Renungan Harian Katolik, Minggu 19 Juni 2022: Makanan yang Menyelamatkan

Renungan Harian Katolik hari ini, Minggu 19 Juni 2022 berjudul: “Makanan yang Menyelamatkan”.

Renungan Harian Katolik hari ini, Minggu 19 Juni 2022 dikutip dari halaman website renunganlenterajiwa. Sebagai penulis Pst. J. Salettia.

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

- Iklan -

Kej. 14: 18-20; 1Kor. 11: 23-26; Luk. 9:11b-17

Makanan adalah salah satu dari kebutuhan pokok manusia. Pembagian sembako menjadi acara paling dinantikan dan sulit ditiadakan dalam kampanye pilkades, pilkada, pileg dan pilpres, bahkan dalam merayakan momen istimewa lainnya.

Namun di zaman now muncul fenomena aneh dalam hubungan dengan makanan. Ada orang yang menghadapi makanan sebagai pembawa masalah.

- Iklan -

Masalahnya bukan lagi karena sulit mendapatkan makanan, tetapi karena kelebihan jenis dan jumlah makanan serta asupan gizinya.

Banyak jenis makanan dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

Jadinya, setelah bersyukur dan mohon berkat dalam doa makan, ada yang tak sudi menyantap makanan yang tersedia.

- Iklan -

Makanan yang telah diberkati dan disyukuri itu, dipandang sebagai bahaya yang mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup mereka.

Bagi mereka anugerah dan berkat Tuhan menjadi ancaman. Namun setiap hari rasa lapar tetap mengganggu manusia.

Sehingga muncul pertanyaan penting: ‘Manakah makanan yang menyelamatkan hidup saya?’ Apa yang harus saya perbuat agar makanan menjadi penopang kelangsungan hidup dan bukan sebaliknya menjadi ancaman bagi kesehatan? Apa yang perlu agar manusia tidak menjadikan makanan sebagai ancaman yang harus dijauhkan bahkan dibuang?

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Tubuh dan Darah Kristus merupakan pemberian Tuhan yang menjadi makanan manusia yang berziarah dari hidup yang fana menuju hidup abadi.

Perayaan ini mendapat antisipasinya dalam tindakan Melkisedek dan Abraham yang terdapat dalam bacaan pertama.

Melkisedek membawa roti dan anggur untuk memberkati Abraham, dan Abraham memberikan sepersepuluh dari jarahannya kepada Melkisedek.

Hari ini Yesus mengajar para murid-Nya untuk bersyukur atas anugerah yang diterima dan berani berbagi dari apa saja yang ada dalam tangan mereka, sehingga mujizat dan berkat Tuhan menjadi nyata dalam hidup manusia.

Baca Juga:  Puasa, Ujian Kesabaran dalam Menjalani Kehidupan

Intinya manusia perlu belajar mengerti semuanya sebagai berkat dan persembahan satu kepada yang lain dalam tangan Tuhan.

Tangan Tuhan, yang membuat yang kurang di tangan kita menjadi berkelimpahan di tangan-Nya.

Tangan yang menerima hasil dari bumi dan pekerjaan manusia menjadi Tubuh dan darah-Nya yang dibagikan agar setiap orang yang menerimanya mendapat hidup. Ambil dan makanlah kamu semua supaya kamu hidup.

Perayaan Ekaristi merupakan habitat asli dan unik dari perayaan Tubuh dan Darah Kristus yang diserahkan untuk hidup manusia.

Ekaristi dari kata Ibrani berakkah (berkat dan ucapan syukur), sebagaimana dibuat oleh Melkisedek, Abram dan Yesus. Dalam Ekaristi hidup Yesus dipersembahkan kepada manusia sebagai berkat Allah.

Ekaristi menjadi kesaksian bahwa, Allah sendirilah yang mempersembahkan hidup-Nya untuk manusia.

Ia wafat bukan untuk mengakhiri hidup-Nya, tetapi memberi hidup-Nya sebagai benih hidup abadi yang ditanam dalam hidup manusia yang fana ini.

Setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang.

Ia datang untuk tuaian hasil benih hidup abadi yang Ia taburkan dalam diri manusia. Datang untuk membangkitkan kepada hidup kekal, mereka yang menerima tubuh-Nya sebagai santapan hidup abadi.

Jelaslah bahwa makanan yang menyelamatkan bukan saja yang mengisi perut tetapi yang membuat manusia dapat memberikan hidupnya sebagai berkat bagi yang lain.

Makanan-Ku ialah melakukan pekerjaan dari dia yang mengutus Aku. Jika manusia hanya menyantap makanan yang mengisi perutnya, maka ia akan tetap mengalami kehidupan yang kosong.

Mengisi hidup dengan melakukan pekerjaan Allah, membuat manusia mengalami kelimpahan dalam dirinya dan menjadi persembahan bagi yang lain.

Yesus sebagai roti dari surga menunjukkan bahwa dengan melakukan pekerjaan Allah manusia mengisi penuh hati dan budinya sehingga ia dapat bertahan menanggung perut yang kosong sekalipun.

Sebaliknya orang dengan perut penuh, namun dengan hati dan budi yang kosong, akan tetap hampa hidupnya.

Dalam Ekaristi Yesus memegang roti dalam tangan-Nya sambil berkata, inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu ambil dan makanlah supaya kamu hidup.

Baca Juga:  Hukum Mengeluarkan Zakat Harta Gabungan Suami dan Istri

Itulah pesan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, manusia dapat belajar mengisi hidupnya dengan cara membuka tangan dan bukan menggenggam.

Dengan demikian hidupnya menjadi kenangan akan wafat dan kebangkitan Tuhan. Hanya hidup yang dipersembahkan dapat menjadi benih hidup abadi di tangan Tuhan.

Hidup yang digenggam rapat dalam tangan tertutup mati dalam dirinya sendiri, manusia akan mengalami over lemak, protein dan gula.

Akibatnya menjadi sakit dan harus menolak banyak jenis makanan yang sudah over konsumsi selama hidup egoistiknya.

Orang-orang kaya diusirnya pergi dengan tangan hampa, tetapi yang hina dina dilimpahinya dengan kebaikan-Nya.

Siapa yang mempertahankan hidupnya akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan Injil, Aku akan membangkitkan dia.

Tuhan Yesus menegaskan: Mereka yang selama ini tertawa akan menangis, yang kenyang akan menderita lapar, sementara yang menangis akan tertawa, dan yang lapar selama ini akan dipuaskan.

Logika Ekaristi, santapan Tubuh dan Darah Kristus membuat tangan terbuka dan terulur, agar rahmat tidak membusuk di tangan egois dan membusukkan seluruh dirinya.

Ekaristi adalah momen revolusioner, yang membuat tangan manusia terbuka dan terulur, agar berkat Tuhan tersalur lewat setiap orang yang membuka dan mengulurkan tangannya kepada sesama, seperti yang dibuat Yesus, Abram dan Melkisedek.

Semoga, belajar dari Tuhan Yesus, Abraham dan Melkisedek, kita tidak hidup seperti orang kaya yang bodoh, yang mati lapar di atas timbunan harta, atau kehausan sementara berenang di air, karena terbelenggu oleh pelbagai penyakit.

Pengorbanan, amal dan kurban persembahan membuat manusia sehat, bebas dan berbahagia dan menyerupai Tuhan dalam hidupnya.

Dalam hidup dan mati ia ada bersama Tuhan, dan Tuhan akan membangkitkannya.

“Setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang.”

Marilah berdoa:

Ya Tuhan berikanlah kepada kami roti yang memberi hidup abadi, dan semoga dengan menyambut Tubuh-Mu dalam Roti Ekaristi kami menjadi berani memberikan hidup kami untuk mewartakan wafatmu sampai Engkau datang. Amin!

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU