Beranda blog Halaman 3339

Sastra Asia Barat Unhas Gelar Pelatihan Pengajaran Bahasa Arab Untuk Penutur Asing

Pelatihan bahasa Arab yang berlangsung di ruang LKPP dan Aula Mattulada.(Foto: Ist.)
Pelatihan bahasa Arab yang berlangsung di ruang LKPP dan Aula Mattulada.(Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Departemen Sastra Asia Barat Universitas Hasanuddin bersama Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia dan Markaz Buhuts Attawassul Wal Ma’rifi (Lembaga penelitian, komunikasi dan pengetahuan di Riyadh) mengadakan pelatihan yang bertajuk Pengembangan Keterampilan Pengajaran Bahasa Arab untuk Penutur Asing yang berlangsung selama tiga hari; 23 – 25 Juli 2018.

Pelatihan bahasa Arab yang berlangsung di ruang LKPP dan Aula Mattulada ini diikuti 110 orang guru dan dosen bahasa Arab. Para peserta yang hadir berasal dari berbagai daerah di Sulawesi, yakni dari Gorontalo, Manado, Palopo, Parepare, Baru, Pangkep, Bone, Maros, Gowa, dan Bulukumba.

Kegiatan ini menghadirkan ahli pengajar bahasa Arab bagi penutur dari Arab Saudi, yaitu Prof Dr Ahmad Al-Anzy. Pakar bahasa Arab ini akan mengajar dan melatih peserta bagaimana metode yang ideal bagi pengajar bahasa arab yang berasal dari Indonesia dalam mengajarkan bahasa arab yang benar sesuai dengan metode pengajaran bahasa penutur asli bahasa Arab.

Ketua Panitia Pelatihan yang juga dosen Sastra Arab Unhas Fadlan Ahmad, S.S, M.Si. mengatakan, selain melatih para dosen dan guru dalam mengajar bahasa Arab, pelatihan ini menjadi ajang untuk memotivasi mereka dalam mengajarkan peserta didik dalam berbahasa Arab yang baik dan benar.

“Harapannya, pengajar bahasa khususnya daerah Sulsel dan sekitarnya dapat mampu menggunakan metode yang sesuai sehingga mempermudah siswa dan mahasiswa belajar bahasa Arab,” harap Fadlan.

Fadlan Ahmad menambahkan, minat siswa atau calon mahasiswa terhadap bahasa Arab sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan data jumlah pendaftar bahasa Arab di Unhas pada beberapa tahun ini terus mengalami peningkatan.

“Tingginya minat siswa terhadap bahasa Arab ini tentu harus diimbangi dengan adanya kualitas pengajaran bahasa Arab yang baik pula,” katanya.

Sementara itu dalam sambutan singkatnya Dekan Fakultas Ilmu Budaya Prof. Dr. Akin Duli, MA. berharap kedepannya pelajaran bahasa Arab bisa menjadi pelajaran dan mata kuliah yang wajib di sekolah-sekolah dan universitas agar bahasa Arab menjadi bahasa yang membumi di Sulsel, khususnya di Unhas sendiri.

Kegiatan pelatihan yang diisi oleh ahli bahasa Arab dari Arab Saudi ini berlangsung dalam bahasa Arab. Sehingga, para peserta langsung berkomunikasi dan mendengarkan bahasa Arab dari penutur aslinya. (FP)

 

Kembalikan Eksistensi Aksara Bugis

Kampung Lontara

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Era globalisasi membawa banyak perubahan yang cukup pesat di segala bidang. Tak terkecuali dengan kehidupan sosial budaya maupun bahasa pada masyarakat yang hidup di tengah-tengah lingkaran adat warisan nenek moyang. Arus globalisasi yang dengan cepat merambah ke sendi kebudayaan nusantara, membuat pergeseran budaya lokal sedikit banyaknya telah mengubah interaksi sosial budaya masyarakat Indonesia. Hal ini pun membawa dampak tersendiri terhadap dunia pendidikan saat ini.

Terlihat dalam beberapa tahun belakangan, sekolah-sekolah serentak mengupayakan untuk menyesuaikan kondisi arus globalisasi dalam sektor sarana prasarana serta metode pengajaranya. Dampaknya, banyak bermunculan sekolah-sekolah dengan sistem billingual language, yang menjadikan bahasa asing, seperti mandarin dan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di sekolah. Sementara bahasa adat/daerah mulai terabaikan, bahkan hampir hilang.

Sadar akan perubahan itu, sekelompok mahasiswa berinisiatif menyiapkan sebuah tempat belajar yang kental akan identitas lokal khas Sulawesi Selatan. Berbekal tekad, riset serta pengamatan selama beberapa tahun terhadap masyarakat lokal di Kabupaten Bone, per-Maret 2018 lalu, mereka berhasil mendirikan Sekolah Pustaka Lontara.

“Kami membuat Sekolah Pustaka Lontara ini berdasarkan pengamatan kami beberapa tahun belakangan, dimana kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan ini, perlahan-lahan kehilangan identitas lokalitasnya. Arus globalisasi yang sangat cepat pergerakannya telah merambah sampai sendi kebudayaan Nusantara, bahkan hingga ke pinggiran,” kata Ahmad Arham kepada FAJAR PENDIDIKAN, 3 Mei 2018.

Meski masih terbilang baru, lanjut Ahmad Arham, namun keberadaan sekolah ini diharapkan mampu melestarikan adat, bahasa dan tulisan Lontara yang khas di Sulawesi Selatan.

“Kami sadar betul, kalau globalisasi pendidikan merupakan serangkaian sistem yang disesuaikan untuk menjawab kebutuhan pasar dan profesionalisme persaingan kerja, untuk mempersiapkan perdagangan bebas ASEAN,” ujar Ahmad Arham.

Menurutnya, realitas yang terjadi saat ini akan melahirkan sistem yang tidak berpihak pada pembelajaran, yang beriorentasi pada nilai kebudayaan pembelajaran muatan lokal di sekolah. Akhirnya, siswa semakin hari akan jauh terhadap identitas kebudayaanya. “Olehnya itu, kami berharap melalui Sekolah Pustaka Lontara ini, anak-anak dapat lebih mengenal budaya kita,” tutur mahasiswa Jurusan Antropologi tersebut.

Lebih jauh lagi, Ahmad menggambarkan seperti apa Sekolah Pustaka Lontara yang ia rintis bersama kawan-kawannya. Sekolah itu berada di tengah saluran irigasi persawahan, di antara hamparan persawahan hijau, tepatnya di Kelurahan Macope, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone yang jaraknya kurang lebih 6km dari kota Watampone.

Sekolah Pustaka Lontara ini merupakan sekolah yang memperioritaskan pengajaran khusus aksara lontara serta pengembangan dan pelestarian nilai kearifan lokal. Dengan proses belajar mengajar yang fleksibel dalam ruangan dan alam bebas.

“Sekolah Pustaka Lontara berada di dalam kampung yang kami sebut ‘Kampung Lontara’. Singkat cerita dari Kampung Lontara ini, berdasarkan riset yang kami lakukan, kami menemukan bahwa mata pelajaran muatan lokal, terlebih pembelajaran aksara lontara, sistem pengetahuan masyarakat bugis dan pengenalan permainan seni tradisional hampir tidak menjadi prioritas. Bahkan beberapa sekolah tidak mengajarkan muatan lokal sebagai aspek utama pendidikan berbasis karakter, sehingga menjadikan luaran siswa yang lanjut ke jenjang pendidikan lebih tinggi, bisa dipastikan akan buta identitas kebudayaannya,” jelas Ahmad.

Di Sekolah Pustaka Lontara, arus globalisasi bukanlah hal yang ditolak. Akan tetapi bagaimana dalam sistem pendidikan di sekolah formal menjadikan pembelajaran muatan lokal sebagai prioritas dalam menjaga dan melestariakan kekayaan budaya Indonesia.

Oleh karena itulah, Sekolah Pustaka Lontara hadir sebagai upaya untuk melakukan proses enkulturasi pewarisan budaya untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya, baik itu bahasa daerah, kususnya aksara lontara bugis, penyampaian adat bugis, cerita rakyat dan sejarah kebudayaan bugis dan berbagai macam seni dan permainan tradisional yang bermuatan nilai-nilai lokalitas yang bermuatan positif.

Terlebih sudah tidak banyak lagi yang menggunakan bahasa bugis sebagai alat berinteraksi sehari hari. Bahkan tak sedikit masyarakat yang buta dalam penulisan aksara lontara sehingga pesan-pesan leluhur terkait pappaseng dan sistem pengetahuan masyarakat bugis, jarang yang mengetahuinya.

Keberlangsungan akivitas sekolah lontara ini difokuskan setiap Sabtu sore dan Minggu. Di hari Senin hingga Jumat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas fungsi perpustakaan umum dan edukasi pelestarian permainan tradisional.

Semua pembelajaran diintegrasikan dan dikembangkan dalam pembelajaran berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Guna membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian budaya lokal, Sekolah Lontara ini dijadikan sebagai sekolah non formal percontohan yang berbasis pendidikan muatan lokal dengan konsep  education religion (edureligion), education cultural (edutural) dan education entertainment (edutainment).

 

 

Roperter: Arini Wulandari

 

Sekolah Kolong Project: Lebih Baik Nyalakan Lilin Daripada Mengutuk Gelap

Sekolah Kolong Project. Desa itu letaknya cukup jauh dari pusat kota. Bila ingin berkunjung, Anda harus berjalan kaki 2 jam lamanya. Namun, jangan harap Anda akan menemukan jalan mulus. Akses yang sulit membuat desa ini terisolasi. Ratusan penduduk di dalamnya, “terkurung”. Akibatnya, 95 persen warganya buta huruf.

Di desa ini pun hanya ada satu sekolah dasar yang kekurangan tenaga pengajar. Padahal, anak usia sekolah cukup tinggi. Angkanya mancapai puluhan. Suatu pamandangan yang miris di tengah upaya pemerintah mendorong pendidikan berkulitas dan merata di seluruh Indonesia.

“Sekolahnya hanya berada di bawah kolong rumah dengan fasilitas seadanya. Mereka belajar hanya ketika guru ada,” jelas Mulyadi, penanggung jawab Sekolah Kolong Project, menggambarkan kondisi sekolah di Kampung Bara-Barayya, Dusun Tanete Bulu, Desa Bontomanurung, Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros.

Agustus 2017 menjadi awal Sekolah Kolong Project menginspirasi. Sebanyak 24 anak di desa ini setiap akhir pekan berkumpul di bawah kolong rumah, tempat sekolah kolong berbagi pengetahunan.

Sekolah Kolong Project
Suasana kelas

“Sabtu-Minggu kami mengirim relawan ke sana untuk mengajar,” kata Mulyadi. “Ketika kami gali lagi informasi mengenai Kampung Bara-Barayya, kami akhirnya harus menelan pil pahit bahwa 95 persen penduduk di sana buta huruf. 95 persen penduduknya juga tidak bisa mengaji,” lanjutnya serius.

Kondisi itu diperparah dengan kesadaran warga kampung akan pentingnya pendidikan. “Makanya kami ingin berbuat sesuatu yang mungkin sedikit bisa meringankan beban adik-adik di sana, utamanya pendidikan,” tambah Mulyadi.

Hampir setahun sejak kehadiran sekolah kolong, anak-anak kampung Bara-Barayya, kini mulai terseyum. Mereka yang biasanya banyak manghabiskan waktu bermain dan membantu orang tua berkebun, kini begitu antusias belajar.

Mereka pun paham akan pentingnya pendidikan dan sebuah cita-cita. Kehadiran Sekolah Kolong membuka pengetahuan mereka yang terhenti. Sistem pengajaran yang lebih mengedepankan motivasi dan mengasah kreativitas, dengan konsep belajar sambil bermain, jadi kunci sekolah kolong mengambil hati 24 muridnya.

“Kami ingin juga mereka merasakan pendidikan yang layak, kami ingin adik-adik yang ada di sana, juga berjuang untuk menggapai cita-citanya meskipun dalam keterbatasan dan meskipun di pelosok terpencil sekali pun,” tutur Mulyadi. 

Terus Bergerak

“Hal yang paling menyenangkan itu melihat mereka senyum, tawa anak-anak yang sedang semangat-semangat belajar, itu sudah cukup untuk menghapus lelah selama perjalanan jauh yang mesti ditempuh dengan berjalan kaki.”

Sekolah Kolong Project
Alam jadi tempat belajar

Relawan Sekolah Kolong memang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Mereka ingin membuktikan bahwa masih ada anak muda di negeri ini yang peduli. “Anak muda tidak semuanya hanya mementingkan kepentingan pribadi. Masih banyak anak muda yang peduli dan tergerak untuk membantu sesama,” lanjutnya.

Para relawan ini berharap, anak didiknya kelak mendapat gedung sekolah yang layak. Kini, dana mereka kumpulkan. Melalui kitabisa.com, Mulyadi berharap, uluran tangan dermawan guna mewujudkan harapan anak didiknya. Membuat anak didiknya tertawa, senyum, dan bahagia adalah tujuan akhir mereka.

“Lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan,” kata Mulyadi, singkat.

Komitmen Cerdaskan Anak Desa Kahayya

Kelas Minggu Ceria (KMC)

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tismi Dipalaya harus menempuh ratusan kilometer jauhnya setiap dua kali sebulan menuju suatu desa. Ia dan belasan volunteer lainnya telah berkomitmen, berbagi inspirasi dan pengetahuan pada anak-anak di Dusun Tabbuakkang, Desa Kahayya, Kabupaten Bulukumba. Misi mereka sederhana, menurunkan angka buta huruf yang mencapai 70 persen dan angka putus sekolah usai Sekolah Dasar (SD) yang tinggi di desa ini dalam kurang waktu 5 tahun.

“Kami berharap dengan adanya KMC, bisa memotivasi adik-adik di desa untuk semangat belajar, punya cita-cita, dan memupuk rasa ingin tahunya,” ujarnya. Sejak Desember 2014, Tismi dan timnya mengelola taman baca yang diberi nama Kelas Minggu Ceria.

“Kami memang menyebutnya “kelas” tapi pelaksanaannya bukan di kelas seperti biasanya, tapi outdoor. Yang kami yakini bahwa “kelas” bukan menunjukkan ruangan (fisik), tapi ruang belajar dan ruang belajar yang kami maksud adalah alam, lingkungan sekitar,” kata Tismi.

Kelas ini hadir untuk berbagi keceriaan, mengubah pandangan bahwa belajar yang selama ini membosankan dan kaku menjadi fun. Konsep yang digunakan adalah belajar sambil bermain, atau bermain sambil belajar.

“Belajar sering di-setting menyeramkan dan membosankan, tidak mewadahi aktivitas berpikir siswa dan tidak kontekstual. Akhirnya motivasi belajar siswa kurang. Dan ini yang menjadi masalah krusial dan umum yang dihadapi anak Indonesia menurut saya, baik yang di desa maupun di kota besar.”

Kini, 3 tahun lebih KMC hadir, anak usia dua tahun di desa ini telah bersahabat dengan buku. Anak usai 6 SD dan SMP juga punya gambaran ingin melanjutkan sekolah. Bahkan, kata Tismi, beberapa anak ingin sekolah ke luar negeri. “Bagi kami, ini menunjukkan semangat mereka untuk sekolah,” katanya.

Tismi mengenang, ketika ia baru pertama menginjakkan kaki di Desa Kahayya. “Di awal, untuk menyebutkan cita-cita mereka masih kebingungan, bahkan ada yang bertanya ‘apa itu cita-cita’. Sekarang mereka bahkan jauh dari ekspektasi kami, mereka berani menyebutkan cita-cita yang beragam (bukan lagi seputaran guru, dokter, polisi) ada yang bercita-cita jadi astronot, ustadz, profesor, pemadam kebakaran, dan banyak lagi,” lanjut Tismi.

Taman baca yang hadir di lingkungan mereka bukan hanya tempat bermain tapi menjadi saksi anak-anak desa Kahayya tumbuh, merajut cita-cita. “Buku-buku ini pun punya peran penting. Seperti yang kita tahu, buku adalah jendela dunia. Jadi, adik-adik bisa tahu tentang perbintangan, tentang profesi astronot itu tanpa kami ajari tapi dari bacaan-bacaan mereka. Selain itu, kami juga mengapresiasi ibu-ibu yang bersedia mengajar baca tulis Al-Quran di taman baca. Jadi setiap hari, adik-adik punya alasan untuk ke taman baca,” terang Tismi.

Komitmen

“Hmm, yang membedakan mungkin, kami belum ke mana-mana, 3 tahun lebih kami masih di Desa Kahayya. Kami mencoba konsisten dengan konsep Kelas Minggu Ceria dan fokus ke satu tempat. Target awal maksimal 5 tahun baru kami beralih ke tempat lain,” jelas Tismi.

MCI memang punya fokus membangun satu tempat. Mereka tidak akan beranjak dari desa satu, sebelum semua yang mereka programkan berjalan dengan mandiri.

“Di KMC, bawahnya santai, baik itu dari konsep pembelajaran maupun teknisnya. Kami belajar the power of slow life,” ujar Tismi.

Kelas Minggu Ceria percaya, bila membangun suatu masa depan harus melalui pendidikan. Pendidikan adalah jalan untuk memanusiakan manusia.

Lingkungan pedesaan yang asri dan natural, mereka manfaatkan dengan mengubah paradigma dan metode pembelajaran. Lebih berpusat pada siswa. “Jadi, tidak perlu berbicara lebih jauh mengenai fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan yang jauh berbeda antara pelosok dan kota. Pertanyaannya adalah bagaimana kita sebagai pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah memandang hakikat pendidikan itu. Karena media, alat, fasilitas bahkan metode pembelajaran itu tidak ada artinya jika jiwa untuk mendidik tidak ada,” kata Tismi.

Reporter: Kasman

Pamgdam Resmikan Gedung Perwakilan Kodam Hasanuddin di Jakarta

0
Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Agus SB, saat menggunting pita menandai peresmian gedung perwakilan Kodam Hasanuddin di Jakarta. (Iskandar)

Jakarta, FAJARPENDIDIKAN.co.id – “Kesejahteraan prajurit, bukan hanya berupa pemberian uang dan harta benda, akan tetapi pemberian berupa penginapan yang layak bagi prajurit, juga menjadi bagian dari sebuah kesejahteraan”. Hal ini, disampaikan Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Agus SB saat meresmikan gedung perwakilan Kodam XIV/Hasanuddin di Jl. Dr. Wahidin I No. 1 Jakarta Pusat, Minggu (22/07).

Lanjut Pangdam mengatakan, bahwa dengan adanya pembangunan gedung 3 lantai dan renovasi gedung 2 lantai perwakilan Kodam XIV/Hasanuddin, diharapkan dapat menambah semangat dan motivasi para anggota Kodam XIV/Hasanuddin dalam melaksanakan tugas pokoknya.

“Pembangunan dan renovasi gedung ini, merupakan salah satu bentuk perhatian dari pimpinan TNI kepada prajuritnya. Untuk itu, gunakan dan rawat gedung ini dengan baik sehingga masa pakainya lebih lama”, tegas Pangdam Mayjen TNI Agus SB.

Peresmian yang ditandai dengan pemotongan pita dan penandatangan batu prasasti itu, turut hadir Kasdam XIV/Hasanuddin Brigjen TNI Budi Sulistijono, Ketua Persit Kartika Chandra Kirana PD XIV/Hasanuddin Ibu Bella Agus SB, para Danrem, Asisten Kasdam dan Komandan/Kabalak Kodam XIV/Hasanuddin. (*)

Warga Terjebak Lumpur, Begini Reaksi Satgas TMMD ke-102

0
Anggota satgas TMMD membantu warga saat terjebak di lumpur

Sidrap, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Seorang warga pengendara motor terjebak ke dalam lumpur tebal sehingga tak dapat menggerakkan kendaraannya saat melintas menuju Dusun Bukkere di Desa Cenrana Kecamatan Pancalautang Kabupaten Sidrap. Bagaimana reaksi Satgas ?.

Berbagai macam rintangan yang dihadapi para anggota TNI Satuan Tugas TMMD ke 102, diantaranya membantu warga yang sedang dalam keadaan membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantu.

Sebagaimana halnya yang terjadi di Sidrap, seorang warga yang mengendara motor sedang melintas menuju Dusun Bukkere di Desa Cenrana Kecamatan Pancalautang Kabupaten Sidrap, dimana warga tersebut terjebak lumpur tebal sehingga tak mampu bergerak bersama motornya, Minggu (15/07/2018).

Melihat keadaan warga itu, anggota Satgas TMMD ke 102 tidak tinggal diam. Mereka segera mendekati warga itu lalu memberikan bantuan dengan cara bersama-sama mendorong motor warga itu hingga melewati jalanan berlumpur tebal.

Kondisi jalan tersebut memang sangat ekstrim sehingga kerap membuat warga desa Bukkere sulit untuk melintas untuk sampai ke rumah mereka.

Dandim 1420 Sidrap, Letkol Inf Eko Paskah HN, menuturkan bahwa perjuangan warga untuk sampai ke rumah mereka di dusun Bukkere memang sangat luar biasa karena akses jalan yang sementara dikerjakan oleh Satgas TMMD ke 102 tergolong ekstrim dan harus menembus hutan.

“Tapi dengan keberadaan Satgas TMMD ke 102 yang ada di lokasi, membuat warga setempat tidak merasa kesulitan untuk melewati jalan yang ekstrim itu,” ujarnya. (*)

Wakili Rektor, WR 2 Unhas Hadiri Acara Dies Natalis UNM ke-57

Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Infrastruktur Prof Sumbangan Baja, Ph.D. menghadiri rangkaian perayaan Dies Natalis Universitas Negeri Makassar yang ke-57 di kampus UNM Gunungsari, Minggu (22/7/2018).(Foto: Ist.)
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Infrastruktur Prof Sumbangan Baja, Ph.D. menghadiri rangkaian perayaan Dies Natalis Universitas Negeri Makassar yang ke-57 di kampus UNM Gunungsari, Minggu (22/7/2018).(Foto: Ist.)

Makassar, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Infrastruktur Prof Sumbangan Baja, Ph.D. menghadiri rangkaian perayaan Dies Natalis Universitas Negeri Makassar yang ke-57 di kampus UNM Gunungsari, Minggu (22/7/2018).

Kehadiran Wakil Rektor 2 ini mewakili Rektor Unhas yang berhalangan hadir karena sedang melakukan perjalanan dinas ke Amerika Serikat.

Dalam acara Milad UNM tersebut, Prof Sumbangan Baja bersama Rektor dan jajaran pimpinan UNM menyaksikan berbagai kegiatan olahraga yang diikuti oleh sivitas akademika UNM, perguruan tinggi lain, pejabat provinsi Sulawesi Selatan, Polda, perwakilan Kodam, dan lainnya.

Menurut mantan dekan Fakultas Pertanian ini, momentum perayaan Milad UNM seperti itu adalah penting dihadiri untuk menjaga silaturahmi dan mempererat hubungan sesama perguruan tinggi negeri. Selain itu, pihaknya dapat menjalin hubungan dengan perwakilan perguruan tinggi lain, pejabat dan pimpinan provinsi di sela-sela acara.

“Saya dipercaya mewakili Rektor untuk hadir dalam kegiatan ini. Momentum ini tidak bisa dilewatkan agar komunikasi dan hubungan kita selalu terjaga,” kata Prof Sumbangan Baja.

Dalam acara tersebut, WR 2 Unhas tampak akrab melakukan percakapan lepas dengan Rektor UNM Prof Husain Syam. Mereka terlihat santai mengenakan kaos kerak bertuliskan UNM 57 dengan bertopi. Kedekatan itu menjadi penanda hubungan baik di antara dua perguruan tinggi terbesar di Sulawesi.

Sumbangan Baja berharap, pada acara Dies Natalis Unhas ke-62 tahun ini, pihak pimpinan UNM bisa ikut memeriahkannya demi merawat kebersamaan antar perguruan tinggi, sehingga kerja sama yang terbangun dapat selalu berjalan lancar.

Rangkaian Dies Natalis UNM ini berlangsung sangat meriah. Para peserta lomba olahraga tampak sangat antusias dan gembira mengikutinya. Kegiatan Dies Natalis ini berlangsung dari pagi hingga menjelang petang sore. (FP)

 

Ikatan Alumni Unhas Gelar Halal Bi Halal Bersama Wapres Jusuf Kalla

Acara halal bi halal IkA Unhas bersama Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla yang juga merupakan ketua IKA Unhas berlangsung di Istana Kepresidenan Cipanas, Puncak Bogor, Jawa Barat. Minggu (22/7). (Foto: Ist.)
Acara halal bi halal IKA Unhas bersama Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla yang juga merupakan ketua IKA Unhas berlangsung di Istana Kepresidenan Cipanas, Puncak Bogor, Jawa Barat. Minggu (22/7). (Foto: Ist.)

Bogor, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Minggu, 22 Juli 2018 berlangsung Halal Bi Halal Ikatan Alumni (IKA) Unhas di Istana Kepresidenan Cipanas, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Acara yang dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang juga merupakan Ketua IKA Unhas ini diramaikan oleh kehadiran sekitar 1.500 alumni Unhas dari berbagai angkatan, fakultas, dan daerah di Indonesia.

Turut hadir pula Menteri Pertanian RI, Amran Sulaiman, Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof. Aswanto, mantan Ketua MK, Hamdan Zoelva, Dirjen Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe, anggota Majelis Wali Amanat Unhas, Senat Akademik, para Wakil Rektor, dekan-dekan, dan pejabat Unhas lainnya.

Halal bi Halal yang dikemas dalam suasana santai ini dimaksudkan untuk mendorong silaturahmi dan meningkatkan keakraban diantara para alumni.

Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA yang berhalangan hadir karena sedang melakukan perjalanan dinas ke Amerika Serikat menyampaikan salam hormat dan berharap alumni Unhas dapat terus menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengembangan Unhas pada masa mendatang.(*)

Alokasi Dana Mencapai 120M, Pendidikan di Sumba Tengah Masih Terlilit Masalah yang Kompleks


0
Pertemuan Konsultasi Publik Hasil Analisis APBD Fungsi Pendidikan Sumba Tengah yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Sumba Tengah, 20 Juli 2018.(Foto: Ist.)
Pertemuan Konsultasi Publik Hasil Analisis APBD Fungsi Pendidikan Sumba Tengah yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Sumba Tengah, 20 Juli 2018.(Foto: Ist.)

NTT, FAJARPENDIDIKAN.co.id – Tingginya persentase siswa yang berangkat ke sekolah tidak sarapan terlebih dahulu, disinyalir menjadi salah satu kendala besar kualitas siswa di Sumba Tengah, NTT.

Ini  terungkap dalam Pertemuan Konsultasi Publik Hasil Analisis APBD Fungsi Pendidikan Sumba Tengah yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Sumba Tengah, 20 Juli 2018.

Menurut Wakil Bupati Sumba Tengah, Umbu Dondu, banyak anak-anak yang berangkat sekolah tidak sarapan lebih dahulu. Akibatnya mereka tidak bisa konsentrasi penuh dan kurang dalam menyerap pelajaran yang disampaikan guru di kelas dan akhirnya kualitas mereka menjadi berkurang.

Padahal  alokasi dana pendidikan dalam APBD Sumba Tengah cukup tinggi. Dari total APBD 589 milyar tahun ini, 120 milyar lebih dialokasikan untuk pendidikan. Namun, menurut Wabup, besarnya alokasi pendanaan tidak akan bisa menampakkan hasil memuaskan jika penerima layanannya yaitu siswa tidak mendukung terciptanya kondisi yang memungkinkan menerima pembelajaran.

“Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap siswa,” ujarnya.

Besarnya siswa yang tidak sarapan ini dipertegas oleh Kristopel, Ketua Komite SMP di Sumba Tengah yang hadir dalam pertemuan tersebut. Ia menyatakan bahwa persentasenya bahkan bisa mencapai diatas 75 persen. Selain tidak sarapan, sebagian besar juga tidak diberikan uang saku untuk makan atau jajan.

“Kesadaran orang tua terhadap pendidikan masih belum tinggi. Mereka juga jarang membantu siswa mengerjakan PR dan tidak memberikan gizi secukupnya agar siswa bisa bertumbuh kembang dan mampu menyerap pembelajaran lebih baik. Bagaimana mereka menyerap pembelajaran dengan baik, kalau mereka lemas dan tidak bersemangat karena belum sarapan,” ujarnya.

Ditambah dengan masalah lain seperti tingkat absensi siswa yang tinggi, banyaknya guru yang tidak terlatih dan masih lulusan SMA, tingginya persentase anak yang tidak sarapan pagi disinyalir berkontribusi menjadi salah satu sebab juga rendahnya persentase siswa yang layak  naik kelas  di daerah tersebut.

“Berdasarkan penelitian dengan menggunakan instrument EGRA yang dilakukan program ACDP tahun 2016, hanya 23 persen siswa kelas dua yang layak naik kelas tiga, selebihnya 77 persennya sebenarnya belum layak” ungkap Hironimus Sugi, Provincial Manager INOVASI di Sumba dalam paparan Konsultasi Publik tersebut.

Mereka dianggap tidak layak naik kelas karena kemampuan membaca siswa kelas awal tersebut sebenarnya masih kurang. Seperti diketahui, hasil penelitian ACDP pada tahun 2016 yang dilakukan di daerah Sumba, kurang lebih 30 persen siswa kelas dua pada akhir tahun yang bisa membaca sesuai yang diharapkan untuk tingkatan kelas dua. Kebanyakan siswa  yang diteliti belum mengenal huruf. Selain peran orang tua yang kurang dalam menstimulasi dan memfasilitasi belajar anak – menurut Wakil Bupati Sumba Tengah, tingkat literasi yang rendah juga disebabkan oleh jarangnya buku-buku khusus yang mengajarkan membaca huruf pada siswa.

“Buku-buku untuk mengenalkan huruf juga masih jarang, umumnya hanya buku-buku teks pembelajaran,” ujarnya.

Agar kondisi tersebut bisa diatasi, pada konsultasi publik yang diprakarasi oleh INOVASI ini, ada beberapa langkah yang menurut Bupati Sumba Tengah, Umbu Sappi Pateduk perlu dilakukan dari penerima layanan pendidikan, diantaranya memaksimalkan peran komite sekolah dan masyarakat.

“Pemerintah desa bersama sekolah kita harapkan terlibat dalam meningkatkan kesadaran orang tua siswa terhadap apa yang penting dilakukan terhadap anak didik agar kualitasnya menjadi lebih baik,” ujarnya.

Bupati Sumba Tengah juga berharap Linmas bisa bekerjasama dengan Kepala Desa dan Sekolah untuk memastikan penerima layanan mendukung aktifitas peserta didik dalam memaksimalkan penerimaan layanan.

Menurut Bupati,  penyedia layanan dan penerima layanan Pendidikan harus saling mendukung. Tanpa sinergi yang baik, walau alokasi dana APBD untuk pendidikan besar, kemajuan pendidikan Sumba Tengah akan sulit tercapai. Untuk penyedia layanan, Bupati Sumba Tengah menegaskan perlunya program peningkatan kualifikasi dan kompentensi guru melalui pelatihan dan bimbingan teknis.

“Selain itu penyelenggaraan program pembelajaran dengan menggunakan bahasa daerah untuk kelas awal juga perlu diterapkan,” ujarnya.

Turut hadir dalam kegiatan Lokakarya Analisis APBD Sumba Tengah ini adalah Ketua Komisi 1 DPRD Sumba Tengah, Abdul Fatah. Fatah mendesak semua pihak menjalankan  komitmen dan menindaklanjuti hasil pertemuan. INOVASI  diharapkan juga  bisa berperan dalam menjembatani  semua pihak agar kualitas pendidikan di Sumba Tengah, terutama untuk literasi dan numerasi, bisa membaik. “Kita tak bisa jalan sendiri-sendiri,” katanya.

INOVASI merupakan program pendidikan kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia. Di NTT, program ini diluncurkan pada tanggal 2 November 2017 dan akan berakhir pada akhir tahun 2019.(*)

Sambut HUT Kemerdekaan RI, Yamaha Beri Kemudahan Harga. Incar Siswa dan Mahasiswa

0


Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Menyambut HUT Kemerdekaan RI tahun 2018, PT Suracojaya Abadimotor (Yamaha Watampone) mulai memberi sejumlah kemudahan harga bagi pelanggannya.

Mulai dari uang muka yang terjangkau hingga potongan ansuran akan diberikan kepada pelanggan.

Hal tersebut diposting akun Facebook dengan nama akun Yamaha Watampone.

“Salam semakin didepan…
Menyambut Hut Kemerdekaan dan Terima kasih kepada Pelanggan Yamaha NewFino125 Bluecore memberikan kemudahan..Uang Muka Mulai 500 Ribu + Potong Angsuran + Jaket Ekslusif…
Segera Ke Yamaha Suraco Bone Jl.Ahmad Yani,”tulis pengguna akun Yamaha Watampone dilansir FAJAR PENDIDIKAN, Sabtu (21/7)

Pada program ini, Yamaha Watampone juga mengincar kalangan guru, dosen, siswa dan mahasiswa. Hal itu terlihat dari status penawaran dan foto penawaran tersebut dibagikan ke grup medsos SMA dan Kampus di Bumi Arung Palakka.

Reporter: Abustan