Berawal dari Halte

“Aku mohon tolong aku…. aku_” Ziea memegang tangan pemuda itu yang tengah menggendong kucing biru secara cepat pemuda itu mendorong Ziea agar dia melepaskan tangannya tapi…

“Aaahhh” Ziea terhantam begitu keras sampai terbentur kepalanya dan pingsan. Kemudian pemuda tampan beralih menggendong Ziea membawanya ke sebuah gubuk tua tempatnya bersih, rapi dan terdapat beberapa barang tertata dengan baik.

“Bangun!” “Bangun!” ulangnya.

- Iklan -

“Di mana aku?” lagi-lagi tanpa menjawab pertanyaan dari Ziea pemuda tampan itu pergi begitu saja.

“Siapa kamu? Dimana aku? Dan kenapa kamu gak pernah jawab pertanyaan aku?” teriak Ziea pada pemuda yang tengah berjalan, di ambang pintu pemuda itu berhenti lalu kembali lagi melanjutkan perjalanannya.

“Dasar lelaki batu” teriak Ziea saat melihat pemuda itu mulai berjalan kembali.

- Iklan -

“Terserah” setelah mengatakan itu pemuda tampan pergi menjauh.

“Orang ini nyebelin banget setiap di tanya tidak pernah di jawab, aku harus secepatnya pergi dari sini aku gak mau kesempatan besar dalam hidupku hilang begitu saja,” Ziea terdiam “Tapi… semua barang-barangku di bis, bagaimana aku bisa ganti baju jika tak ada Satu pun pakaian” lanjutnya.

“Kenakan pakaian ini” ucap pemuda tampan sembari menyodorkan pakaian.

- Iklan -

“Sebenarnya kamu siapa?” kali ini Ziea tidak membiarkan pemuda itu pergi tanpa menjawab pertanyaannya. Sebelum pemuda itu ingin membalikkan badannya, dengan cepat Ziea berlari ke hadapannya.

“Sekarang kamu tidak bisa pergi!” ucap Ziea di hadapan pemuda tampan itu.

“Bau” jawab pemuda tampan, “Lebih baik kamu bersihkan tubuhmu atau kamu memang tidak suka mandi” lanjutnya dengan penuh ledek. Ziea menampakkan wajah marah namun dia tidak berkata apa pun kecuali dalam hatinya laki-laki ini sangat menyebalkan..

Setelah beberapa menit Ziea telah selesai membersihkan tubuhnya, beruntung semua peralatan mandi telah tersedia sepertinya itu perbuatan pemuda tampan. Ziea keluar mencari pemuda tampan, walaupun dia menyebalkan tetap saja bagaimanapun juga dia telah membantu Ziea.

Ziea melihat pemuda itu berada di ujung tebing Ziea pikir pemuda itu ingin bunuh diri secepat mungkin Ziea berlari menuju tebing.

“Sedang apa?” tanya Ziea setelah berada di belakang pemuda itu. Kali ini pemuda itu tidak meninggalkan Ziea begitu saja bahkan sekarang dia menjawab pertanyaan dari Ziea.

“Memandangi kehidupanku di masa lalu dan sekarang” walaupun dengan nada dingin tapi ini lebih baik daripada tidak di jawab sama sekali pikir Ziea.

“Hidup itu bukan hanya untuk dipandang saja tapi juga harus dijalankan sebaik mungkin, perbaiki kesalahan di masa lalu dan jalani hidup sekarang menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya” ujar Ziea.

“Aku minta maaf karena telah mendorongmu sampai jatuh pingsan” ucap pemuda tampan sambil memandang hijaunya pepohonan.

“Tidak masalah aku sudah memaafkan kamu,” Ziea terdiam sejenak “Kenalkan nama aku Ziea ” lanjutnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

“Oh, ya sudah jika tidak mau berkenalan” lanjutnya kembali sebelum Ziea menurunkan tangannya pemuda itu menyambar tangan Ziea sambil berkata “Aku ival” dengan cepat pemuda itu melepaskan genggaman tangannya.

Mereka berdua duduk di atas tebing memandang indahnya alam, Ziea sampai melupakan tujuan dia mencari pemuda itu. Tak terasa mereka berdiam diri di sana sampai matahari menyembunyikan dirinya beradu tenggelam pada porosnya.

“Kita pulang” ajak ival “Gak mau, aku masih ingin memandang terbenamnya matahari di antara gunung-gunung besar” tanpa meminta persetujuan dari Ziea ival pergi begitu saja, “Lagi-lagi pergi” ucap Ziea setelah kepergian ival.

“Makan ini,” tawar ival sembari menyodorkan jagung bakar

“Kenapa kembali?”

“Kita belum makan dari pagi, aku gak mau kamu kelaparan, kalo kamu gak mau buat aku saja” jawabnya dingin.

“Mau…mau aku memang lapar, lapar banget malahan, makasih ya ival” senyuman manis Ziea berikan padanya.

“Di sini kok ada jagung, peralatan sehari-hari juga ada?” tanya Ziea, “Aku heran saja di hutan ada makanan dan peralatan bukannya gak ada” lanjutnya.

“Ada, banyak” Ziea mengiyakan saja jawaban dari ival.

“Kamu kenapa ada di sini? gubuk tadi rumah kamu atau tempat persembunyian kamu atau…”

“Bisa diam tidak! Habiskan dan kita pulang” jawabnya dengan nada tinggi, ziea terdiam hanya anggukan yang ia berikan padanya.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU