengae dan Lingkungan Kassi, Kelurahan Pettuadae, Balai Labkesmas Makassar menemukan adanya 4 ekor tikus yang positif mengandung bakteri leptospira.
Hal itu dikemukakan oleh Epidemiolog Balai Labkesmas Makassar, Mustaman, SKM, Jumat (23/5/2025). Menurutnya, hasil penelitian telah dipresentasikan dalam seminar yang kemudian melahirkan 7 rekomendasi.

“Kita sudah paparkan hasil kajiannya pekan lalu. Dan ada 7 rekomendasi waktu itu dari teman-teman. beberapa di antaranya agar dilakukannya perbaikan terhadap saluran pembuangan air limbah dan penanganan sampah secara baik dan benar di sana,” kata dia.
Sebanyak 23 sampel ginjal tikus telah melalui pemeriksaan di laboratorium. Dan 4 di antaranya positif mengandung bakteri leptospira, pemicu penyakit kencing tikus.
“Sebenarnya ada 25 ekor yang kita tangkap. Tapi, karena dua yang sudah mati kaku jadi dia tidak bisa dibedah lagi,” lanjut Mustaman.

Baca Juga:  Jayadi Raih Juara 1 dalam Turnamen Internal PTM Darul Ikhsan Sinjai

Sementara itu, Kepala Balai Labkesmas Makassar, Rustam, S.Si, M.Kes menegaskan bahwa tindakan preventif dan kolaboratif sangat diperlukan untuk mengantisipasi penyebaran bakteri Leptospira, mengingat kedua wilayah termasuk rawan banjir.
“Tentu kita harus bersama-sama mengantisipasi bakteri ini. Apalagi wilayahnya juga rawan banjir,” ujarnya.

Ia menambahkan, masyarakat setempat menjadi perhatian khusus untuk diberi pemahaman dalam melakukan upaya pencegahan.
“Masyarakat harus waspada jika menemukan bangkai tikus, harus langsung dikubur. Salah satu yang juga jadi rekomendasi kita adalah agar masyarakat senantiasa melakukan pencegahan melalui penggunaan APD. Selain itu, surveilans aktif Leptospirosis juga mesti rutin dilakukan oleh petugas fasyankes setempat,” pungkasnya.

Diketahui, Leptospirosis atau secara umum dikenal dengan penyakit kencing tikus merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus Leptospirayang patogen dan dapat menyerang manusia maupun hewan. Adapun binatang yang berperan dalam penularan penyakit itu adalah unggas, anjing, sapi dan yang paling sering yakni tikus.

Baca Juga:  Kualitas Udara di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan Bervariasi

Sementara itu, salah seorang Tim Program Layanan Terpadu, Islamiaty Gandhy, A.Md.Kes mengkonfirmasi bahwa hasil pemeriksaan telah dilaporkan melalui dokumen Laporan Hasil Uji (LHU) tertanggal 15 Mei 2025.

“Hasil labnya sudah dibuatkan LHU dan sudah ditanda-tangani oleh pak Kepala. Kemarin diperiksa dengan metode PCR. Tikus merupakan reservoir dari bakteri leptospira dan jika ditemukan tikus positif mengandung bakteri leptospira maka berpotensi untuk menularkan penyakit leptospirosis,” tandasnya.

Sebelumnya, Balai Labkesmas Makassar telah melaksanakan surveilans kepadatan tikus dan deteksi dini Leptospirosis pada tanggal 21–25 April 2025. Kegiatan ini dilaksanakan di dua lingkungan, yakni Mannaungi (Kelurahan Alliritengae) dan Kassi (Kelurahan Pettuadae), wilayah kerja Puskesmas Turikale. Dari total 25 tikus yang tertangkap, 23 ekor berhasil dibedah, dan 4 di antaranya dinyatakan positif Leptospira berdasarkan uji PCR.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU