Film Invisible Hopes Perjuangkan Hak Perempuan Hamil dan Anak di Balik Penjara

Lam Horas Film bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menggelar Pemutaran dan Diskusi Film “Invisible Hopes” di CGV Panakukang Square Makassar, Sabtu (5/2). Kegiatan ini digelar dengan menggandeng empat lembaga, yakni YMCA Makassar, GMKI Makassar, Pemuda GKSS dan BEM STT Intim.

Invisible Hopes adalah film pertama di Indonesia yang mengungkapkan lebih dekat kehidupan nyata para narapidana hamil dan anak-anak yang lahir dari ibu narapidana. Film tersebut berhasil memenangkan Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2021 Kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.

Produser sekaligus sutradara film, Lamtiar Simorangkir yang hadir langsung dalam acara, menceritakan latarbelakang ketertarikannya untuk mengangkat kisah narapidana hamil dan anak-anak di balik jeruji besi.

- Iklan -

“Awalnya kami tidak tahu dan ketika baru tahu bahwa ternyata banyak anak yang lahir dan dibesarkan dalam penjara, kami sangat kaget,” kata Lamtiar.

Menurutnya, itu tidak adil. Anak-anak harus hidup bebas dan bahagia, mendapatkan haknya sama seperti anak lainnya semasa kecil. “Itu yang mendorong kami untuk membuat film Invisible Hopes,” ujarnya.

Film ini dibuat untuk memberikan informasi baru dan merangkai isu untuk dapat mengagitasi penonton, membuka diskusi dan merekonstruksi solusi baru yang lebih berpihak kepada perempuan hamil. Lebih penting lagi, diharapkan dapat membawa harapan baru bagi anak-anak yang menjadi korban terselubung dalam penjara orang dewasa.

- Iklan -

“Kami membuat film ini atas dasar keterpanggilan untuk menolong ibu hamil dan anak yang lahir dalam penjara, bukan untuk agenda lain, apalagi untuk menyalahkan dan mempermalukan pihak-pihak tertentu.”

Para peserta pun mengaku sedih dan terharu. Mereka kaget melihat kenyataan yang ada di balik penjara. Salah satunya Adrian, seorang peserta perwakilan pemuda GKSS mengaku tidak pernah terbayangkan di benaknya bahwa ada kehidupan ibu hamil dan anak yang memilukan di balik penjara yang selama ini tidak terlihat.

“Film ini membuka mata kita tentang kisah pilu ibu hamil dan anak yang harus hidup di dalam penjara. Menyedihkan,” katanya saat sesi diskusi.

- Iklan -

Oleh karena itu, Invisible Hopes diharap dapat membuka mata berbagai pihak untuk turut mengambil bagian dalam permasalahan ini.

“Semoga film ini dapat dipakai sebagai alat raising awareness, untuk bahan diskusi supaya ada sebuah solusi yang lebih baik bagi anak-anak dan ibu hamil dalam penjara,” harap Lamtiar Simorangkir.

Pemerintah juga diharap bisa mendukung pemutaran Invisible Hopes di semua ibukota provinsi di Indonesia, untuk tujuan raising awareness. Hal ini kemudian mendapat respon baik oleh Direktur Perfilman Kemendikbud-Ristek, Ahmad Mahendra yang hadir menyampaikan sambutan saat pembukaan acara.

Aksi Nyata

Sementara itu, UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Meisy P menyebut film Invisible Hopes adalah sebuah mimpi baginya. “This is my dream,” kata Meisy.

Sebab, sambungnya, berbagai kegiatan yang dilakukan pihaknya selama ini belum bisa menyadarkan banyak pihak, termasuk di jajaran pemerintah, misalnya dalam hal kebijakan regulasi dan sebagainya. “Oleh karena itu, adanya film ini merupakan this is my dream.”

Meisy bahkan mengajak para filmaker untuk juga membuat film yang mengangkat berbagai isu di balik penjara. “Banyak yang bisa diangkat di dalam. Ayo teman-teman yang dari komunitas film buat lagi, supaya semua melihat dan sadar bahwa ada banyak hal yang perlu mendapat perhatian di balik penjara,” kata Meisy.

Diakhir diskusi, Lamtiar mengajak semua penonton untuk melakukan tindak lanjut nyata (Call for Action) untuk menolong para narapidana hamil, terutama anak-anak yang lahir dalam penjara.

“Dimulai yang kecil dulu, yaitu jangan men-stigma anak-anak yang pernah hidup di balik penjara. Kemudian, seringlah berkunjung ke rutan atau lapas melihat realita di sana dan memikirkan aksi apa yang bisa dilakukan,” ajak Lamtiar.

Dia juga sangat berharap bahwa negara harus melakukan sesuatu terhadap permasalahan ini. Bahkan pada saat Malam Anugerah FFI, Lamtiar menyampaikan langsung kepada Presiden Jokowi dan berharap orang nomor satu di Indonesia itu menonton Invisible Hopes.

“Paling utama lagi, (pemerintah) harus melakukan tindak lanjut nyata untuk memenuhi hak anak yang terpaksa lahir dan hidup di balik jeruji penjara,” harap Lamtiar. (*)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU