Soal Gerakan Berhenti Total Tiga Hari, Ini Harapan Jubir Covid-19 Bone

Bone, FAJARPENDIDIKAN.co.id– Beredar gerakan mengajak masyarakat serempak berhenti melakukan kegiatan apa pun selama tiga hari dan berdiam saja di rumah.

Hal tersebut beredar di beberapa media sosial seperti facebook, grup whatsapp dan di kalangan masyarakat termasuk di Kabupaten Bone.

Poster itu memuat ajakan untuk berhenti total selama tiga hari. Tak dijelaskan dalam poster tersebut berhenti total yang dimaksud adalah berhenti untuk melakukan apa.

- Iklan -

“Ayo kompak Lawan Virus Serempak Se-Indonesia Berhenti Total Tiga Hari. Pelaksanaannya adalah pada 10-12 April 2020” begitu tulisan pada poster yang beredar tersebut.

Dalam poster tersebut juga tertulis “Virus tidak bisa pindah kecuali dipindakan, dan jika dalam 24 jam tidak dipindahkan virus mati sendiri.”

Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara (Jubir) Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bone dr Yusuf mengaku tidak ada petunjuk resmi untuk berhenti total selama tiga hari secara nasional maupun kabupaten.

- Iklan -

Dia juga mengaku tidak paham yang dimaksud berhenti dalam poster foto gerakan berhenti selama tiga hari tersebut. Walau demikian, Yusuf mengapresiasi aspek ajakan tinggal di rumah dalam ajakan itu. Hanya saja perlu disesuaikan dengan protokol kesehatan yang ada.

Menurut Yusuf, menghentikan penyebaran Covid-19, bukan hanya tiga hari berhenti total lalu setelah itu bebas. Hal dinilainya tidak efektif untuk memutus rantai penularan dari orang ke orang.

“Tapi kita menghargai inisiasi masyarakat yang membuat gerakan mengurangi aktififitas dengan tinggal di rumah. Harapan kami adalah semoga dengan gerakan itu dapat menjadi momentum untuk melanjutkan protokol yang disarankan dengan jaga jarak, hindari kontak dan jangan berkerumun serta rajin cuci tangan pakai sabun,”kata Yusuf kepada FAJAR PENDIDIKAN, Kamis (9/4/2020).

- Iklan -

“Bukan hanya tiga hari berhenti total lalu setelah itu bebas. Itu tidak efektif untuk memutus rantai penularan dari orang ke orang,”tambahnya menegaskan

Sebelumnya, Sekretaris Satgas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Bone Dray Febrianto telah menanggapi gerakan berhenti total selama tiga hari itu. Dray juga mengaku belum mendapat surat atau lisan dari Tim Gugus Percepatan Penanggulangan Covid-19 Nasional.

“Kami tidak mendapat dasar surat atau lisan tentang kegiatan itu. Mungkin niatnya baik sebagai himbauan agar lebih baik berdiam di rumah,”kata Dray, Kamis (9/4).

Adapun untuk info bahwa itu akan mematikan Covid-19, Dray menilai tidak relevan karena Covid-19 dibawa oleh manusia bukan angin.

Melansir laman prfmnews, Jubir Pemerintah RI untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengaku jika pemerintah tidak pernah mengeluarkan hal tersebut. Bahkan, dirinya menyebut jika kabar tersebut adalah kabar bohong atau hoaks.

“Itu hoaks,” sebut Yuri melalui pesan singkat kepada prfmnews, Selasa (7/4).

Meski begitu, Yuri tetap mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap tinggal di rumah di masa pandemi corona ini. Bahkan dirinya meminta warga untuk tidak mudik terlebih dahulu sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Hal senada disampaikan praktisi klinis Prof Ari Fahrial Syam. Menurut praktisi klinis yang juga Dekan FK UI itu, muatan informasi yang disampaikan dalam flyer itu adalah hoaks.

Menurut dia, kalau di dalam tubuh masih ada virus, tidak ke mana-mana hanya dalam tiga hari tidak akan membantu. Sang carrier masih bisa menularkan ke orang lain meski masa tiga hari telah lewat. Karena itu, menurut Prof Ari, tidak ada jaminan selama tiga hari virus bisa hilang.

Ia mengungkapkan informasi tersebut menyesatkan bila banyak masyarakat yang memercayainya. Bahkan, ia pun tidak mengerti maksud dalam flyer yang mengatakan virus corona jika tidak dipindahkan dalam 24 jam mati dengan sendirinya. “Saya juga tidak mengerti maksud tidak dipindahkan dalam 24 jam akan mati,” ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (8/4).

Sementara itu, mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Zaenal Abidin mengaku tidak mengetahui mengenai informasi tersebut. “Tidak tahu juga,” katanya.

Prof Ari menyarankan, begitu menemukan berita yang belum pasti kebenarannya, sebaiknya masyarakat berhati-hati. Harus diperiksa kebenarannya dan tanyakan ke pakar-pakar mengenai kebenarannya.

“Berita hoaks kalau tersebar di masyarakat akan kacau, jadi tidak benar.”tegasnya.

Reporter: Abustan

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU