Kisah Munculnya Salat Tarawih

Rangkuman dari berbagai sumber tentang salat tarawih pertama kali dilakukan Rasulullah SAW di masjid Nabawi bulan Ramadan tahun kedua hijriah.

Kala itu disebut Qiyam Ramadan. Artinya menghidupkan bulan Ramadan. Salam shabih Bukahri, Rasulullah mengerjakannya 11 rakaat dan beliau memberi pemahaman bahwa tidak ada kewajiban salat tarawih di masjid.

Istilah tarawih sendiri belum muncul di masa Khalifah Abu Bakar. Dan baru muncul di masa le khalifahan Umar bin Khattab Ra. Kala itu Umar memerintahkan Ubay menjadi Imam Qiyam Ramadan. Dan mereka tidur di seperempat malam pertama, lalu salat di seperempat malam terakhir, lalu pulang dan sahur.

- Iklan -

Jadi sejak itu, salat qiyam Ramadan 23 rakaat dan bernama salat tarawih. Salah satu riwayat terdapat dalam kitab Imam Malik (Al Muwatha). Yang artinya Yasid bin Tuman berkata, “orang-orang di zaman Umar bin Khattab Ra melaksananakan salat di bulan Ramadan 23 rakaat.

Baca Juga:  Tanda Diterimanya Amalan di Bulan Ramadan

Pelaksanaan salat tarawih di bulan Ramadan sama dengan salat tahajjud atau salat malam (Qiyamullail). Hanya saja, pelaksanaan tarawih waktunya lebih awal. Atau tidak dilakukan tengah malam, seperti salat tahajjud.

Dan sebagian berpendapat membolehkan salat tahajjud, walaupun sudah salat tarawih. Tetapi ini hanya pendapat tanpa dasar. Yang shahib Raaulullah SAW tidak pernah melebihi salat malamnya 11 rakaat.

- Iklan -
Baca Juga:  Kebahagiaan Orang yang Berpuasa

Hadist 712

Dari Abu Salamah bin Abdur Rahman Ra, dia bertanya kepada Siti Aisyah, isteri Raaulullah SAW, “Bagaimana caranya Nabi SAW salat malam di bulan Ramadan ? Jawab Aisyah Ra, “Beliau salat tidak lebih dari 11 rakaat baik dalam bulan Ramadan maupun lainnya. Mula mula beliau salat 4 rakaat. Jangan tanya, alangkah bagus dan lamanya, kemudian empat rakaat lagi jangan tanya pula dan lamanya kemudian salat witir 3 rakaat.

Kata Aisyah, dia pernah bertanya kepada Rasulullah, apakah beliau tidur lebih dahulu sebelum witir? Beliau menjawab, “Wahai Aisyah kedua mataku memang lelihatan tidur, tetapi hatiku tidak.” (Hadist Mualim). (Berbagai sumber/ana)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU