Kisah Kemurahan Hati Nabi Muhammad SAW

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Pada suatu saat, Rasulullah ﷺ membagi-bagikan harta ghanimah kepada kaum muslimin dalam sebuah peperangan. Yang beliau utamakan adalah orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah Arab yang baru saja masuk Islam, sedangkan orang-orang Anshar tidak mendapat bagian sedikitpun.

Hal ini menimbulkan kasak-kusuk diantara para shahabat Anshar, hingga ada yang berkata, “Rasululllah hanya ingat kaumnya sendiri dan sekarang mulai melupakan kita.”

- Iklan -

Hingga sampailah kepada Rasulullah ﷺ permasalahan ini. Kemudian beliau meminta orang-orang Anshar dikumpulkan di suatu tempat. Setelah mereka berkumpul Rasul berkata kepada mereka, ”Wahai orang-orang Anshar, ada kasak-kusuk yang sempat aku dengar dari kalian, dan dalam diri kalian ada perasaan mengganjal kepadaku. Bukankah dulu aku datang kepada kalian, sedangkan kalian dalam keadaan tersesat, kemudian Allah memberikan petunjuk ?

Bukankah dulu kalian miskin dan bercerai-berai, kemudian Allah memberikan karuniaNya dan menyatukan hati kalian ?

Orang-orang Anshar menjawab, “Begitulah Allah dan RasulNya lebih murah hati dan banyak karunianya.”

- Iklan -
Baca Juga:  Tak Terasa Ramadan Telah Pergi

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, “Apakah kalian tidak ingin membantahku wahai orang-orang Anshar ?”

Mereka pun menjawab, “Dengan apa kami bisa membantahmu wahai Rasulullah ? Padahal sungguh, milik Allah dan RasulNya segala anugrah dan karunia.”

Beliau bersabda, “Sebenarnya kalian wahai orang-orang Anshar, demi Allah kalau kalian mau, kalian bisa balik berkata kepadaku, “Engkau dulunya wahai Muhammad datang kepada kami dalam keadaan didustakan kaummu, kami orang-orang Anshar-lah yang membenarkanmu.

- Iklan -

Engkau dalam keadaan lemah dan teraniaya, kami-lah yang menolongmu. Engkau dalam keadaan terusir dari negerimu Makkah kami orang-orang Anshar pula yang menampungmu.”

Kemudian suasana hening, tidak ada satupun dari kepala yang sanggup tertengadah kepada beliau. Kemudian beliau melanjutkan perkataan, “Apakah dalam hati kalian masih terbersit keduniaan ?

Yang dengan itu aku hendak melunakkan hati orang-orang yang baru masuk Islam ? Sedangkan kepada keimanan kalian aku sudah percaya ? Apakah kalian tidak rela orang-orang kembali ke rumahnya dengan membawa domba dan onta, sedangkan kalian kembali dengan membawa Rasul Allah ke tempat tinggal kalian ? “

Baca Juga:  Khadijah, Wanita Mulia

“Sungguh wahai orang-orang Anshar, Demi dzat yang jiwa Muhammad dalam genggamanNya, jika bukan karena adanya Hijrah tentu aku termasuk orang-orang Anshar.

Sungguh wahai orang-orang Anshar, jika saja orang-orang selain kalian menempuh satu jalan di celah gunung, dan orang-orang Anshar di celah yang lain, tentu aku akan memilih celah yang ditempuh orang-orang Anshar. Ya Allah rahmatillah orang-orang Anshar, anak dan cucu orang Anshar.”

Mendengar itu seluruh orang Anshar pun menangis sesenggukan hingga jenggot mereka basah oleh deraian air mata.

Mereka kemudian berkata, “Ya Rasulullah, Kami redha kepada engkau dalam masalah pembagian dan bagian.”

Rasulullah ﷺ kemudian meninggalkan mereka dalam keadaan masih menangis. Demikian keadaan orang-orang Anshar sampai beberapa saat, lalu mereka bubar dengan membawa kecintaan dan ketundukan yang makin bertambah kepada Rasulullah ﷺ.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU