Hukum Fisika

Hukum Fisika adalah generalisasi ilmiah berdasarkan empiris (kebenaran) atau realita. Secara umum, yang dimaksud dengan Hukum Fisika adalah menganalisa gaya dari sebuah benda, secara ilmu pengetahuan atau teori fisika yang didasarkan pada realilita atau kenyataan yang ada.

Pengertian yang lebih mendalam lagi, merefleksikan ilmu atau teori fisika secara wujud atau membentuk sebuah benda.

Maksud dari Kebenaran

- Iklan -

Dikutip dari hasil diskusi Forum Kajian Sains dan Logika, sebuah kebenaran atau sebuah kesalahan, selalu melalui kajian secara logika.

Sesuatu hal tidak bisa langsung ditentukan, itu benar atau salah. Demikian hal baik dan buruk, pun ditentukan melalui kajian etika.

Penilaian tentang indah dan jelek pun, juga melalui kajian estetika.

- Iklan -
Baca Juga:  Begini Strategi Pendidikan Seks Kepada Anak

Kebenaran dalam wacana filsafat, tidak bersifat tunggal. Namun bersifat plural. Namun berbagai kebenaran bisa menimbulkan beragam pengertian ketika didekati dari berbagai perspektif.

Makna kebenaran bisa berkonotasi empiris ketika harus disesuaikan dengan realita. Makna kebenaran bisa memiliki arti matematis dan logis, menyuguhkan wacana bersifat abstrak, kohetensi.

Makna kebenaran juga, bisa berarti pragmatis, ketika kita menuntut manfaat dan kegunaan praktis dalam kehidupan.

- Iklan -

Namun, kadang kalanya, sesuatu yang diyakini benar, tidak selamanya benar. Seperti halnya juga, sesuatu yang dipandang salah, tidak selamanya salah.

Tergantung Argumentasi

Benar dan salahnya suatu pendapat atau pandangan, tergantung dari argumentasi-argumentasi yang melandasinya. Bukan keyakinan orang yang meyakininya.

Baca Juga:  Risiko Berhubungan Seks di Usia Dini

Suatu pernyataan bisa dikatakan benar, kalau bersandar pada dalil-dalil yang benar dan sesuai dengan kenyataan. Inilah yang dikenal dengan teori korespondensi ( Al Muthabaqah). Atau sesuai dengan konsistensi premis-premis yang melandasinya. Dan inilah yang dikenal dengan teori konsistensi dan koherensi (Al Ittisaq).

Kebenaran absolut (mutlak) dan obyektif, itu ada. Tapi justru sudah menyatu dengan manusia yang terpenjara dengan subyektivitasnya, maka makna kebenaran menjadi samar.

Dan semua teori kebenaran yang sejati, adalah wahyu Tuhan (Al-Quran). Karena ayat demi ayat saling melengkapi satu sama lain. Tidak ada kontradiktif, semantik diantaranya. Menjalin cinta makna satu dengan yang lainnya , tanpa ada jarak dari ruang dan waktu. (storitellingbnj/ana)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU