Sekolah Kolong Project: Lebih Baik Nyalakan Lilin Daripada Mengutuk Gelap

Sekolah Kolong Project. Desa itu letaknya cukup jauh dari pusat kota. Bila ingin berkunjung, Anda harus berjalan kaki 2 jam lamanya. Namun, jangan harap Anda akan menemukan jalan mulus. Akses yang sulit membuat desa ini terisolasi. Ratusan penduduk di dalamnya, “terkurung”. Akibatnya, 95 persen warganya buta huruf.

Di desa ini pun hanya ada satu sekolah dasar yang kekurangan tenaga pengajar. Padahal, anak usia sekolah cukup tinggi. Angkanya mancapai puluhan. Suatu pamandangan yang miris di tengah upaya pemerintah mendorong pendidikan berkulitas dan merata di seluruh Indonesia.

“Sekolahnya hanya berada di bawah kolong rumah dengan fasilitas seadanya. Mereka belajar hanya ketika guru ada,” jelas Mulyadi, penanggung jawab Sekolah Kolong Project, menggambarkan kondisi sekolah di Kampung Bara-Barayya, Dusun Tanete Bulu, Desa Bontomanurung, Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros.

- Iklan -

Agustus 2017 menjadi awal Sekolah Kolong Project menginspirasi. Sebanyak 24 anak di desa ini setiap akhir pekan berkumpul di bawah kolong rumah, tempat sekolah kolong berbagi pengetahunan.

Sekolah Kolong Project
Suasana kelas

“Sabtu-Minggu kami mengirim relawan ke sana untuk mengajar,” kata Mulyadi. “Ketika kami gali lagi informasi mengenai Kampung Bara-Barayya, kami akhirnya harus menelan pil pahit bahwa 95 persen penduduk di sana buta huruf. 95 persen penduduknya juga tidak bisa mengaji,” lanjutnya serius.

Kondisi itu diperparah dengan kesadaran warga kampung akan pentingnya pendidikan. “Makanya kami ingin berbuat sesuatu yang mungkin sedikit bisa meringankan beban adik-adik di sana, utamanya pendidikan,” tambah Mulyadi.

- Iklan -

Hampir setahun sejak kehadiran sekolah kolong, anak-anak kampung Bara-Barayya, kini mulai terseyum. Mereka yang biasanya banyak manghabiskan waktu bermain dan membantu orang tua berkebun, kini begitu antusias belajar.

Mereka pun paham akan pentingnya pendidikan dan sebuah cita-cita. Kehadiran Sekolah Kolong membuka pengetahuan mereka yang terhenti. Sistem pengajaran yang lebih mengedepankan motivasi dan mengasah kreativitas, dengan konsep belajar sambil bermain, jadi kunci sekolah kolong mengambil hati 24 muridnya.

“Kami ingin juga mereka merasakan pendidikan yang layak, kami ingin adik-adik yang ada di sana, juga berjuang untuk menggapai cita-citanya meskipun dalam keterbatasan dan meskipun di pelosok terpencil sekali pun,” tutur Mulyadi. 

- Iklan -

Terus Bergerak

“Hal yang paling menyenangkan itu melihat mereka senyum, tawa anak-anak yang sedang semangat-semangat belajar, itu sudah cukup untuk menghapus lelah selama perjalanan jauh yang mesti ditempuh dengan berjalan kaki.”

Sekolah Kolong Project
Alam jadi tempat belajar

Relawan Sekolah Kolong memang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Mereka ingin membuktikan bahwa masih ada anak muda di negeri ini yang peduli. “Anak muda tidak semuanya hanya mementingkan kepentingan pribadi. Masih banyak anak muda yang peduli dan tergerak untuk membantu sesama,” lanjutnya.

Para relawan ini berharap, anak didiknya kelak mendapat gedung sekolah yang layak. Kini, dana mereka kumpulkan. Melalui kitabisa.com, Mulyadi berharap, uluran tangan dermawan guna mewujudkan harapan anak didiknya. Membuat anak didiknya tertawa, senyum, dan bahagia adalah tujuan akhir mereka.

“Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan,” kata Mulyadi, singkat.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU