OPINI : Dilindungi, Ya! Sejahtera? Bekerja Dalam Dilema

Di tengah bergulirnya berbagai macam bantuan dari pemerintah ke Masyarakat (ini, bukan kecemburuan), guru seolah-olah hanya menjadi penikmat kata tanpa melihat wujud, baik untuk pertanyaan apa dan berapa?

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tak kala Bom Atom selesai membumihanguskan Kota Herosima dan Nagasaki, Kaisar Jepang Hirohito Mengumpulkan Seluruh Jenderal-Nya. Kaisar bertanya, Berapa Jumlah Guru yang Tersisa?” dari sepenggal pertanyaan itu tersirat makna, betapa berharga dan dibutuhkannya seorang guru.

19 Maret 2020 pertanyaan Kaisar Hirohito seolah kembali bergemah dan di jawab oleh Pemerintah Republik Indonesia dari tingkat Pusat sampai ke daerah. Kenapa tidak, kata libur sekolah adalah kunci dan bentuk perlindungan yang dilakukan pemerintah demi menyelamatkan guru dari ledakan bencana Non alam yaitu Pandemik Covid-19 yang tak berwujud, kehaidrannya hampir melumpuhkan seluruh aktivitas di bumi persada.

Guru pada Kondisi seperti demikian, disatu sisi merasakan penyelamatan dan perlindungan yang luar biasa dari pemerintah, menurut hemat saya. Namun di sisi lain kondisi itu mematahkan aktivitas akademik untuk pencerdasan anak-anak bangsa secara tatap muka langung.

Hal ini, berbanding terbalik dengan kata sejahtera yang mestinya dirasakan oleh guru-guru. Khususnya, yang berstatus Guru yang mengabdi tanpa pemenuhan hak-hak material yang mumpuni (Guru honorer dan guru-guru honorer bersertifikat).
Di tengah bergulirnya berbagai macam bantuan dari pemerintah ke Masyarakat (ini, bukan kecemburuan), guru seolah-olah hanya menjadi penikmat kata tanpa melihat wujud, baik untuk pertanyaan apa dan berapa? Padahal, Guru se harusnya juga menjadi Objek dari kata yang banyak didengungkan itu. Jika pemerintah memang memandang guru sebagai warga yang juga membutuhkan kesejahteraan. Bukannya nominal 250.000 sampai 1,500.000 itu tak disyukuri tetapi, dapatkah terpenuhi kebutuhan selama sebulan ketika angka-angka itu tidak berubah dan meningkat!.

Ketika putusnya tatap muka langsung dan bermimpinya para guru untuk kata sejahtera di tengah Pandemik Covid-19 lahirlah Luring, Daring, dan Kombinasi Luring dan Daring atau singkatnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Istilah itu pun menjadi hiasan hari-hari bagi guru yang belum tentu kapan ujung akhirnya. Segala daya dan upaya dimaksimalkan untuk melakasanakan Pembelajaran Jarak Jauh. meski di tengah keterbatasan bagi sebagian guru untuk sesuatu yang baru lahir tersebut.

Namun, di sisi lain, Ada guru yang betul-betul bekerja dari rumah dengan alat teknologi masa kini dan berbagai jenis aplikasi untuk memenuhi Istilah Belajar dari Rumah. Ada juga yang sengaja berkunjung ke rumah-rumah siswa dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan meski tetap ragu apakah akan tertular atau menularkan Covid-19, ada pula yang mengarahkan siswa untuk menyaksikan kegiatan edukasi dari media elektronik yang telah di dengunkan pemerintah meski ragu terhadap kemampuan siswa mencerna materi kombinasi yang disampaikan., dari sejumlah aktivitas itu para guru sudah pasti mengajar dalam dilema. Ketika, tak mengajar bagaimana dengan siswa!. saat mengajar apakah target capaian pembelajaran bagi siswa memang terpenuhi. Bagaiamana pula dengan penyebaran covid-19!.

Baca Juga:  Tempo vs Bahlil: PERLUKAH TEMPO MEMINTA MAAF?

Penulis : Rusdi Syam, S.Pd

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU