Beranda blog Halaman 2585

Dinas Perpustakaan Berikan Kado Istimewa di HUT Kota Makassar

0

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Penghargaan Tertinggi Pelayanan Publik Nasional atau Top Terpuji (Top 45) dari KemenPAN-RB untuk Inovasi Sentuh Pustaka Dinas Perpustakaan Makassar menjadi kado Istimewa HUT Kota Makassar ke 414.

Tropi dan Piagam telah diserahkan oleh panitia ke Inovator dan Bagian Ortala sekretariat Daerah Kota Makassar di KemenPAN-RB, Kamis (04/11).

Penyerahan Penghargaan secara virtual oleh Menteri PAN-RB akan dilaksanakan pada tanggal 9 November 2021 dan bertepatan dengan hari jadi Kota Makassar ke 414.

“Terima kasih banyak untuk semua tim Internal dan Eksternal Sentuh Pustaka. Terkhusus Kaban Siswanta A Attas, Kadis Tenri Apalallo, Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca, Thato Amran Kudus,” ucap Tulus Wulan Juni Pustakawan Makassar.

“Penghargaan ini didedikasikan untuk semuanya dan tidak bisa saya sebut satu-satu yang telah ikut berjuang dalam pengembangan perpustakaan sekolah di Kota Makassar sesuai Standar Nasional Perpustakaan (SNP) melalui program Sentuh Pustaka atau akronim Semua Membantu Menghidupkan Perpustakaan,” sambungnya.

Program strategis ini telah di replikasi di beberapa daerah dan Kota Makassar sendiri di tahun 2023 menargetkan seluruh Perpustakaan Sekolah SD dan SMP terselenggara sesuai standar.

Semarak Dies Natalis FKM Unhas Ke-39, Momentum Launching Komitmen Wujudkan Kampus Sehat Unhas

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) melaksanakan Puncak Acara Dies Natalis Ke-39 dengan Tema “Optimalisasi Humaniversity Menuju World Class University untuk Ketahanan Kesehatan Bangsa”.

Kegiatan berlangsung di Pelataran FKM Unhas dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dan jumlah peserta yang dibatasi.

Kegiatan ini juga terhubung secara virtual melalui kanal Youtube Lab AVA FKM Unhas. Minggu (07/11).

Kegiatan ini dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, para wakil rektor, para dekan di lingkup Universitas Hasanuddin, beberapa dekan FKM Unhas pada masanya dan sivitas akademika FKM Unhas.

Rangkaian acara Dies Natalis FKM Unhas dimulai dengan jalan santai kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah.

Ketua panitia Dies Natalis Ke-39 FKM Unhas, Dian Saputra Marzuki, SKM., M.Kes dalam laporannya, menjelaskan rangkaian kegiatan Dies Natalis Ke-39 FKM Unhas yang telah dilakukan.

“Sebelum acara puncak terdiri dari lomba seni virtual, webinar tingkat nasional dan internasional, serta pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Lakkang,” paparnya.

Lebih lanjut, Berbagai capaian FKM Unhas selama satu tahun turut disampaikan oleh Dekan FKM Unhas, Dr. Aminuddin Syam, SKM., M.Kes., M.Med.Ed. dalam sambutannya

“Setahun ini, FKM Unhas telah membuka tiga program studi baru pada jenjang magister. Program Studi Doktoral dan Program Studi Magister MARS juga telah terakreditasi A Unggul. Tahun ini, empat prodi sedang mengusung Akreditasi Internasional ASIIN,” jelas Aminuddin.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Dwia Ariestina Pulubuhu, MA memberikan apresiasi atas capaian kinerja FKM Unhas. Ia mengatakan, FKM Unhas memberikan atmosfer organisasi yang sehat.

“Selamat Ulang Tahun Ke-39, FKM luar biasa, suasana sehat jasmani dan rohani terlihat. Prestasi FKM juga sangat luar biasa, ini menunjukkan FKM memiliki SDM yang berkualitas, salah satunya FKM banyak terlibat dalam proyek revitalisasi lingkungan unggul,” ungkap Prof Dwia.

Launching komitmen bersama untuk mewujudkan kampus sehat juga turut menyemarakkan acara puncak yang di komitmen kan oleh Rektor Unhas dan Para Dekan Fakultas di Lingkup Universitas Hasanuddin. Acara puncak diakhiri dengan hiburan oleh mahasiswa FKM Unhas dan pemberian door prize kepada peserta kegiatan.

Dies Natalis ke-39, FKM Unhas Luncurkan Kampus Sehat

FAJARPENDIDIKAN.co.id – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin merayakan puncak Dies Natalis Ke-39 dengan mengusung tema “Optimalisasi Humaniversity Menuju World Class University untuk Ketahanan Kesehatan Bangsa”.

Kegiatan berlangsung di Pelataran FKM, Kampus Unhas Tamalanrea dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 ketat. Acara juga terhubung secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Minggu (07/11).

Hadir dalam kegiatan Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., para Wakil Rektor, para Dekan di lingkup Unhas, dan beberapa dekan FKM Unhas pada masanya serta sivitas akademika FKM Unhas.

Mengawali kegiatan, Ketua Panitia Dian Saputra Marzuki, SKM., M.Kes., menjelaskan beberapa rangkaian kegiatan yang telah dilakukan dalam rangkaian Dies Natalis.

Mom, Ini 7 Tanda Anak Memiliki IQ Tinggi

0

IQ tinggi banyak dimiliki oleh ilmuwan dunia, salah satunya Isaac Newton. Isaac Newton memiliki IQ sekitar 192. Padahal ibunya tidak menyangka kalau anaknya akan tumbuh menjadi seorang cerdas, mengingat ayahnya hanyalah seorang petani.

Ada beberapa penelitian yang juga mengungkapkan, bila anak yang cerdas lahir dari ayah dan ibu yang cerdas. Tetapi menurut Mensa, “anak IQ tinggi” bisa dikenali orang tua. Anak-anak yang cerdas menunjukkan beberapa ciri berikut seperti yang dilansir dalam laman learningliftoff.com.

Tanda-tanda anak dengan IQ tinggi:

1. Selera humor

Sejawaran sering berkomentar tentang selera humor cerdas Abraham Lincoln. Ketika dituduh bermuka dua dalam debat presiden, Lincoln menjawab, “Jujur, jika saya bermuka dua, apakah saya akan menunjukkan yang ini kepada Anda?”

Banyak kutipan Winston Churchill yang paling terkenal adalah sindiran lucu yang mengungkapkan kecerdasannya. Meskipun humornya bisa memotong, ia juga memiliki cara dengan kata-kata. “Mengakhiri kalimat dengan kata depan adalah sesuatu yang tidak akan saya lakukan,” candanya. Jangan mengecilkan selera humor anak, itu bisa menjadi tanda kebesaran.

2. Kemampuan musik

Studi menunjukkan hubungan antara menjadi musik dan cerdas. Peneliti juga percaya bahwa anak-anak mendapat manfaat akademis ketika mereka menerima pendidikan musik.

Semua orang tua harus mengekspos anak-anak mereka ke musik di usia muda, bahkan jika mereka tidak memiliki bakat musik tertentu. Para peneliti percaya bahwa pelatihan musik berdampak pada otak dan membuka kemampuan untuk berpikir kreatif.

3. Menetapkan standar tinggi

Anak-anak yang cerdas dan orang dewasa yang sukses cenderung menetapkan standar yang tinggi untuk diri mereka sendiri.

Mereka memiliki kebutuhan naluriah untuk meningkatkan dan berbuat lebih baik di bidang yang penting bagi mereka. Dorongan ini juga membantu mereka dalam mempelajari keterampilan baru dan mata pelajaran sekolah dengan kemampuan terbaik mereka. Menjadi terlalu fokus pada bidang minat tertentu juga bisa menjadi tanda IQ tinggi.

4. Bicara dengan orang dewasa

Anak-anak berbakat sering digambarkan sebagai “dewasa kecil” karena kedewasaan awal mereka, kesadaran yang lebih besar dari peristiwa terkini dan kecenderungan mereka untuk mengobrol dengan orang dewasa dibandingkan anak-anak lain.

Seorang anak yang sangat cerdas mungkin adalah orang yang mengobrol dengan orang dewasa di pesta ulang tahun daripada bermain dengan anak-anak lain. Menikmati percakapan dan berbicara tentang berbagai mata pelajaran juga merupakan tanda kecerdasan pada anak-anak.

5. Rasa ingin tahu

Menurut Harvard Business Review, “Rasa ingin tahu sama pentingnya dengan kecerdasan.” Dan memiliki pikiran ingin tahu adalah indikator kesuksesan yang baik. Anak-anak yang banyak bertanya menunjukkan keinginan bawaan untuk belajar.

Saat mereka mencari kesempatan untuk belajar di manapun mereka berada, mereka semakin mengembangkan pikiran dan kecerdasannya.

6. Memori luar biasa

Jelas, ingatan yang baik penting bagi anak untuk belajar dan menyimpan informasi baru, baik di sekolah maupun di rumah. Menurut psikologi dan penulis bernama Packiam Alloway, “Ingatan kerja tidak hanya terkait dengan pembelajaran (dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi), tetapi juga untuk pengambilan keputusan dalam aktivitas sehari-hari.”

7. Keterampilan membaca awal

Menurut penulis esai Inggris, Joseph Addison, “Membaca adalah untuk pikiran seperti halnya olahraga bagi tubuh.”

Rata-rata, anak-anak yang sangat cerdas mulai membaca penglihatan sebelum usia empat tahun. Sementara kebanyakan anak-anak mendekati usia enam atau tujuh tahun baru bisa lancar membaca.

Ada banyak tahapan membaca, dan anak-anak harus belajar mengenali serta memahami kata-kata sebelum mereka dapat mulai belajar sendiri. Beberapa anak mungkin menemukan kesenangan membaca di kemudian hari, tetapi begitu mereka mulai membaca, anak-anak cerdas sering kali lebih terpikat.

Angsa Merah

0

Perempuan itu menari di atas lumpur yang kotor. Wajahnya sangat bahagia hingga dia terus tersenyum. Memercikkan lumpur ke segala arah. Jalan kecil di ibu kota kerajaan sangat sepi.

Hanya dia dan suara gemercik lumpur yang memenuhi udara. Jarinya sangat lentuk mengikuti tangannya yang luwes. Tidak ada nyanyian, hanya ada senandung indah dan tarian itu sendiri.

Seorang wanita yang menggunakan baju pelayan terlihat berlari dengan tergesa-gesa menuju gadis tersebut.

“Tuan putri, mohon hentikan!” seru wanita pelayan itu.

Perempuan yang merupakan seorang putri tetap menari tanpa memperdulikan pelayannya. Gaun putihnya yang gemerlap menjadi sangat kotor, tetapi tidak ada satu pun kecantikan sang putri yang berkurang.

“Tuan putri tolong hentikan sebelum ada warga yang melihat!” pelayan wanita berseru kembali. Merasa sang putri tidak akan berhenti, pelayan wanita berlari keluar dari jalan kecil tersebut.

Tidak berapa lama setelah kepergian pelayan wanita, sang putri berhenti dengan wajah yang masih tersenyum. Bukan pergi dari jalan kecil itu, melainkan merias wajahnya dengan lumpur. Siapapun yang melihat akan menganggap bahwa sang putri adalah perempuan yang gila.

“Para angsa bernyanyi~ para angsa menari~ para angsa tenggelam di lumpur dengan suka cita~”

Dengan nada yang ceria, sang putri mulai bernyanyi. Melompat-lompat sambil memutar. Lumpur yang kotor dan bau mulai mengering di wajahnya. Hari sangat cerah, angin musim panas bertiup menerbangkan rambut hitam sang putri.

Di tengah nyanyian sang putri. Terdengar bunyi baja yang bergesekan dengan jalan mendekati arah sang putri, namun sang putri tetap bernyanyi. Tak berapa lama, sekitar 5 prajurit dan 4 pelayan mengerumuni sang putri. Salah satu pelayannya adalah wanita yang tadi.

“Tuan putri, mari kita pulang!” perintah salah satu prajurit.

Sang putri menghentikan nyanyiannya. Dia masih saja tersenyum. Walaupun pakaian dan tubuhnya kotor karena lumpur, sang putri tetap menawan layaknya berlian.

“Gendong aku!” pinta sang putri dengan manja.

Salah satu prajurit maju dan menggendongnya bak ala pangeran negeri dongeng. Sang putri tertawa senang sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Mereka semua mulai berjalan menjauh dari jalan kecil itu, dalam diam dan hanya ada suara langkah kaki dengan baja berat dan sepatu dari para pelayan.

“Sebuah lumpur muncul dari tanah di musim panas~ Kakek menyuruh cucunya untuk bermandi di sana~ Kakek berkata bahwa dia akan membuat keajaibannnn~”

Orang-orang di sekitar sang putri tidak terkejut dengan sikapnya yang kekanak-kanakan. Mereka berjalan dengan wajah tanpa ekspresi, melewati jalan sisi ibu kota yang jarang dilalui oleh orang lainnya.

Sang putri berhenti bernyanyi ketika istana yang berlapis emas mulai muncul di matanya. Sangat menyilaukan tetapi juga sangat indah. Istana itu berada di ujung ibu kota. Semua orang di ibu kota dapat melihatnya dari rumah mereka, bahkan seekor semut pun dapat melihat istana yang berdiri dengan megah.

Sangat kokoh sampai orang-orang akan menganggap jika istana tidak akan hancur sekalipun diinjak oleh seorang raksasa.

“Oh tuan putri kami yang sangat cantik!” seorang pelayan pria mendekati mereka dengan terburu-buru begitu mereka masuk ke dalam istana.

“Pria kumis lucu, pria kumis lucu, saya memang sangat cantik!” balas sang putri dengan semangat.

“Tuan putri kita sangat lah cantik! Semua orang akan selalu terpesona dengan kecantikan putri istana ini!” pelayan pria itu merespon dengan tenang.

Sang putri tersenyum puas dan bangga. Dia mulai turun dari gendongan prajurit itu, dan berjalan sambil melompat-lompat menuju kamarnya. Bahkan saat dirinya mandi, dia bersenandung tanpa henti. Para pelayan akan membalasnya dengan kata-kata pujian, dan sang putri akan tersenyum dengan senang.

Kemudian, aktivitas sang putri akan berlanjut dengan acara makan malam bersama keluarganya, sang raja, sang ratu, dan kedua pangeran yang merupakan sepasang adik kembar.

“Sembilan hari lagi kita akan mengadakan pesta dansa dengan mengundang banyak bangsawan untuk acara pernikahan kami berdua yang ke dua puluh delapan.” Sang raja mulai membuka percakapan.

Dia memegang tangan sang ratu dan mengelusnya dengan lembut. Sang ratu tersenyum kecil kepada sang raja.

“Aku sangat iri karena kalian sangat romantik!” puji sang putri.

“Kamu juga suatu saat nanti akan mendapatkan pasangan hidup yang akan selalu bersama sampai iblis mengusir kalian dari neraka karena iri dengan keromantisan kalian.” Balas sang ratu, dia membelai rambut putri kebanggaan kerajaan mereka.

“Kalau begitu aku juga akan selalu bersama dengan ratuku sampai Tuhan dan para malaikat membenci kami karena cinta kami yang indah!” salah satu pangeran menyahut.

“Aku juga! Pasti alam baka akan menendang kami karena keindahan hubungan kami!” pangeran lainnya membalas.

Sang raja, sang ratu, kedua pangeran mulai tertawa, sedangkan sang putri memiringkan kepalanya. Apa yang menyenangkan dari mempunyai seorang kekasih, tanya sang putri. Ucapan sang putri tidak terdengar karena mereka semua sibuk tertawa dengan keras hingga

memuncratkan ludah. Para pelayan lainnya juga diam dan tetap sibuk menyiapkan makanan untuk keluarga raja mereka.

Setelah selesai makan malam, sang putri mulai menari kembali di taman. Di bawah sinar bulan sabit dia menari dengan indah. Angin malam tidak membuatnya gemetar. Bahkan ini lebih indah ketika daun-daun yang tertiup mengitari tubuhnya.

Tanpa alas kaki dan busana tidur yang tipis. Tidak ada pelayan, prajurit, atau keluarganya yang meneriaki menyuruhnya untuk berhenti. Tukang kebun sekalipun tidak menampakkan dirinya, bagaikan hari ini adalah hari yang sengaja diciptakan oleh Tuhan untuknya.

Tiba-tiba terdengar alunan suara musik di telinga sang putri, sangat lembut dan menenangkan. Seperti itu adalah suara dari alat musik petik. Sang putri telah menghentikan tariannya.

Dia mencari dari mana suara musik itu berasal. Suara itu berasal dari luar istana. Sang putri segera memanjat dinding pembatas yang tinggi itu. Tangannya sangat kuat memegang batu-batu di dinding pembatas.

Tubuh putih nan lembut itu mulai lecet ketika sang putri mulai memanjat. Tidak ada prajurit penjaga yang melihat atau lewat, ah, dia sangat yakin bahwa hari ini memang hari yang sengaja diciptakan Tuhan untuk dirinya.

“Wahhhh!”

Panggung Arwah

0

Pagi yang cerah serta kicau burung telah mengantarkanku untuk mengawali aktivitas hari ini. Seperti biasa, sebagai seorang mahasiswa sudah menjadi kewajiban untuk kuliah tepat waktu agar tugasku sebagai seorang mahasiswa dapat terpenuhi seluruhnya.

Pantang bagiku untuk bolos kuliah, apalagi jika bolos kuliah hanya digunakan untuk sekadar nongkrong-nongkrong tak jelas.

Ya, begitulah memang seharusnya jika ingin menjadi mahasiswa teladan. Namun kali ini aku datang lebih awal. Tepat pukul 6.30 WIB, aku sudah berada di kampus.

Bukan tanpa alasan, melainkan ada hal yang ingin aku telusuri. Tepat depan aula aku bertemu dengan seorang pegawai kebersihan kampus.

“Pak, boleh saya pinjam kunci aula?” tanyaku kepadanya.

“Silakan tunggu sebentar ya, karena Bapak lupa simpan kuncinya, bapak akan cari kuncinya dulu di loker.” Pegawai kampus mempersilakanku untuk menunggu depan pintu aula.

“Oh gitu, ya, baik Pak. Saya tunggu di sini ya.” Aku menunggu sambil melangkahkan kaki menuju mading kampus yang ada di sebelah ruang gedung C: mes para pegawai kampus yang terlihat sepi.

“Semoga aja ada info beasiswa nih, kan lumayan buat nambah-nambah biaya kuliah kalo menang.” Langkahku semakin dekat menuju mading yang hanya tertempel di dinding dengan konsep ala papan tulis.

Aku membaca judul berita yang membuat mataku terbelalak: “Bunga Alinara, Mahasiswa Semester 5 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sukses Menghidupkan Kembali Tokoh Nina di Panggung Teater Pentas Drama Angkatan 17”. Di bawah judul besar itu ada foto orang dengan selendang warna merah dan rambut panjang terurai.

“I-ini tidak mungkin! Siapa yang buat berita semacam ini?” Jeritku tertahan sembari menggelengkan kepala serta mata yang melotot menentang keras selembar kertas berwarna hijau itu.

Beberapa pasang mata yang sedang menikmati segelas kopi di bawah pohon rindang melihat ke arahku. Aku kembali merasakan hawa dingin membalut tubuhku. Tengkukku merinding.

“Bagaimana bisa berita ini mengatakan bahwa Bunga ada di sana dan memerankan Nina?” Tanganku bergetar menahan sergapan rasa takut.

“Orang di dalam foto ini bukan Bunga!”

Benakku seolah tak menerima dengan apa yang baru saja kubaca. Lantaran tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

“Kang, ini kuncinya.” Suara pak Jimin yang sejak tadi mencari kunci di loker. Namun aku tak menggubrisnya.

“Kang?” sapanya dengan lembut.

“Hey, Kang?” Kali ini suaranya mengeras sembari menepuk pundakku.

“Eh, Bapak ngagetin aja.” Detak jantungku berdegup kencang, sungguh menarik nafas dalam-dalam.

“Lagian akang melamun sih, emangnya mau ngapain kang di Aula?”

“Hmmmmm, i.. ini pak mau ngambil, hmmmm ngambil sesuatu pokoknya pak.” jawabku sedikit gugup.

“Sesuatu apa kang?” Gelagatnya penasaran.

“Ah, bapak pengen tau aja. Rahasia dong pak hehe…” Kucoba mengalihkan perhatiannya.

“Ah, yasudahlah, nanti kalo sudah, kuncinya simpan saja di pos depan ya, bapak mau mandi dulu, belum mandi nih dari kemarin”.

“Oke siap Pak, mandi yang bersih ya Pak biar gak bau, haha…” ucapku tak lagi digubris. Pak Jimin bergegas menuju kamar mandi yang letaknya tak jauh dari gedung C yang bersebrangan dengan gedung D.

Sementara itu, aku mulai membuka pintu Aula yang sejak tadi terkunci. Lalu berjalan melewati kursi-kursi yang belum dibereskan sejak pementasan itu berakhir, terlihat berserakan. Kakiku melangkah lagi menuju pojok kanan aula yang masih terpasang tirai hitam bekas pementasan.

Beberapa alat musik dan properti tampak berserakan, seperti habis diacak-acak dan dibiarkan begitu saja, padahal malam itu sudah kuinstruksikan untuk setidaknya dirapikan walaupun tak langsung dibawa atau dipindahkan ke luar Aula.

“Uh, parah ini! Nampaknya perkataanku kurang didengar,” gumamku. Aku meninggalkan pojok kanan Aula dan berbelok ke ruang belakang.

Terlihat sebuah kardus, kuambil satu gulungan kain berwarna merah dan membentangkannya. “Ah, bukan yang ini,” kuletakkan kembali di tempat semula.

Saat menjangkau tumpukan kardus yang lebih tinggi, kurasakan ada yang aneh di balikku. Sehingga kuurungkan niat untuk menjangkau kardus itu. Karena rasa penasaran tak dapat dibendung, aku berdiri dan memutar badan ke belakang.

Elgarion

0

Embun di pagi buta menyejukan semesta. Matahari bersinar terang membawakan keceriaan di hari senin pagi. Segelas susu hangat berada di tangan kanan ku, dan satu piring sarapan pagi ada di atas meja.

Kacamata, baju putih, serta dasi dan celana abu-abu melekat di tubuh ini. Nama ku Elgara Saros. Aku masih duduk di kelas sebelas SMA. Sekarang kantin masih sangat sepi karena waktu menunjukan pukul enam pagi.

Setiap pagi hari, aku memang selalu duduk sendiran di kantin, dengan makanan yang sudah disiapkan dari sana. Kedua orang tua ku selalu saja bertengkar di rumah, hal itu yang membuat ku merasa tertekan bila berada di tempat yang disebut rumah, namun nyatanya hanyalah penjara.

“Elgara, good morning bestay,” suara seorang pria tampan dan rempong menggelegar di kantin yang sepi. Hanya terdapat bu kantin saja. Pria itu memang benar-benar bobrok jika aku berada di sisinya.

“Wih sarapan, bagi sedikit,” ucapnya lalu memakan sarapan yang ada di atas meja. Aku hanya bisa menggelengkan kepala saja. Untungnya segelas susu murni masih ada di tangan ku, jadi masih aman dari jangkauan pria tampan pemain basket itu.

Dia adalah sahabat ku dari kecil. Kami tumbuh bersama. Duduk di bangku sekolah dasar yang sama, sekolah menengah pertama yang sama, sampai sekarang di sekolah menengah atas yang sama. Aku sangat tertutup pada orang lain, sementara dia sangat-sangat terbuka pada orang lain.

Kami bagaikan introvert dan ekstrovert yang bersahabat. Kalau ada sesuatu saat aku diam saja, pasti sahabat ku yang akan angkat bicara. Dia segalanya. Sebut saja namanya Orion, seorang athlete basket yang digandrungi banyak wanita.

Orion selalu terlihat gagah perkasa di depan teman-temannya, terutama para cewek. Namun kalau sudah di depan ku, dia terlihat seperti anak kecil yang butuh kasih sayang. Usia Orion lebih muda dari ku. Jarak usia kami sekitar beda satu tahun saja.

“Gar. Jangan datang pagi-pagi apa. Kan gue jadi ikut pagi,” aku hanya bisa menggelengkan kepala saja. Siapa suruh datang pagi. Aku sama sekali tidak memintanya datang pagi. Dia saja yang inisiatif untuk datang pagi.

“ELGARA jangan diam dong.”

“Apa sih. Gue nggak nyuruh lo ya.” Jawab ku.

“Nggak setia kawan kalau gue nggak datang pagi juga.”

Aku menghela nafas gusar, pusing dengan tingkah laku manusia yang ada di sisi ku ini. Tingkahnya random sekali. Di luar terlihat jantan dan kuat, namun di mata ku tetap saja sebagai Orion si anak kecil yang manja.

***

Langit berubah menjadi kelabu. Ada seorang anak pindahan dari Negara Amerika Serikat. Pria itu memiliki rambut blonde yang indah, mata berwarna biru, kulit putih, postur tubuh yang bagus, idaman para cewek-cewek. Sepertinya dia blesteran, namun wajahnya dominan Amerika.

“Hello, perkenalkan nama gue Exelio, biasa di panggil Exel. Gue pindahan dari Michigan, USA. Salam kenal,” semua peserta didik menatapnya dengan tatapan kagum. Aku dan Orion duduk dengan posisi depan belakang. Orion di belakang, sementara aku di depannya. Guru yang mengatur.

Guru menyuruh Exel duduk tepat di sebelah Orion, karena di sana ada kursi kosong yang orangnya juga sudah pindah.

Mereka berdua berkenalan dengan riang gembira. Aku pun juga ikut berkenalan dengan pria bule itu. Sifatnya juga hampir sama dengan Orion. Pria bule itu juga bermain basket.

Waktu terus bergulir sampai tidak terasa kalau sekarang adalah waktunya untuk pulang. Biasanya Orion mengantar ku ke rumah menggunakan sepeda motornya, namun saat kaki ini sampai di parkiran, yang ku dapati adalah Orion tengah bersenda gurau dengan teman barunya. Exelelio.

“Elgara. Sini,” Orion membuat ku melangkahkan kaki ke sana. Keberadaan ku di sana membuat Exel canggung sendiri. “Gue mau main ke rumah Exel, lo mau ikut?”

Aku terdiam, mengalihkan pandangan ke arah Exel yang tersenyum kikuk. “Nggak usah, gue mau pulang. Kalian main aja nggak papa,” ucap ku dengan senyuman. Entahlah senyuman apa ini artinya.

“Nggak papa?”

“Iya nggak papa, gue juga mau ke toko buku dulu. Lo nggak usah khawatir gue pulang naik apa ya. Nikmati waktu kalian,” ucapan ku barusan membuat Orion tersenyum senang. Pria itu menyalakan motor, sementara Exel langsung mendudukan bokong tepat di belakang Orion.

Motor besar dengan suara yang menggelegar melesat keluar dari gerbang tinggi berwarna hitam, SMA Garuda. Tentu saja menyita perhatian dari beberapa manusia yang ada di sana. Ku kira Exel membawa motor atau mobil, ternyata tidak.

Ini akan menjadi hari yang melelahkan. Soal toko buku, aku berbohong pada Orion. Sebenarnya aku ingin pulang. Tidak mampir ke toko buku. Hanya untuk alibi supaya Orion tidak khawatir karena jarak toko buku dan sekolah dekat.

Bus sekolah membawa ku menuju rumah. Hanya sampai di depan jalanan saja. Untuk menuju komplek, aku harus berjalan lagi. Biasanya pulang bersama Orion, namun sekarang sendirian. Sedikit menyedihkan.

Rumah. Tempat untuk istirahat dari semua aktivitas. Namun bagi ku, rumah ini hanyalah malapetaka. Aku melihat papah ku tengah duduk sambil menonton pertandingan basket. Ini adalah bagian yang paling aku takutkan. Yaitu ketika papah menonton pertandingan olahraga.

Kehidupan yang Tidak Bisa Ditebak

0

“Lihatlah dirimu sendiri, maka kau punya berbagai gagasan atau prinsip untuk menghubungkan mu keruangan yang pantas untuk dirimu sendiri”.

Jangan kira gampang untuk menjalani hari seperti aku! Setiap hari harus menahan emosi karena mendapat intimidasi dan perlakuan kurang mengenakkan dari teman kampus yang seharusnya menjadi contoh dan tempat keteladanan mahasiswa yang berpendidikan.

Kuceritakan sedikit pertemuanku dengannya, dia yang sedari menit lalu bersamaku. Aku terus memandangnya, dan dia tidak (memandangku).

Sama seperti hari ini, baru saja aku masuk ke ruangan, sosok menyebalkan ini sudah berdiri di hadapanku dengan sikap sombongnya. Cowok yang diidolakan dan sangat diingini para wanita itu tiba-tiba menambarak aku.

Sosok itu namanya Damar Aryan. Ia merupakan ketua Komting sekaligus juara kampus, prestasi yang seharusnya membuat mahasiswa itu rendah hati.

Namun yang ada tingkahnya malah membuat beberapa dari mereka anti terhadapnya karena sangat suka menindas, dan aku adalah salah satu korban penindasan favoritnya.

“shit… “! teriaknya he..Lho… sengaja ya di depan gue, ingin dekat dan bisa bersentuhan dengan gue. (bentaknya kasar)

Aku hanya memandanginya heran..”!

“Apa…lihat…lihat.. belum pernah lihat cowok tampan seperti aku ha..,”! teriaknya masih dengan amarah.

Aku masih saja terdiam gugup dan dalam posisi duduk dilantai, karena dia menabrak ku sampai jatuh.

“Dasar wanita gatal, minggir dari hadapan ku, teriaknya lagi membuat kuping ku makin panas.

Huuu.. “! teriak beberapa orang di sekeliling ku sambil tertawa membuat jempol terbalik ke bawah.

Lihatlah kawan.. sang Cinderella ingin melamar seorang pangeran dan bersimpuh di depannya, katanya terus melontarkan hinaan. membuat orang sekelilingku makin asik mengejek dan meneriaki aku.

Aku lalu berdiri dan pergi dari situ, tak sepatah katapun terucap dari bibirku.

Berawal dari Halte

0

Pagi ini Ziea sangat bahagia setelah menerima telepon, kenapa? karena impiannya sebentar lagi akan tercapai tapi, kebahagiaannya tidak terlalu lengkap sebab keluarganya tidak ada yang bisa ikut, ibunya sedang tidak enak badan.

Kakak-kakaknya ada urusan mendadak di luar negeri alhasil Ziea harus pergi sendiri biarpun sendiri Ziea tetap semangat karena ini adalah salah satu kegemaran almarhum ayahnya, Ziea sangat ingin menjadi seorang pelukis.

Ziea Putri Zainal Abraham dia seorang gadis cantik, polos dan juga baik hati di tahun ini dia mendapatkan kesempatan untuk menghadiri undangan acara pameran lukisan berkat tekatnya yang gigih Ziea berhasil memenangkan hati para juri dan terpilih sebagai peserta terfavorit di kala itu.

Untuk pertama kalinya Ziea pergi tidak menggunakan pesawat melainkan dengan menaiki bis. Yah Ziea bukan hanya cantik dan baik dia juga berasal dari kalangan berada tak heran jika dia merasa bosan pergi ke sana—kemari menaiki pesawat, kali ini dia ingin mencoba hal baru mungkin ini akan menjadi pengalaman terbesar bagi hidupnya.

Butuh waktu cukup lama untuk Ziea berdiam diri di halte, 29 menit ia menunggu dan bis tiba di hadapannya. Ziea lebih memilih duduk di samping jendela agar leluasa saat ingin melihat jalanan luar, di bis penumpang hanya sedikit jadi Ziea duduk sendiri padahal dia berharap di dalam bis dapat berkenalan atau bertukar cerita dengan orang lain yang bersedia menjadi temannya.

Krekkkkk…krekkkkk

Suara handphonenya berdering, Ziea membuka tasnya dilihat ibunya memanggil, dengan cepat Ziea mengangkatnya.

“Assalamualaikum cantiknya putri ibu” suara di seberang terdengar samar namun penuh kelembutan.

“Waalaikumsalam bu, semua orang tua pasti akan mengatakan hal itu pada anaknya bu” gurau Ziea, terdengar suara ibu Ziea tengah tertawa kecil.

“Kamu ini bisa saja membuat ibu bahagia” senyumnya di seberang ia berikan pada putri satu-satunya, “sekarang ada di mana cantik?” lanjut ibunya bertanya.

“Sudah di dalam bis bu masih dalam perjalanan mungkin membutuhkan waktu beberapa jam untuk sampai ke sana” jelas Ziea pada ibunya.

“Ibu merasa sangat khawatir denganmu. Bukankah acaranya 2 hari lagi? Ibu sudah enakkan badannya kamu berhenti saja di sana biar ibu dan kakak mu susul kebetulan kakakmu diundur keberangkatannya terus kamu juga harus…. ” belum saja ibunya selesai Ziea mengeluarkan suaranya dengan penuh kelembutan.

“Sudah ibu, Ziea tidak masalah sendirian ibu doakan saja agar ziea sampai tujuan dengan selamat.”

“Ibu pasti akan doakan yang terbaik untukmu, tapi hari ini ibu merasa sangat cemas.”

“Ibu istirahat saja” pinta Ziea.

“Ya sudah jika ada sesuatu telepon saja ibu!” pinta balik ibu Ziea.

Malam begitu gelap semua orang terlelap dalam dekapan masing-masing, lain halnya Ziea yang hanya memandangi jalanan melalui jendela bis, ketenangan dan kedamaian Ziea rasakan saat itu, pemandangan malam hari tidak kalah indahnya dengan pemandangan pagi hari ucapnya dalam hati.

Kenyamanan itu tidak berlangsung lama tiba-tiba saja bis mengamuk tak karuan enggan menurut pada pengendalinya, melaju cepat tiada henti berlari ke sana-kemari sampai tiba di sebuah lembah dan..

AAAAaa…. Teriakan para penumpang mulai menggelegar ke penjuru arah seketika kedamaian menghilang. Malam itu di jalan cempaka nomor 29 seluruh penumpang bis berserakan keluar menyelamatkan diri kecuali Ziea.

“Bangun!” gertak seorang pemuda tampan di hadapan Ziea.

Ziea tersentak dengan suara pemuda tersebut dengan cepat Ziea bangkit dari atas rumput tubuhnya penuh lumpur, rambut panjangnya tak karuan, wajahnya juga dibalut oleh tanah kering.

“kamu siapa?” tanya Ziea setelah bangkit dari tempatnya. Tanpa menjawab pertanyaan Ziea pemuda itu pergi begitu saja menengok ke kanan ke kiri sesekali dia pandang ke belakang.

Ziea merasa heran dengan tingkah pemuda itu membangunkannya dengan kasar lalu pergi begitu saja.

Dimana aku ? Sepertinya aku tersesat di hutan ini Ziea tidak tahu sekarang dia ada di mana entah harus pada siapa dia meminta bantuan di tempat sunyi seperti itu lebih baik aku meminta bantuan pada lelaki tadi saja lanjutnya sambil berlari kecil mengejar pemuda tadi.

“TUNGGU…. Hey tunggu!”

Teriakan Ziea tidak di dengar oleh pemuda itu lebih tepatnya dia tidak ingin mendengar teriakan dari Ziea hingga pada akhirnya Ziea mengeluarkan teriakan ketakutannya.

“AAAAaa…. tolong…… tolong…. ” Teriakan ini berhasil mengalihkan pemuda tadi ke belakang.

Semoga pemuda itu kemari membantuku keluar dari tempat ini dan menyingkirkan hewan di hadapanku bisik Ziea dalam hati.

Ziea pikir pemuda itu berlari ingin membantunya tapi nyatanya salah, pemuda itu hanya mengambil kucing berwarna biru berbulu tebal dengan mata biru sangat tajam dihiasi juga pada lehernya kalung disertai liontin sepotong Love berwarna biru di hadapan Ziea, setelah mengambil nya pemuda itu pergi begitu saja meninggalkan Ziea.

Ziea tidak habis pikir lelaki itu lebih memilih hewan dari pada dirinya. Apa boleh buat tidak ada pilihan lain bagi Ziea selain mengejar kembali pemuda itu.

“Tunggu….! aku mohon tolong bantu aku” kali ini Ziea bukan di belakang pemuda itu melainkan disamping-Nya dengan tegas pemuda itu menolak permintaan Ziea.

“Pergi!”

Ada Apa Denganku?

0

Kriiing kriing……

kulihat alarmku, ternyata sudah jam 07.00. “Oh tidak aku akan terlambat” seruku dengan sangat terkejut. “Mana pelajaran Bu Rani paling pertama lagi”, kataku. Bu Rani adalah guru fisika

sekaligus guru tergalak disekolahku, semua murid selalu tertib di hadapannya.

Dengan segera aku bangkit dari kasurku yang sangat empuk ini, dan langsung mengganti baju tanpa mandi, setelah itu aku mengemas barangku dan langsung pergi ke sekolah dengan perut kosong. Aku pergi menaiki bus, yang memakan waktu sekitar 15-20 menit untuk ke sekolahku.

Sesampai di sekolah, aku melihat seseorang berpakaian seragam yang tampak asing sedang kebingungan sambil berjalan-jalan di sekolahku. Tepat setelah itu aku melihat dari ujung ada Ibu Rani sedang berjalan menuju kelasku juga. Aku langsung dengan segera berlari ke kelasku. Dan dengan untungnya aku sudah berada di kelas sebelum Bu Rani berada di kelas, “Wah betapa untungnya aku kali ini”, kataku.

Begitu Bu Rani masuk ke kelas, ada seorang murid asing tadi di sebelahnya. Kami semua tampak bingung, “Siapa dia ini,” bisik beberapa temanku.

“Selamat Pagi semua, ini adalah anak baru di kelas kalian, dia baru saja pindah dari CR High School.” Kami semua terkejut sesaat karena itu adalah sekolah terbaik di sana, murid-muridnya memiliki nilai rata-rata yang sangat tinggi, dan hampir semua muridnya pernah mengikuti lomba tingkat internasional.

“Silakan perkenalkan diri”, kata Bu Rani kepada anak baru itu.

“Sela..mat Pagi semua…. Eh Sa..ya James da..ri CR High School”, katanya dengan terbata-bata.

“Tidak heran kenapa ia terbata-bata, sudah jelas dari CR school”, bisik teman dibelakangku.

“Tapi kalau dilihat-lihat dia juga sangat tampan bukan,” balas temanku yang lain

“iya juga ya,” balasnya lagi.

Dengan tegas Bu Rina langsung menegur nama kedua temanku itu karena pembicaraan mereka yang mengganggu kelas, mereka terdiam dan duduk dengan rapi.

“Karena ini hari pertamamu, kau boleh duduk di sebelah Caren” kata Bu Rani.

Dia menuju ke arahku dan duduk di sebelahku, jujur saja aku merasa biasa saja walaupun dia adalah anak baru.

Saat kelas berlangsung, tampaknya james kebingungan akan penjelasan Bu Rani, dia seperti tidak mengerti apa yang dibicarakan Bu Rani, padahal kudengar materi ini sudah didapatkan para murid CR School sedari SMP.

Karena aku sedikit bisa bahasa inggris, aku menerangkan sedikit, dan tampaknya dia mengerti sedikit setelahnya.

*Bel pulang sekolah

“Wah, Bu Rani memberi 3 tugas sekaligus, padahal 1 tugas sebelumnya belum kuselesaikan,” keluhku ke temanku.

“Aku bahkan belum sempat nyelesain tugas 2 tugas sebelumnya tambah lagi sama tugas dari pelajaran lain,” balas temanku.

“Wah, Semangat ya, kamu bisa kok,” balasku lagi.

Kulihat si anak baru itu langsung pulang dijemput dengan mobil mewahnya, sedangkan aku harus menyebrang panas-panas dan pulang menaiki bus,

“Wah dia memang orang kaya,” kataku.



Keesokan paginya aku bersiap untuk sekolah seperti biasa.

*sekolah dimulai

Di dalam kelas sepertinya si anak baru itu melihat bukuku terus menerus dan karena merasa kurang nyaman, aku bertanya

“Ada apa?” dia tidak menjawab melainkan bingung menggeleng-geleng kepala.

Akhirnya aku menerangkannya cukup banyak dari pada kemarin supaya dia mengerti dan tidak menggangguku.

*Bel istirahat

Saat istirahat aku dan teman-temanku selalu makan bersama. Tetapi tampaknya si anak baru itu mengikuti, dan teman temanku merasa bingung.

“Ada apa james?” kata salah satu temanku, james terdiam dan tak menjawab,

“mungkin dia ingin makan bersama, ayo sini!” seru temanku yang lain.

Dan kami makan bersama dengan anak baru itu.

Keesokan harinya lagi, dia bahkan mengikuti dari aku masuk kelas sampai pulang sekolah, tetapi anehnya meskipun aku sempat mengajaknya bicara, dia tidak pernah menjawab.

Keadaan itu berlangsung terus sampai hampir seminggu.Aku merasa risih dan mulai jengkel dengannya. Teman-temanku juga jadi merasa aneh denganku.

Tetapi tampaknya tidak ada yang mengikutiku selama 4 hari terakhir ini,

“hmm aneh sekali, kemana dia akhir-akhir” kataku dengan bingung.

“Sudahlah yang penting tidak ada yang mengikutiku”.

Saat ingin menaiki tangga, aku tak sengaja tergelincir dan jatuh karena lantainya yang licin. Tiba-tiba dibelakangku seperti ada seseorang yang mendorong, aku agak pusing karena tangganya cukup tinggi dan dia juga ikut terjatuh, tetapi aku tidak apa-apa karena ada seseorang dibelakangku.

Setelah aku terbangun itu adalah james, aku terkejut karena dia juga ikut terjatuh, ia langsung ikut bangun dan bertanya kepadaku apakah aku baik-baik saja, “bagaimana denganmu, kau yang langsung terkena dengan lantai?” tanyaku.

“aku baik” jawabya.

“kau serius, tangga itu cukup tinggi” tanyaku.

“itu bukan apa-apa” jawabnya.

“Untung saja kau tidak apa-apa, Terimakasih karena engkau telah mendorongku ya” balasku.

“Tapi Hei, kau baru saja berbicara, kau bisa berbicara bahkan tanpa bahasa inggris?” tanyaku.

“ya aku bisa” jawabnya.

“lalu mengapa kau tidak pernah berbicara denganku?”.

“entahlah” jawabnya dan langsung melewatiku.

Kata-kata itu terasa sangat menjengkelkan apalagi setelah mengikutiku terus menerus, tetapi anehnya aku malah merasa senang karena diselamatkan olehnya saat jatuh.

“Hei, apa ini, kenapa aku tidak merasa marah dengan ini?, apa yang baru saja terjadi padaku?” tanyaku kepada diriku.

Sebuah karya cerpen berjudul ‘Ada Apa denganku?’ oleh Angel Sihotang yang diperlombakan dalam lomba menulis cerpen fajar pendidikan.