Guru Honorer Berusia 57 Tahun Tak Lolos Tes PPPK, Nitizen Minta Bantuan Nadiem

Kisah tersebut dibagikan oleh seorang pengawas ruang tes yang kemudian menulis surat terbuka untuk Mendikbud Nadiem Makarim atau yang biasa disapa Mas Menteri.

Viral di media sosial, kisah seorang guru honorer berusia 57 tahun yang gagal lolos tes seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).

Kisah tersebut dibagikan oleh seorang pengawas ruang tes yang kemudian menulis surat terbuka untuk Mendikbud Nadiem Makarim atau yang biasa disapa Mas Menteri.

Dikisahkan bahwa guru honorer tersebut menjalani tes untuk menjadi guru dengan status PPPK dari Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

- Iklan -

“Yang terhormat, Mas Menteri, Nadiem Makarim. Tak ada rasa ngilukah di dalam dada mas menteri melihat sepatu tua yang lusuh ini?”

“Tahun ini Mas Menteri memberikan secercah harapan untuk beliau. Program PPPk untuk memberikan harapan kehidupan yang lebih layak,” tulisnya.

“Tetapi tahukah Mas Menteri? Soal-soal yang Mas Menteri berikan hanya teori belaka saja. Tak sebanding dengan praktik pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya,” lanjutnya.

- Iklan -

“Akhirnya passing grade pun tak diraih. Pecahlah tangis beliau dalam hati. Terlihat jelas ketika nilai-nilai itu terpampang di layar monitor, beliau terdiam seribu bahasa,” lanjutnya lagi.

Surat terbuka untuk mendikbud (instagram)
Surat terbuka untuk mendikbud (instagram)

Minta bantuan ke Nadiem Makarim

Wanita bernama Novi Khasiffa itu lantas memohon kepada Nadiem Makarim untuk memberikan keringanan pada guru honorer tersebut dalam proses seleksi ini.

- Iklan -

“Beliau mempunyai andil yang besar dalam membangun negeri tercinta ini. Sudi kiranya Mas Menteri memberikan keringanan untuk melihat beliau bisa menikmati masa tua dengan sepatu dan kehidupan yang layak,” tulis wanita itu.

“Tak usah diperumit, jika tidak ada kebijakan untuk mengangkat derajat mereka, setidaknya di surga besok sepatu ini akan menjadi saksi bahwa ilmu yang beliau ajarkan sangat bermanfaat untuk keberlangsungan umat,” lanjutnya lagi.

Ia mengaku menulis surat terbuka itu sambil berurai air mata teringat raut kekecewaan guru honorer saat melihat hasil tes di layar komputer.

“Dari saya Novi Khassifa, pengawas ruang PPPK. Ditulis dengan berurai air mata,”pungkasnya.

 

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU