Momentary Relationship

“Okelah terserah, semoga keputusan yang kamu ambil adalah keputusan yang terbaik untuk kalian berdua.”

Setelah selesai bercerita, dia langsung berbicara kepada Rendi. Selang beberapa hari, Rini kembali bercerita mengenai kelanjutan hubungannya.

“Syah…” “Iya…?.”

- Iklan -

“Rendi nggak mau putus.”

“Terus gi mana? Kamu sama dia masih lanjut?.” “Iya, dia nggak mau putus.”

Setelah kejadian itu, mereka masih menjalin asmara sampai pada akhirnya tak terasa hubungan mereka sudah menginjak 3 tahun. Hingga pada suatu saat, Rini kembali bercerita kepadaku mengenai hubungannya yang mulai tidak baik-baik saja.

- Iklan -

“Syah…?” “Iya…?”

“Aku mau putus.” “Kenapa lagi?.”

“Aku takut jika aku meneruskan hubungan ini, Rendi bakal semakin sakit dengan sikapku yang dingin.”

- Iklan -

“Lalu?”

“Aku mau bicara sama dia kalau aku sudah nggak bisa meneruskan hubungan ini. Aku merasa nggak pantes buat dia. Dia sama aku itu beda, kayak langit sama bumi. Jadi, lebih baik aku sama dia putus aja.”

“Emmm…gimana ya…”

“Tapi pasti dia bakalan nolak buat putus sama aku.” “Nah, itu tau.”

“Apa aku deket sama cowok lain aja ya, biar dia benci sama aku terus dia mau putus sama aku dan ngelupain aku.”

“Ya Allah Rini!! Kamu bicara apa sih, kok bisa-bisanya punya pikiran kayak gitu.” “Ya mau gi mana lagi supaya dia benci sama aku.”

“Tapi ya nggak perlu membuat dia benci sama kamu juga, dia itu tulus sayang sama kamu, dia setia sama kamu. Wajar kalau dia nggak mau putus.”

“Ya aku tau kalau dia itu sayang sama aku, tapi aku nggak mau dia sakit lebih dalam.” “Ya tapi nggak gitu juga caranya. Kamu nggak usah repot-repot membuat dia benci sama

kamu. Kamu orang yang baik, mana bisa sih dia benci sama kamu?. Apalagi dia kan sayang sama kamu.”

“Ya harus gimana coba?”

“Coba pikirin lagi deh, pokoknya gak usah pakai cara bikin orang benci sama kamu. Gak boleh kayak gitu itu.”

“Emmm…”

Seusai berbincang mengenai hubungannya, Rini pun menghilang tanpa kabar. Selang beberapa minggu, Rini kembali bercerita kepadaku.

“Syah aku udah putus” “Hah?? Putus?”

“Iya, aku udah putus sama Rendi.” “Gimana ceritanya sih kok bisa putus?.”

“Aku bilang sama dia kalau lebih baik kita temenan aja.” “Terus dia mau?”

“Iya.”

“Tapi kalian masih bertukar kabar?” “Enggak.”

“Jangan bilang kamu blokir nomor dia biar kalian nggak bisa komunikasi?.” “Enggak…”

“Jangan bilang kalian putus sekaligus mutusin tali silaturahim?.”

“Enggak kok. Aku itu bilang sama dia, kalau mau chat aku yang penting-penting aja, kalau nggak penting gak usah chat.”

“Astaga, segitunya banget sih.” “Ya biar dia lupa sama aku”

“Emmm..ya udahlah. Eh, emangnya kamu udah bisa ngelupain dia?” “Ya masih belum. Tapi kan lama-lama nanti bakal terbiasa.”

“Okelah kalau gitu, semoga ini jalan yang terbaik buat kalian berdua.” “Iya…”

Akhirnya, mereka menjalani kisahnya sendiri-sendiri. Tidak saling bertukar kabar jika tidak penting dan saling menjadi penonton story satu sama lain. Dari cerita ini bisa kita ambil hikmah, bahwa janganlah kita membuang-buang waktu muda kita hanya untuk menjalani hubungan yang belum tentu jelas kepastiannya.

Perasaan sayang dan cinta yang sebenarnya adalah ketika kita sudah menjalani pernikahan. Hubungan yang dilakukan sebelum menikah, belum tentu bisa menjamin kita bisa bersama selamanya dengan pasangan kita. Jadi, manfaatkanlah masa muda kita untuk melakukan segala hal yang positif dan bermanfaat.

Penulis : Aisyah Febyanti Putri

Aisyah Febyanti Putri
- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU