Barru, Fajar Pendidikan – Proyek pembangunan destinasi sarana wisata di Dusun Mareto, Desa Lipukasi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, kini memprihatinkan. Kawasan yang semula dirancang menjadi destinasi unggulan, justru terbengkalai dan dipenuhi semak belukar.
Pantauan langsung Fajar Pendidikan di lokasi menunjukkan sejumlah fasilitas seperti gardu jualan dan akses jalan tidak terawat. Beberapa gardu jualan tampak rusak, bahkan nyaris tak dikenali karena tertutup tanaman liar.
Bendahara BUMDes periode sebelumnya, Mardawiah, mengungkapkan bahwa dana penyertaan modal sebesar Rp700 juta yang dikucurkan sejak tahun 2017 belum menunjukkan hasil yang signifikan. Dana tersebut, menurutnya, masih bergulir dalam bentuk aset dan kegiatan usaha.
“Dana itu dialokasikan ke beberapa unit usaha seperti peternakan sapi, budidaya perikanan, destinasi wisata, serta simpan pinjam masyarakat (SPP),” ujar Mardawiah,kepada Fajar Pendidikan, Selasa (20/5/2025).

Ia menjelaskan, sebagian ternak yang dibeli sempat mati, sementara sisanya dijual dan hasilnya digunakan untuk membangun kandang dan gudang. “Sapi-sapinya memang sudah tidak ada, tapi hasil penjualannya digunakan untuk pembangunan gudang dan hasil gudang ada karena kita sewakan ,” jelasnya.
Mardawiah juga menegaskan bahwa laporan keuangan dibuat secara rutin dan dana disalurkan melalui desa.setiap tahunya. Ia menyebut, usaha perikanan sempat berjalan dan hasilnya digunakan untuk membeli lahan di dekat pasar yang kini tercatat sebagai aset.
“Saat ini dana di SPP masih ada sekitar Rp125 juta dan masih terus bergulir,” tambahnya.
Terkait pengelolaan destinasi wisata, ia mengungkapkan bahwa pihak desa hanya menerima hasil karena telah ada pengelola khusus. Namun, saat ini kawasan tersebut tampak tidak aktif dan terbengkalai.tapi barang- baranya masih ada seperti pangngungnya masi ada di pengurus destinasinya disimpan di rumahnya karena di situ lokasi banjr “tutupnya”
Sementara itu, Kepala Desa Lipukasi, Awaluddin, membenarkan bahwa pengelolaan BUMDes selama ini hanya dijalankan oleh ketua dan bendahara. Ia juga menyebut ada beberapa unit usaha lain seperti pengelolaan pakan sapi, selain peternakan dan perikanan dan sarana wisata
“Saya sudah sering mengingatkan soal pelaporan keuangan. Bahkan, saat Bawasda datang bersama pendamping dan BPD, saya beri waktu satu bulan untuk menyelesaikan laporan, tapi sampai sekarang belum terpenuhi,” ujar Awaluddin.
Ia mengaku tengah mengevaluasi kinerja pengurus lama dan akan membentuk kepengurusan baru untuk mendukung program ketahanan pangan.
“Memang ada laporan, tapi tidak pernah disampaikan dalam forum. Kondisi barang-barang di lokasi sudah rusak karena sering terkena banjir. Sempat berjalan, tapi kini tidak lagi aktif,” tutupnya.
-Hengki