Tamu yang Sebenarnya

Hari ini, sepulang sekolah terlihat Naya tersenyum kepada ibunya sambil memamerkan piala pertamanya. Naya menjuarai lomba cipta puisi. Lalu gadis kecil itu memberikan kertas berisi karyanya untuk ibunya. Puisi tersebut berjudul “Separuh Hidupku”.

Ibu membaca sampai selesai dan terharu dengan kalimat, “Ibu dan aku bagaikan atap dan tiang. Bila tiangnya roboh, aku ikut roboh. Engkau satu-satunya yang mampu menopang hidupku, sampai akhir hayatku..” Mungkin, juri yang menilai perlombaan Naya seorang ibu juga. Maka dari itu puisi ciptaan anaknya menang, bisa saja hati juri tersebut tersentuh saat membaca keseluruhan puisi ciptaan Naya. Itulah yang ada dipikiran Ibu.

“Terimakasih ya sudah memberikan kejutan untuk ibu. Bagi ibu, Naya merupakan titipan paling berharga. Kami sudah mencintai Naya sebelum Naya hadir di dunia..” Ibu dan Naya pun berpelukkan. Tak terasa air mata ibu menetes, buru-buru ia mengusapnya sebelum Naya mengetahui.

- Iklan -

***

Pagi pun tiba, ibu bersiap untuk berangkat kerja, Naya ke sekolah menaiki sepedanya. Ibu tidak sempat antar jemput Naya karena jam kerjanya lebih awal dari jam sekolah Naya. Jadi, ibu harus berangkat lebih dulu. Ohiya, saat ini Naya duduk di bangku kelas 6 SD.

Disela-sela kesibukan di kantor, telepon ibu berdering. Ada panggilan dari suaminya. “Ayah, ibu lagi sibuk. Nanti ayah telepon lagi aja.” ucap ibu.

- Iklan -

“Gamau dengar kabar gembira nih?” “Kabar gembira apa?”

“Besok ayah pulang. Maaf kasih taunya mendadak, karena baru sempat kabarin.”

Senyum ibu mengembang sempurna. Setelah mengakhiri telepon, beliau melanjutkan pekerjaannya. Sebelum pulang, ibu membeli beberapa bahan makanan dan keperluan dapur lainnya. Lalu, Ibu segera pulang ke rumah.

- Iklan -

“Ibu kok baru pulang? Dari mana aja?” Tanya Naya, terlihat ia sedang makan cemilan. “Mampir ke supermarket tadi. Bakal ada tamu jauh datang kesini besok.” Jelas ibu.

Naya terkejut, ia segera menghampiri ibunya sambil membantu membawa belanjaan.

“Tamu jauh siapa? Tumben. Selama Naya pulang sekolah, enggak ada tamu yang datang. Ada sih, tapi kan jarang banget.” Ibu tidak menjawab pertanyaan Naya, ia sibuk menaruh belanjaan diatas meja.

“Sudah-sudah, sekarang bantuin beres-beres rumah!”

Naya melalukan perintah ibunya. Padahal, ia masih ingin menghabiskan cemilan tadi.

***
Hari esok pun tiba

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU