Beranda blog Halaman 416

Makbulnya Doa di Bulan Ramadan

0

Rangkaian ayat Al-Quran mengenai puasa di bulan Ramadan, terselip ayat yang secara khusus membicarakan soal berdoa. Di dalamnya Allah Subhanahu Wataala perintahkan orang beriman untuk berdoa kepadaNya.

Allah SWT berjanji untuk mengabulkan doa siapa pun asalkan memenuhi 3 syarat :

1.Memohon hanya kepada Allah SWT, bukan selainNya.

2.Memenuhi segala perintahNya.

3.Beriman kepada Allah SWT sebagai Rabb yang Maha Kuasa.

Allah berfirman, “Mengabulkan permintaan dan menetapkan taqdir segalanya”. “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam.kebenaran”. (QS Al Baqarah ayat 186).

Bulan Ramadan merupakan bulan dimana orang beriman mempunyai kesempatan begitu luas untuk berdoa kepada Allah SWT.

Waktu waktu mustajab saat doa berpeluang besar. dikabulkan Allah, tersebar dalam beberapa momen khusus sepanjang Ramadan.

Ada 3 golobngan yang mereka tidak ditolak doanya:

1.Orang yang berpuasa, hingga ia berbuka.

2.imam yang adil, dan

3.Doa orang yang dizalimi.

(HR Tirmidzi 3522).

Setiap orang sangat bergembira menyambut Ramadan. Sebab itu berarti selama 29 atau 30 hari, selama ia berpuasa, peluang doanya dikabulkan Allah SWT sangatlah luas. Terlebih lagi saat menjelang berbuka, ketika menanti tibanya adzan magrib.

Perhatikan hadist berikut : “”Sesungguhnya orang yang berpuasa, memiliki doa yang tidak tertolak, pada saat berbuka”. (HR Ibnu Majah 1743).

Bahkan Nabi SAW menjelang ifthor berbuka puasa, mengkhususkan membaca sebagaimana dijelaskan dalam hadist di bawah ini.: “Jika Nabi SAW berbuka, ia bsrdoa, Dhahabbaz -shoma u- wab tallatil uruq wa tsabbatal ajru InsyaAllah. Artinya : Telah hilang dahaga, telah basah urat urat dan semoga ganjaran di dapatkan InsyaAllah”. (HR.Abu Dawud 210). (kultum/ana)

Manfaat Kurma Saat Berpuasa

0

Buah kurma yang asalnya kebanyakan dari Arab, menjadi salah satu makanan hidangan berbuka puasa.

Mengapa umat Islam Indonesia, terutama yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup rata-rata menghadirkan biji kurma untuk berbuka puasa?

Kurma, sebuah makanan manis yang memang disunnahkan Rasulullah sebagai menu sahur dan buka puasa. Kurma menjadi salah satu makanan yang identik dengan bulan Ramadan atau bulan Puasa.

Terlepas dari yang disunnahkan Rasulullah, kurma memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Mungkin itulah sebabnya sehingga Rasulullah mensunnahkan mengkonsumsi kurma di bulan puasa. Karena badan loyo, setelah menahan lapar dan dahaga selama seharian. Agar fisik kembali fit dan bersemangat.

Kurma kaya dengan kandungan vitamim, kalsium dan zat besi, serta nutrisi lainnya, yang sangat dibutuhkan tubuh. Sehingga makanan ini dianjurkan dikonsumsi saat sahur dan berbuka puasa. (Berlanjut /ana)

Puasa, Ujian Kesabaran dalam Menjalani Kehidupan

0

Puasa, arti sebenarnya adalah tidak makan dan tidak minum dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan tidak berhubungan suami isteri di siang hari.

Setiap yang berpuasa, akan merasakan lapar. Tidak boleh sebelum puasa mengonsumsi asupan-asupan yang membuat orang yang tidak lapar.

Ketika lapar itulah Allah menguji hambanya untuk belajar sabar menahan lapar dari pagi sampai sore selama sebulan.

Sikap sabar yang diujikan kepada manusia agar dalam menghadapi hidupnya, dalam suka dan duka, bisa bersikap sabar dan ujian kesabaran iru, datang di bulan Ramadan.

Marhaban ya Ramadan, terima kasih engkau telah datang kembali, membawa berkah, rahmat dan magfirah.

10 – 700 Lipatganda

Kewajiban puasa, diwajibkan kepada orang orang yang beriman. Agar bisa membersihkan dosanya. Kerena puasa itu, membakar habis dosa-dosa manusia dan amalan yang dikerjakan dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus lipat ganda.

Dari Ibu Umar radhyallhu anhu, Rasulullah SAW bersabda mengenai Ramadan, “Janganlah kamu puasa sebelum melihat bulan terbit. Janganlah kamu berbuka sebelum bulan terbit kembali. Jika bulan tertutup dari pandanganmu maka hitunglah jumlah harinya, 30 hari”.

Puasa diawali dengan terbitnya bulan 1 Ramadan. Dan diakhiri dengan terbithya bulan di 1 Syawal. Jika pandangan tidak bisa melihat terbitnya tanggal 1 Syawal, puasa harus digenapkan 30 hari.

Dari Ibnu Umar lagi, selanjutnya Rasulullah SAW bersabda mengenai Ramadan sambil beliau memberikan isyarat dengan tangannya, “Sebulan itu, sebegini, sebegini dan sebegini”. Beliau menekuk salah satu jempolnya kali yang ketiga. “Jika bulan tertutup dari pandanganmu, maka hitunglah 30 hari”.

Dan ummul-mukminin Siti Aisyah Ra, “Tatkala relah lewat 29 malam, aku menghitungnya sendiri, Rssulullah SAW mulai masuk ke rumahku, kerena itu aku berkata kepadanya, Ya Rasulullah, bukankah anda telah bersumpah tidak akan masuk ke rumahku selama sebulan? Menurut hitunganku sekarang baru 29 hari”. Nabi menjawab, “Sesungguhnya sebulan itu, adakalanya 29 hari”. (HR. Muslim).

Jadi kesimpulannya adalah, puasa Ramadan itu, dari terbitnya tanggal 1 Ramadan dan berakhir dengan terbitnya tanggal 1 Syawal. Diantara terbitnya 1 Ramadan dan 1 Syawal, adakalanya 29 hari adakalanya 30 hari. (kultum/ana)

Polres Maros Salurkan Bantuan Sembako Kepada Warga

0

Sebagai wujud kepedulian, Polres Maros beserta Polsek Jajaran serentak menyalurkan bantuan sembako kepada warga kurang mampu yang berada di wilayah hukum Polres Maros, Jumat (22/4).

Kapolres Maros, AKBP Awaludin Amin yang diwakili Kasat Binmas Polres Maros, Iptu Os Fredy bersama Kapolsek jajaran Polres Maros melaksanakan penyaluran bantuan paket sembako tersebut di wilayah masing-masing.

Kegiatan berbagi sesama kepada warga yang kurang mampu merupakan salah satu program unggulan dari Kapolres Maros yang diberi nama “Mabbarakka”.

Untuk di Polres sendiri, Kapolres Maros yang diwakili Kasat Binmas menyerahkan bantuan sembilan paket sembako kepada warga di dampingi para Bhabinkamtibmas.

“Kehadiran kami ke tempat ini untuk bersilaturahmi dengan warga di bulan suci Ramadan sekaligus menyerahkan bantuan dari Kapolres Maros, AKBP Awaludin Amin. Semoga bantuan yang diberikan dapat bermanfaat,” ucapnya.

Resep Pizza, ala Momychikitchen

Beberapa tulisan resep pembuatan pizza sebelumnya, namun cara pembuatannya dan bahannya tidak persis sama. Sehingga kali ini diturunkan lagi, khusus resep dari @momychikitchen.

Bandingkan resep pizza sebelemunya, dengan resep pizza yang ini. Lebih banyak metode lebih bagus. Pengetahuan kita bervariasi tentang cara pembuatan pizza.

Bahan Pizza:

-200 gram tepung terigu protein tinggi
-30 gram gula pasir
-2 gram garam
-6 gram ragi
-120 ml air es (fresh milk)
-20 ml minyak goreng (olive oil)

Topping Pizza:

Bisa disesuaikan dengan selera masing-masing (apa yang sudah ada di kulkas).
– pasta tomat, atau saos sphageti yang botolan, itu biar simple
– keju mozarella
– sosis
– fillet ayam
– onion
– nanas

Cara Membuat Pizza:

  1. Campur tepung terigu, ragi, gula pasir, aduk rata.
  2. Masukkan air dan mix setengah kalis. Masukkan garam dan minyak goreng, mix sampai kalis.
  3. Bulatkan adonan dan diamkan sekitar 15 menit.
  4. Kempiskan adonan dan bagi menjadi dua.
  5. Gilas adonan, beri saos dan topping, lalu oven selama 15 menit. Angkat lalu sajikan.(ana)

Resep Dadar Tofu Telur, Tampilannya Menggiurkan

Bila waktu sudah kepepet dan agar tidak tergesa-gesa, bikin menu ini saja. Dadar Tofu Telur, cepat saji dan enak.

Menu ini, cocok juga disajikan di pesta. Karena tampilannya cantik. Rasanya pun istimewa. Berikut resep dari @lindacen_cen.

Bahan Dadar Tofu Telur:

-3 buah telur, kocok
-1 buah tofu, potong jadi 10 bahagian.
-1 buah tomat iris dan potong
-daun bawang iris secukupnya
-garam, merica bubuk secukuphya

Cara Membuat Dadar Tofu Telur:

  1. Campuirkan semua bahan, kecuali duo bawang.
  2. Tumis duo bawang sampai harum, masukkan ke campuran telur, aduk rata.
  3. Panaskan minyak, tuang telur dadar/masak sampai matang. Sajikan. (Ana)

Bila Tiba Waktu Buka, Makan Dulu atau Salat Magrib Dulu?

0

Dari Anas rashyallahiu anhu, Rasulullah Shallallaui Alaihi Wasallam bersabda, ” Apabila makan malam telah dihidangkan, makanlah sebelum salat magrib”. (Muttafakun Alaih). (HR Bukhari no.672 dan Muslim no 557).

Faedah Hadist

1. Al Asya’ adalah makanan yang disantap pada petang hari. Penduduk Madinah biasa menyantap asya’ sebelum magrib. Penduduk Madinah biasa mengolah lahan pertanian. Mereka baru selesai pada petang hari.

Inilah yang menjadi kebiasaan penduduk Naj, mereka makan malam sebelum magrib. Adapun sarapan (al ghadaa), dilakukan sebelum zhuhir. Yang disantap pun ringan, kurma dan suau.

Kemudian beralih setelah itu, orang-orang pada menyantap ba’da magrib. Pada masa kini, kebiasaan asya’ malah ba’da isya. Malah lebih malam lagi. Keadaan yang terakhir inilah berdampak negatifnya besar. Hanya Allah yang memberi pertolongan.

2. Jumhur ulama menganggap bahwa kata perintah dalam hadist, untuk menyantap makanan sebelum magrib malah dihukumi sebagai anjuran (sunnah, tidak wajib). Inilah pendapat lebih kuat.

Ibnu Abdil Barr rahimahullah menyatakan adanya konsensus ulama (ijmak ulama) akan sahnya salat orang yang tetap menyempurnakan salat (tanpa meninggalkan rukun salat) dibandingkan makan. Artinya, siapa saja yang mendahulukan salat dari pada makan, salatnya sah.

3. Lafaz dalam hadist Aisyah adalah : “Jika makan malam telah diiletakkan lantas iqamah dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam”. (HR Bukhari no.671 dan Muslim 560).

Lafaz hadist Aisyah tersebut, umum. Lafaznya belau bukan hanya salat magrib saja. Dikuatkan juga dengan lafaz hadist “Laa shalaata bi hadrati ath tha’aam, tidak ada salat ketika makanan telah tersajikan”.

3. Hadist ini menunjukkan bahwa jika makanan telah dihidangkan, ketika wakti salat magrib, menyantap makanan tersebut lebih didahulukan, dibandingkan dengan salat.

Bagi yang sedang menyantap, hendaklah menyantapnya sampai hajatnya seleaai tanpa tergesa gesa. Hal ini dikarenakan salat itu membangun hubungan antara kita dengan Allah.

Salat tidaklah sempurna sampai hati kita itu hadir dan selesai dari berbagai shawaqghil (pikiran yang mengganggu).

5. Mendahulukan makan dibanding salat, bertujuan untuk khusyuk dan menghadirkan hati dalam salat.

Bukan Terkait Kebutuhan

6. Masalah mendahulukan makan, bukanlah berarti kita meremehkan perkara salat atau mendahulukan hak manusia. Bahkan mendahulukan makan malah termasuk mengagungkan salat hingga hati menerimanya.

7. Hadist ini secara eksplisit (secara zhahir) menunjukkan bahwa menunjukkan makan disini, tidak dikaitkan bahwa apakah butuh makan atau tidak. Akan tetapi para ulama mwnyatakan bahwa yang dimksudkan dengan mendahulukan makan adalah, ketika hati itu membutuhkan untuk makan dan benar benar terkait dengannya (artinya benar-benar lapar).

Sedangkan jika memang tidak ada hajat seorang muslim sebaiknya tidak membiasakan untuk menjadikannya sebagai adat atau kebiasaan. Yaitu menyantap makan malam terus terusan pada waktu salat. Karena mensengaja sama saja dengan melalaikan salat berjamaah.

8. Hadist ini secara eksplisit pula menunjukkan bahwa mengakhirkan salat jika makanan telah tersaji walaupun akhirnya luput dari salat berjamaah atau luput dari salat di awal waktu,

Namun, jika waktu salat tersisa sedikit, sehingg. kalau mendahulukn makan, kita mengerjakan si luar awal waktu, maka dalam kondisi ini tetap mendahulukan salat dibandibgkan makan. Agar salat tetap dikerjakan pada waktunya. Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama. (kultum/ana)

Puasa sebagai Wadah Penggemblengan Insan Wakil Tuhan

0

Renungan Malam Jemuwah

Oleh: Anwar R Soediro

Dalam sebuah hadits, memaknai salat sebagai tiangnya agama, maka dalam puasa memuat makna _sirrullah_ (rahasia Allah) bagi hambanya. Sudah seharusnya mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap rutinitas ibadah yang dilakukan, semoga kita diberkahi di bulan Syaban dan dipertemukan dengan bulan Ramadan tahun ini dalam keadaan sehat dan mampu menjalankannya dengan sempurna, dan pada akhirnya kita menjadi hamba yang diampuni dosa-dosanya yang lampau dan akan datang oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Dengan membuka kerangka dasar pemikiran filosofis tentang puasa yang dikaitkan dengan konstruksi epistemologis maupun aksiologis, bagaimana puasa menjadi wadah mengajajarkan manusia agar mencapai derajat taqwa dan layak menjadi wakil Tuhan (khalifah fil ardhi), membawa kedamaian dan rahmat bagi alam semesta.

Puasa merupakan wujud kesetaraan ruhani yang dikehendaki syari’ah pada manusia, baik bagi si kaya maupun si miskin sebagaimana kesetaraan individu dalam salat yang diwajibkan Islam bagi setiap muslim serta kesetaraan sosial dalam kewajiban ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya. Kesetaraan ini ditujukan mengiringi jiwa manusia dengan tindakan nyata, bahwa ada kehidupan sejati di balik kehidupan dunia yang nisbi; hanya bisa terwujud dengan kesamaan rasa pada manusia, yaitu saat bersama menjalankan puasa merasakan keprihatinan, bukan pada saat berkompetisi mengikuti keinginan (nafsu) yang beragam.

Oleh karenanya puasa secara sosiologis memberikan makna spirit humanis-egalitaristik terhadap hakikat kemanusiaan manusia dalam Islam, sehingga pada tataran inilah akan mampu melahirkan tatanan keseimbangan kehidupan di masyarakat sosial. Artinya, jika mengikuti alur pandangan tersebut, puasa dikatakan berkualitas jika mampu membangun dan mengangkat manusia pada stadium _humaniti holistik-integralistik, yang nantinya ia akan memberikan warna rahmat (manusia yang mampu untuk menjadi pengayom, pencinta, pelindung, dan pemberi kesejahteraan) bagi manusia yang lainnya. Dari urgensitas inilah, ibadah puasa merupakan sarana mendidik pribadi untuk memfokuskan pada kesatuan orientasi antara fakta duniawiyah. (Bersambung)

Apakah Makmum Juga Baca Fatihah atau Tidak (4)

0

Pembelaan

Dalil yang menunjukkan bahwa bacaan imam juga menjadi bacaan bagi makmum. Dapat dilihat pada hadist Abu Bakroh, dimana dia tidak disuruh mengulangi salatnya.

Diriwayatkan oleh iImam Al Bukhari dari jalan Al Hasan dan Abu Bakroh bahwasanya, ia mendapati Nabi SAW sedang rukuk, lalu Abu Bakroh rukuk sebelum sampai ke shof. Lalu ia menceritrakan kejadian yang ia lakukan tadi kepada Nabi SAW. “Semoga Allah menambah semangat untukmu, jangan diulangi” ucap Nabi. (HR Bukhari no.783).

Lalu bagaimana dengan hadist ?

“Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah”. (HR Bukhari no.756 dan Mualim no.394).

Ada dua jawaban yang bisa diberikan. Yang dimaksud dengan hadist tersebut adalah tidak sempurna salatnya. Yang menunjukkan maksud seperti ini, adalah dalam hadist Abu Hurairah disebutkan, “tidak sempurna”.

Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Al Fatihah, dalam salatnya. Namun ini berlaku bagi imam. Orang yang salat sendiri dan makmum ketika salat sihriyah (yang tidak dikeraskan bacaannya).

Adapun makmum dalam salat jahriyah (yang dikeraskan bacaannya), maka bacaan imam adalah bacaan bagi makmum.

Jika ia mengaminkan bacaan Al Fatihah yang dibaca oleh imam maka ia seperti benar jika dikatakan bahwa orang yang cuma menyimak bacaan imam, Tidak.membaca surah Al Fatihah, bahkan itu dianggap membaca, meskipun ia mendapati imam sudah rukuk, lalu ia rukuk bersama imam.

Catatan, sebagaimana dijlelaskan Syeikh Sholeh Al Munajjid dalam Fatawa Islam al Sual wa Jawab. Seseorang dianggap.mendapatkan dua rakaat, ketika ia mendapati rukuk, meskipun ketika itu, ia belum sempat membaca Al Fatihah secara sempurna, atau ia langsung rukuk bersama imam.

Pendapat Hati-hati

Syeikh Sholeh Al Fauzan hafishohullah memilih pendapat yang hati-hati dalam masalah ini. Dalam Al Mulakhosh Al.Fiqhi, beliau mengatakan,apakah membawa Al Fatihah wajib bagi setiap yang salat.(termasuk makmum ketika imam membaca Fatihah secara jahr). Ataukah hanya bagi imam dan yang salat sendiri ?

Kemudian jawaban beliau hafiahohullah, “masalah ini terdapat perselisihan diantara di antara para ulama. Pendapat yang hati-hati, makmum tetap baca Al Fatihah pada salat yang imam tidak menjahrkan bacaannya. Begitu pula pada salat jahriyah ketika imam diam setelah baca Al Fatihah.

Pendapat yang menempuh jalan kompromi, seperti yang ditempuh oleh Ibnu Taimiyah itupun sudah cukup ahsan (baik). Namun penjelasan Syeikh Sholeh Al Fauzan di di atas, sengaja ditambahkan, supaya kita bisa memilih pendapat yang lebih hati hati, agar tidak terjatuh dalam perselisihan ulama yang ada. (Dari berbagai sumber/ana).

Siswa MIN 3 Bone Antusias Ikuti Penyuluhan Bahaya Narkoba

0

Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 3 Bone antusias mengikuti penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba di SMP Negeri 1 Ulaweng, Kamis (21/3). Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi SMP Negeri 1 Ulaweng dan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Bone.

Penyuluhan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran para siswa tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

Para siswa diberikan pemahaman mendalam tentang dampak negatif yang ditimbulkan oleh narkoba, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.

“Mereka juga diberikan informasi tentang berbagai jenis narkoba yang beredar di lingkungan mereka serta cara-cara untuk menghindari godaan tersebut,”ungkap Kepala Madrasah (Kamad) MIN 3 Bone, Muh Saleh via WhatsApp kepada FAJAR PENDIDIKAN, Kamis (21/3/2024).

Lebih lanjut Muh Saleh mengatakan, kegiatan penyuluhan bahaya penyalagunaan narkoba sangat penting dilakukan. Menurutnya, hal itu sebagai bagian dari upaya dalam membentuk generasi muda yang sadar akan bahaya narkoba dan mampu menjadi agen perubahan di lingkungan mereka.

“Pentingnya peran orang tua dan guru dalam memberikan pemahaman yang baik kepada anak-anak tentang bahaya narkoba,”lanjutnya.

Dengan penyuluhan ini, ia berharap semangat anti-narkoba akan terus berkobar di kalangan siswa MIN 3 Bone. Kepala Madrasah juga berharap mereka akan menjadi teladan bagi generasi selanjutnya dalam upaya memerangi penyalahgunaan narkoba, khususnya di madrasah dan lingkungan tempat tinggalnya.

Diketahui, penyuluhan ini dipandu oleh para narasumber yang ahli di bidangnya, yang memberikan penjelasan yang jelas dan menggugah kesadaran para peserta didik tentang urgensi untuk menjauhi narkoba. Pada kegiatan ini juga dibuka sesi tanya jawab untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal terkait narkoba.*