Tuhan, Bolehkah Aku Memeluk-Mu Sekarang?

Zea Shezan Mahasin adalah seorang gadis berusia 17 tahun yang memiliki mimpi dan cita-cita yang besar. Namun karena lingkungannya yang sangat tidak mendukung membuatnya susah untuk mewujudkan mimpi dan cita-citanya itu.

Zea, sapaan akrabnya, dengan mimpi besarnya yang sangat ingin menjadi penulis. Ia ingin menjadi penulis yang bisa memberikan hal positif pada banyak orang. Ia ingin tulisannya itu bukan hanya dibaca oleh orang-orang tapi Zea ingin tulisannya itu bermanfaat untuk orang banyak.

Namun saat ini, Zea merasa tertekan, sangat susah rasanya untuk Zea berkembang. Ditambah penyakit yang dideritanya juga tak kunjung sembuh. Membuat Zea semakin down.

- Iklan -

Dikarenakan penyakitnya, Zea terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Ia harus fokus pada kesembuhannya dulu.

“ Untuk sekarang, Zea harus fokus pada kesembuhan Zea, soal kuliah nanti kalau Zea sudah sembuh,” Ucap Lina Ibu Zea.

Zea hanya menghembuskan nafasnya kasar. Mau tidak mau ia harus menuruti kata Ibunya. Meskipun Zea sangat ingin melanjutkan pendidikannya tahun ini bersama sahabat- sahabatnya di Universitas yang selama ini ia dambakan.

- Iklan -

Setiap hari Zea hanya menghabiskan waktu di dalam kamarnya. Duduk di depan komputer menulis banyak cerita dalam komputer miliknya. Sesekali pergi berobat dan mengecek kesehatannya.

Dalam kesehariannya, Zea kadang merasa bosan dengan kegiatannya yang itu-itu saja. Ia ingin melakukan banyak hal, ingin melakukan banyak akivitas. Tapi selalu mendapat larangan dari sang Ibu, dengan alasan belum pulih.

“ Tunggu sampai Zea benar-benar sembuh. Ini untuk kebaikan Zea juga,” ucap Ibunya lembut.

- Iklan -

Sebenarnya Zea bosan mendengar kalimat itu. Setiap kali ingin melakukan kegiatan diluar rumah Zea selalu mendapatkan larangan dari sang Ibu.

Sampai pada akhirnya Zea bertemu dengan sosok perempuan yang kisah hidupnya sama dengannya. Namanya Zahira. Awal perkenalan Zea dengan Zahira berawal dari Facebook sampai pada akhirnya lanjut ke WhatsApp.

Seiring berjalannya waktu, Zea dan Zahira semakin akrab, keduanya tak sungkan untuk bertukar kisah. Sampai pada akhirnya Zahira mengajak Zea untuk bertemu pada sebuah kajian yang tak jauh dari kediaman Zahira. Tanpa menolak Zea menerima tawaran Zahira.

Merekapun bertemu. Tampak diraut wajah Zea begitu senang saat bertemu Zahira, sosok yang selalu menyemangatinya, mendengar curhatan-curhatannya, bahkan sudah seperti saudara Zea sendiri.

“ Ze, senang rasanya bisa bertemu kamu, semoga kita bisa jadi sahabat sampai ke Jannah-nya,” Ucap Zahira.

“Iya Ra, beruntung rasanya punya sahabat kek kamu, bisa nerima dan ngertiin aku.

Aku berharap semoga gak ada konflik antara kita.” Ucap Zea diiringi kekehan kecil.

2 TAHUN KEMUDIAN

Zea sudah sembuh dari penyakitnya, dan mendapat tawaran dari sang Ibu untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah. Awalnya Zea merasa ragu, karena sudah terlalu lama berdiam diri dirumah, namun karena untuk mewujudkan mimpi dan cita-citanya, Zea menerima tawaran sang Ibu. Meskipun bukan pada Universitas yang selama ini Zea dambakan.

Sedangkan Zahirah, sudah mendaftar tahun lalu. Rencana awal, Zea dan Zahirah sepakat untuk daftar kuliah sama-sama. Namun karena Zea belum mendapat izin dari kedua orang tua, akhirnya Zea membiarkan Zahirah untuk daftar kuliah lebih dulu.

Flashback

“Gak papa Ra, daftar duluan aja, In Syaa Allah nanti Zea nyusul,” Ucap Zea terlihat

tegar.

“ Tapi Zea harus janji, daftar kuliahnya di kampus yang sama dengan Irah,” Jawab

Zahirah yang dibalas anggukan kuat oleh Zea.

Flashlight

Setelah melewati beberapa tahapan dan seleksi, Zea dinyatakan lulus. Berkat dukungan dari kedua orang tua dan kekasih Zea, Zea pun diterima di salah satu Universitas yang lokasinya tak jauh dari kediamannya.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Zea pun semakin sibuk dengan kuliah ditambah organisasi yang kini digelutinya.

Setahun berlalu Zea menduduki bangku kuliah, tak jarang ujian dan cobaan datang silih berganti. Ditambah hubungannya dengan Zahirah sekarang tidak terlalu baik dikarenakan kesalahpahaman antara Zahirah dengan kekasih Zea, Aslan.

“ Aku gak suka kamu berteman lagi dengan Zahirah, dia sudah mencuci otak kamu sampai-sampai kamu berubah, gak kayak dulu lagi,” Bentak Aslan kekasih Zea.

Zea dan Aslan sudah menjalani hubungan hampir 5 tahun, sejak mereka masih duduk dibangku SMA. Namun, sekarang hubungan mereka tidak baik-baik saja, dikarenakan Aslan terlalu possesive pada Zea.

Sebenarnya Zea tidak berubah, bahkan perasaannya pada Aslan pun tidak pernah berubah, hanya saja Aslan terlalu cemburuan dan terlalu possesive pada Zea.

Itulah yang membuat Zea merasa tertekan, ia tidak bisa melakukan apa yang ingin ia lakukan karena selalu mendapat larangan dan tekanan dari Aslan.

Bahkan, sekarang Zea kembali down karena tekanan dari Aslan. Mentalnyapun sudah tak sekuat dulu. Dan penyakitnya yang telah sembuh, kini kambuh lagi. Zea terlalu terbebani dengan fikirannya. Rambut Zea pun semakin hari makin menipis.

Zea merasa capek, ia lelah dengan semuanya. Banyak hal yang ingin ia lakukan, ada mimpi yang ingin ia wujudkan, tapi tekanan dari Aslan membuatnya menyerah dan patah semangat, ditambah lagi berbagai ujian lainnya yang semakin membuatnya terpuruk.

Sampai pada akhirnya Zea berfikiran untuk mengakhiri hidupnya, karena tak ingin mengorbankan dan merugikan banyak orang.

“ Cukup sekali Zea kehilangan sahabat Zea, sahabat yang sangat Zea sayangi,” Ucap Zea pilu.

Zea mulai melangkahkan kakinya menaiki pembatas jembatan, dan…..

“ Tuhan, bolehkah aku memeluk-Mu sekarang?.” Batin Zea…..

Penulis : Akilla Fadia Haya

 

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU