Cerita di Balik Dongkelor

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Dongkelor lahir di tengah pandemi Covid-19. Berawal dari kecemasan salah seorang pendongeng yang selama ini aktif membantu kegiatan Dinas Perpustakaan dan dipercaya menjadi admin akun sosial media (Instagram, Facebook, dan Twitter) untuk Dongkelperpusling.

Namanya adalah Kak Istie. Pendongeng angkatan termuda yang bergabung dalam jajaran pendongkel (pendongeng keliling) setelah berhasil menjadi juara 1 dalam Lomba Mendongeng yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan pada tahun 2019.

Sebagai admin, Kak Istie  resah dengan keaktifan akun Instagram Dongkelperpusling yang dikelolanya. Pandemi Covid-19 otomatis menghentikan semua kegiatan Dongkelperpusling yang selalu mendatangi sekolah dan beraksi di depan kerumunan massa.

- Iklan -

Akibatnya, tidak ada lagi foto-foto seru yang bisa dibagikan, tidak ada berita-berita menarik berisi giat Dongkel, juga tidak ada kisah-kisah manis yang rutin dikirim para pendongeng setelah pulang dari titik layanan.

Muncullah ide untuk memindahkan semua aktivitas mendongeng itu ke dunia maya. Dongkel harus tampil daring (online) agar dapat terus menyapa penggemarnya.

Ide tersebut akhirnya Kak Istie bahas bersama saya. Kemudian ide tersebut saya dan Kak Istie lempar dalam  kelompok kecil yang dibantu Kak Madia dan Kak Mangga, ide itu dimatangkan menjadi konsep.

- Iklan -

Konsep pelaksanaan lalu saya sampaikan ke unsur pimpinan, yaitu Kepala Dinas, Kepala Bidang Layanan serta Kepala Seksi Layanan dan Kerjasama sebagai bidang yang menangani Dongkel di Kegiatan Perpustakaan Keliling selama ini.

Baca Juga:  Dinamika Transformasi: Jurnalisme Profetik sebagai Pilar Pendidikan Kampus

Ketika diteruskan hingga mendapat restu Kepala Dinas, lahirlah nama program Dongkelor yang merupakan akronim dari Dongeng Keliling Online dari Rumah.

Ide yang bagus serta niat yang baik ternyata tidak cukup. Harus ada usaha untuk mewujudkannya. Yang menarik, tim kecil ini sama sekali baru terjun dalam dunia siaran –meski mereka sering tampil secara luring (offline) di depan publik–dan juga masih gagap perkara teknologi.

- Iklan -

Namun sekali lagi, tim kecil ini punya kegigihan yang tidak mudah dipatahkan. Mereka berhasil mengalahkan ketidaktahuan dengan membaca dan bertanya.

Grup persiapan Dongkelor menampung obrolan lucu dan haru seputar bagaimana mereka melewati hari-hari menjelang tayang perdana. Mulai dari menggali informasi, menelusuri tips penggunaan aplikasi, menyiapkan susunan acara, merancang poster, menyiapkan latar belakang (backdrop), dan membangun chemistry.

Edisi perdana pun diluncurkan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2020. Kak Istie tampil sebagai Pembawa Acara (host) atas kesepakatan bersama dalam tim kecil itu.

Selain memiliki kemampuan publik speaking yang baik dan mahir menyapa anak-anak, Kak Istie juga memiliki kompetensi sebagai juru bahasa isyarat untuk penyandang tuna rungu.

Ada impian saya bahwa program ini bisa dinikmati oleh semua orang termasuk kawan difable. Alasan memilih kak Isti sebagai Host juga semata-mata memberikan penghargaan dan pengakuan atas usulannya yang berharga.

Baca Juga:  Dinamika Transformasi: Jurnalisme Profetik sebagai Pilar Pendidikan Kampus

Kak Isti disini akan menjadi ruhnya DONGKELOR. Seperti sebuah acara talkshow, Host menjadi brand dari brand acara tersebut.

Setiap Sabtu Kak Istie memandu acara dengan menghadirkan pendongeng yang berbeda. Dalam durasi 60 menit, Dongkelor berhasil menghidupkan kembali detak jantung Dongkelperpusling saat semua orang diharuskan untuk tetap di rumah saja.

Kini Dongkelor rutin tayang setiap hari Sabtu pukul 10 pagi. Jumlah penonton yang mencapai angka ratusan menerbitkan rasa haru dalam tim kecil itu. Ternyata kehadiran Dongkelor selalu dinantikan hingga memiliki penggemar tetap.

Bahkan, Dongkelor dimanfaatkan para guru untuk menghadirkan variasi dalam  metode pembelajaran di rumah.

Hal ini diketahui dari banyaknya DM (Direct Message) yang masuk berisi ucapan terima kasih, pertanyaan, juga konfirmasi soal tugas yang diberikan guru pada  setiap siswa yang menyaksikan penayangan Dongkelor.

Dongkelor masih terus dikuatkan selama proses uji coba dan nantinya akan tampil di “studio mini” Perpustakaan Umum Kota Makassar untuk proses pengambilan gambar.

Segala tantangan terus dilewati dengan penuh semangat demi menebar kebaikan, melestarikan budaya dan menumbuhkan kegemaran membaca. Semoga usaha dan niat ini mendapatkan kebaikan dan ridho dari Allah SWT.(*)

Oleh: Tulus Wulan Juni

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU