Masa Kecilku yang Terenggut

Hatiku memang tabah, tapi sepertinya semenjak Ayah meninggal, aku semakin menjadi seseorang yang cuek, pendiam, dan tidak peduli terhadap orang lain, bahkan sepupuku, Firzha. Dahulu, kami selalu berbincang mengenai materi pelajaran. Namun, sekarang kami hanya berbincang seperlunya dengan kata-kata yang singkat, padat, dan jelas.

Hari-hariku hanya diisi dengan kehampaan yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Aku sudah berusaha untuk bersikap normal seperti biasanya, tetapi aku tidak bisa, keadaanlah yang membuat diriku berubah menjadi seperti ini. Semoga saja adik-adikku tidak merasakan apa yang pernah aku rasakan saat ini.

Setiap siang aku akan berangkat ke rumah-rumah orang yang membutuhkan jasaku. Hanya itulah satu-satunya cara agar keluarga kami dapat bertahan hidup.

- Iklan -

Untuk kalian semua, para generasi penerus bangsa, para anak-anak seusiaku, bersyukurlah kalian terhadap apapun nikmat Allah yang telah kalian peroleh, pergunakan kesempatan belajar yang kalian miliki dengan baik, kalian sangatlah beruntung jika dibandingkan dengan kami, para anak-anak yang terenggut masa kecilnya oleh faktor ekonomi.

Kami menginginkan kesempatan belajar, tetapi kami tidak mampu. Jika kami tidak bisa, maka kalian harus bisa. Tetap berusaha dan semangat dalam belajar.

Penulis: Fatimah Azzahra

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU