Kuliah Tamu di IAIN Bone, Stafsus Menag RI Paparkan Indikator Moderasi Beragama

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone gelar kuliah tamu menghadirkan Mohammad Nuruzzaman, Staf Ahli Menteri Agama RI Bidang Kerukunan Beragama sebagai pembicara di Aula Utama IAIN Bone, Sabtu (15/10/2022).

Kuliah tamu ini diikuti sebanyak 300-an peserta mulai dari mahasiswa, unsur Dosen hingga jajaran pimpinan IAIN Bone.

Hadir pula Kepala Kantor Kemenag Wilayah Prov. Sulsel H. Khaeroni, Kepala Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kanwil Kementerian Agama Prov Sulsel, H. Muh. Tonang, Warek 4 UIN Alauddin Makassar Prof. H.Kamaluddin Abunawas, Kepala Biro UIN Alauddin Makassar H. Bustan Ramli, Ketua PW Anshor NU Rusdi Idrus.

- Iklan -

Dalam kuliah tamu yang bertajuk “Penguatan Moderasi Beragama” itu, Nuruzzaman menjelaskan bahwa moderasi beragama penting dilakukan oleh seluruh warga negara bukan hanya untuk ummat Islam.

Ia menerangkan ada beberapa alasan moderasi beragama itu penting. Pertama, ada kondisi di masyarakat yang ekspresi beragamanya ekstrim. Kedua, beragama merasa benar sendiri dan ketiga adalah ekspresi beragama yang bertentangan dengan konsensus kebangsaan.

Baca Juga:  Buka Puasa Bersama KPI Macquarie Jadi Ruang Berjumpa Komunitas Muslim Indonesia di Sydney

“Ini fakta dan benar terjadi di lapangan. Makanya penting mendorong program moderasi beragama. Terutama di internal kementerian beragama,” ujarnya.

- Iklan -

Menurutnya indikator moderasi beragama ada 4 hal.

Beragama dan Menjaga Konsensus Kebangsaan

Ia menjelaskan, menjaga konsensus kebangsaan ini telah dipraktikkan Rasulullah saw. ketika membuat Piagam Madinah.

“Rasulullah saw. membuat Madinah bukan Negara Islam, Kerajaan atau kesultanan. Itu adalah kesepakatan yang dibuat bukan untuk kepentingan islam tetapi untuk kepentingan Kota Yastrib pada saat itu,” tegasnya.

- Iklan -

Toleran

Toleran bukan hanya menghargai orang yang berbeda dengan dirinya tetapi juga mau bekerja sama dengan orang yang berbeda itu.

“Kalau saya cukup menghargai saja, itu belum dianggap toleran tetapi kalau saya mau bekerja sama dengannya itu namanya kita toleran,” jelasnya.

Baca Juga:  UIN Alauddin Makassar Terakreditasi Unggul

Beragama Menolak Kekerasan

Hal ini menurutnya tercermin dari dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Di mana hanya 80 hari dilakukan dengan peperangan. “Itu pun peperangan defensive/bertahan semua. Bahkan dalam peperangan pun Rasulullah saw. melarang merusak tanaman,” jelasnya lagi.

Menghargai Tradisi dan Budaya Lokal

“Tradisi dan budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran islam, buktinya hari ini masih banyak yang dilakukan. Kalau bertentengan tentu ulama terdahulu kita di Bone ini sudah lama melarang. Uang Panai’ misalnya,” terangnya disambut tawa peserta.

Di akhir ia menjelaskan bahwa keempat indikator moderasi beragama tersebut sudah biasa dilakukan tetapi harus dijaga karena ada potensi kelompok yang bisa melakukan penetrasi untuk mengubah pemahaman keagamaan yang moderat.*

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU