Miris, Siswi Dihina Bodoh dan Miskin oleh Gurunya, Bagaimana Tindakan Pemerintah ?

Siswi berinisial IP yang bersekolah di SMP Negeri 28 Medan dihina Bodoh dan miskin oleh 2 oknum guru di sekolahnya. Sangat miris hinaan dan kata bodoh di lontarkan di hadapan teman-temannya.

Dikutip dari Tribun Medan dan kompas.com, IP bercerita peristiwa tak mengenakkan tersebut terjadi saat dirinya belum membayar uang buku dan uang sekolah.

“Jadi itu kejadiannya sudah berulang, waktu itu berawal saya belum bayar uang sekolah dan uang buku, ketika di ruangan kelas saya mengobrol sebentar dengan teman, lalu tiba tiba saya dilempar dan di katain udah miskin bodoh mau jadi apa,”cerita siswi kelas III SMP ini.

- Iklan -

Ia kemudian menyampaikan kejadian tersebut kepada kakak dan orangtuanya yang meresponnya dengan sikap bijak. Dua guru yang menghina anak yatim tersebut diketahui bernama Refia Samosir dan Masrohima.

Vivi, ibu asih IP mengaku geram saat tahu anak asuhnya dihina oleg guru di sekolah. “Kalau di-bully sama teman mungkin masih bisa saya atasi, tapi ini anak saya dihina oleh seorang pengajar. Dimana seharusnya mereka menjadi contoh malah memberikan perlakuan yang tidak baik,” ucap Indah.

Vivi kemudian memberanikan diri untuk melaporkan kasus penghinaan ini ke DPRD karena kejadian itu bukan pertama dialami IP. “Saya berani lapor ke DPRD karena anak saya sudah beberapa kali mendapat hinaan itu. Pertama waktu enam bulan lalu dan ini ketika pembagian rapot kemarin,” ucapnya.

- Iklan -
Baca Juga:  SMPIT Darul Fikri Makassar Raih Prestasi Gemilang Tingkat Nasional

Menurut Vivi, IP adalah anak yang baik dan jika ia tak membelanya, IP tak akan berani lagi mengadukan perbuatan tak menyenangkan yang selama ini ia terima.

Ibu IP, menurut Vivi sudah meninggal dunia. Sementara sang ayah tak jelas keberadaannya. “Mereka itu ibunya sudah meninggal, ayah nya juga tidak jelas akhirnya saya asuh dari dulu tidak pernah menyusahkan tapi ko bisa-bisanya anak saya dihina, jelas saya tidak terima,” jelasnya.

Vivi juga menceritakan saat di mediasi oleh Wakil ketua DPRD Ihwan Ritonga, ia terus memasang badan untuk sang anak. “Waktu mediasi, itu ada dua guru, guru yang hina IP dengan sebutan bodoh, miskin tidak mengaku kesalahannya dan yang bilang IP waras atau tidak itu mengakui kesalahannya,” tutur Vivi.

- Iklan -

Saat mediasi, Vivi memberanikan diri mengungkapkan perasaan anak asuhnya yang selama ini dipendam. “Saya bilang itu, anak saya disekolahkan disini dia waras buk dan seharusnya didik dengan baik bukan yang gak baik.

Tapi setelah saya katakan itu si guru langsung mengakui kesalahan dan meminta maaf kami pun memaafkan,” ucapnya. Namun terhadap oknum guru yang mengatakan Indah anak miskin dan bodoh, Vivi masih mengaku geram.

“Kalau guru satunya itu saya geram karena pada saat di mediasi kami seolah-olah tidak dikasih sela untuk menjelaskan dihadapan Pak Ihwan. Mereka terus memotong perkataan kami dan menjelaskan bahwa mereka tidak pernah lakukan itu,” ucap Vivi.

Baca Juga:  SD Inpres Perumnas Antang 3 Selenggarakan Event Kreativitas

Kegeraman itu semakin menjadi saat sang kepala sekolah mengaku kepada wakil DPRD memberikan bantuan terhadap Indah. “Padahal sama sekali Indah tidak pernah menerima bantuan apapun dari sekolah baik itu baju sekolah, sepatu sama sekali tidak ada,” tegas Vivi.

Vivi mengatakan di akhir mediasi, ia dan pihak sekolah sempat bermaaf-maafan. Tapi saat wakil DPR meninggalkan sekolah, IP kembali dimarahi oleh guru. “Jadi kemarin mereka minta maaf untuk apa kalau akhirnya IP dimarahi sampai nangis dikata-katain masalah sepele bawa bawa ke DPRD, makanya saya semakin geram,” ucap Vivi.

Dikatakan Vivi, bahwa mungkin saja kejadian ini sudah banyak terjadi, hanya saja siswanya masih diam. “Saya tidak mau anak saya menjadi penakut jika ia benar. Jadi saya ajarkan anak saya untuk berani mengungkapkan apapun yang dirasa tidak baik,” tuturnya.

Terkait kejadian yang menimpa anak asuhnya, Vivi berharap agar seluruh guru-guru bisa menjadi contoh baik untuk murid-muridnya. “Janganlah menghakimi siswa padahal kita tidak tahu latar belakangnya, tugas seorang guru itu mengayomi, mendidik bukan seperti ini. Mudah-mudahan tidak ada kejadian seperti ini lagi,” kata dia.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU