Berawal dari Halte

“TIDAK!!!!!”

Ziea jatuh pingsan beberapa menit kemudian Ziea membuka matanya di dapati dirinya tengah berada di sebuah ruangan terdapat ke dua kakaknya dan ibu tercintanya tersenyum.

Dua minggu berlalu di rumah sakit akhirnya Ziea bisa pulang, semenjak kecelakaan Ziea tidak pernah tersenyum kesehariannya hanya diam saja untuk melukis rasanya tak mungkin jiwanya terasa hilang ditelan bumi, apalagi Ziea gagal menghadiri event pameran dimana lukisan terbaik ada semua di dalamnya.

- Iklan -

Ke dua kakaknya juga ibunya mencoba menghibur Ziea namun lagi-lagi tak berhasil hingga, pada malam hari ibunya mendapat surat undangan dari teman baik almarhum suaminya untuk menghadiri pesta ulang tahun anaknya.

Malam berikutnya keluarga Ziea pergi untuk memenuhi undangan. Pesta itu begitu megah semua orang tertawa penuh kebahagiaan. Namun Ziea hanya terdiam di depan meja bundar, kakak-kakaknya menghampiri Ziea disertai ibu Ziea dan teman ayahnya Ziea.

“Jadi ini anak zainal? Memang dia sangat mirip dengan ayahnya pandai dalam melukiskan sesuatu” puji pak anto. Ziea hanya memberi senyum berat tanpa berkata apa pun.

- Iklan -

Ke empat orang itu sangat asyik berbincang-bincang, Ziea hanya terdiam tiada sepatah kata dia lontarkan, ditengah perbincangan pak anto memanggil putranya. “Purna.”

Pria muda, tampan, gagah dan menawan sambil menggendong seekor kucing berbulu tebal berwarna biru disertai mata biru yang tajam tengah mendekati ke lima orang tersebut.

“Kenalkan ini anak saya. Nak, kenalkan ini istri teman baik ayah namanya ibu zainab dan mereka ini anak-anaknya yang pertama zabar yang ke dua zidan paling bungsu si cantik namanya Ziea.” Jelas pak anto pada ke dua belah pihak, purna menjabat satu-persatu tangan keluarga pak zainal.

- Iklan -

Ibu Ziea, pak anto juga ke dua kakak Ziea di kejutkan oleh Ziea dan purna, pasalnya purna adalah lelaki dingin yang tak pernah tersenyum pada siapa pun paling hanya memberi senyum kecut saja dan Ziea semenjak kecelakaan tidak pernah tersenyum lagi tapi malam ini mereka berdua saling berpandangan dan menebar senyum begitu dalam sampai-sampai gigi gingsul keduanya tampak.

Terdengar alunan musik, pak anto dan ibu zainab menyuruh purna dan Ziea berdansa, dengan senang hati ke duanya menerima tawaran itu. Purna menitipkan kucingnya pada ayahnya, purna agak mencondongkan panggungnya ke bawah tangan kirinya diletakan di atas punggungnya dan tangan kanannya meraih tangan Ziea.

“Nama kamu purna?” tanya Ziea untuk memecah kebungkaman mereka.

“Iya…., lebih tepatnya Rivaldi purnama.” Ziea ingin melontarkan pertanyaan berikutnya namun terdahulu oleh perkataan purna, “Tapi aku lebih suka dipanggil Rivaldi oleh semua temanku lebih tepatnya ival.”

“Ival” nama itu terlontar begitu saja dari mulut Ziea.

“Iya, ada apa?” tanya purna.

“Ah, tidak ada apa-apa hanya saja aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya” jawab ziea seadanya.

“Bukankah kita memang sudah bertemu sebelumnya?” pertanyaan ival begitu mengejutkan bagi Ziea.

“Kamu masih ingat aku?” tanya balik Ziea, memastikan bahwa ival ini adalah ival yang selama ini Ziea impikan dan pikirkan.

“Tentu saja, bagaimana mungkin aku melupakan karya indahmu” jawabnya sembari tersenyum.

“Karya apa?” tanya Ziea.

“Waktu itu aku sedang mencari abrah kucing kesayanganku, aku lihat kamu ketiduran di halte sementara bis akan tiba jadi aku membangunkanmu, setelah kamu terbangun aku pergi lagi mencari abrah, saat aku hendak pulang melintasi jalan yang sama aku melihat sebuah lukisan di bawahnya tertera nama Ziea putri zainal abraham,” jelasnya.

Ziea baru teringat kejadian di halte, setelah kepergian Purna/Ival, dia menemukan sebuah kalung tergeletak, di raihnya kalung itu dari tanah terdapat liontin berwarna biru di situ tertera nama ival.

Setelah acara dansa selesai lagi-lagi ival pergi begitu saja meninggalkan Ziea tanpa sepatah kata terucap. Ziea sedikit kesal selalu saja pergi begitu saja.

“Malam ini adalah hari terbahagia bagiku, di bawah naungan sinar rembulan, aku ingin kalian semua menjadi saksi cintaku pada wanita paling spesial dalam hidupku” mendengar ucapan ival di atas panggung Ziea sangat inscrure.

Selama ini Ziea selalu memikirkan ival dan Ziea pikir ival menyukai dirinya ditambah setelah mendengar pemberitahuan dari zidan bahwa selama Ziea sakit ival tak pernah absen untun menjenguk, tetapi pada kenyataanya dia telah memiliki pendamping hidup rupanya dia hanya menyukai karyaku saja lirih Ziea dalam hati.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU