Khutbah Idul Adha Terbaru Tema “Ibadah Qurban Membangun Insan Bertauhid dan Beribu Pahala”

Tidak akan kita biarkan anak – anak kita tercemari oleh ajaran-ajaran yang menjauhkan kita dari hidayah Allah. Kita akan didik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh, anak yang pintar dan berbudi pekerti luhur serta menjadi generasi penerus yang mampu membawa kemajuan umat dan bangsa kita tercinta.

الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

Jamaah shalat ied yang berbahagia

- Iklan -

Kita prihatin, sebagian dari saudara kita masih berada dalam kemiskinan. Kesejahteraan yang menjadi salah satu cita cita berdirinya bangsa ini belum bisa mereka dapatkan.

Yang lebih memprihatinkan adalah runtuhnya moral sebagian warga bangsa ini. Di Tengah penderitaan rakyat miskin, triliunan uang Negara dikorupsi oleh para pejabat yang seharusnya membangun kesejahteraan negri ini.

Korupsi telah terjadi di semua lini. Bahkan korupsi dilakukan bersamaan, atau orang sering menyebut korupsi berjamaah. Disamping itu, semakin meningkatnya kasus kriminalitas, pornografi, narkoba dan bentuk kemaksiatan lain.

- Iklan -

Bahkan penyalahgunaan Narkoba telah sampai pada kondisi darurat, dan benar benar mengancam masa depan bangsa.

Untuk menyelesaikan problem bangsa yang pelik ini tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Sudah barang tentu kita membutuhkan anak bangsa yang rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk kemajuan bangsa. Kita butuh generasi yang unggul dan hebat, generasi yang mencintai Allah dan tunduk terhadap aturan-Nya, karena hanya dengan kembali kepada aturan hidup Allah, segala problem yang kita hadapi tersebut dapat terurai dengan baik.

Dan contoh itu bisa kita temui pada pribadi nabi Ibrahim dan ismail putranya. Inilah saatnya kita meneladani dengan benar pribadi mulia itu. Salah satunya dengan mengahayati syariat berkurban.

- Iklan -

الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

Jamaah shalat ied yang berbahagia

Ibadah Qurban yang kita lakukan memiliki dua dimensi ;

pertama adalah ibadah yang bersifat vertikal, semata-mata berbakti kepada Allah dan hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. Bahwa hanya ikhlas karena Allah qurban itu dilakukan.

Qurban juga sebagai perwujudan tauhid, mencintai Allah diatas cinta kepada yang lain, melebihi cintanya kepada keluarga dan harta benda yang ia miliki.

Baca Juga:  Puasa Identik dengan Kesabaran

Melebihi cintanya kepada jabatan dan seluruh fasilitas yang didapatkan selama ini. Dan keikhlasan berqurban karena kecintaan kepada Allah itulah yang menentukan qurban kita diterima atau tidak, Sebagaimana dijelaskan dalam dalam firman-Nya Q.S al-Hajj: 37

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukan untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Kedua adalah ibadah yang bersifat horizontal, yakni menyantuni para dhu’afa melalui pembagian daging qurban tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan.

Qurban merupakan wujud nyata dari upaya orang yang mampu untuk membantu kesejahteraan sesama.

Bahwa seseorang tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi dalam hidup ini ada peran kehidupan yang kita lakukan untuk orang dan untuk menolong orang. Semangat rela berqurban seperti inilah yang seharusnya selalu ada disetiap anak negeri ini, terlebih pada diri para pemimpin bangsa.

Apabila para pemimpin telah memiliki jiwa rela berkurban untuk kepentingan rakyat yang dipimpinnya, niscaya ia tidak akan berlaku korup, menggasak uang negara untuk kepentingan dirinya.

Ketika Orang yang mampu dan memiliki harta berlebih telah memiliki semangat berkurban, semangat menolong penderitaan saudaranya, maka kesejahteraan sesama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya.

Ia sadar bahwa menolong sesama adalah wujud ibadah yang sangat tinggi nilainya dimata Allah. Menolong sesama sebagai perwujudan amal sholeh dari iman yang telah tertanam dengan kokoh. Allah berfirman dalam ayat yang panjang Q.S. al-Baqarah: 177 menggambarkan sikap taqwa seorang hamba.

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Baca Juga:  Puasa Sunnah di Bulan Syawal

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Oleh karena itu marilah semangat berkurban ini senantiasa menjadi sikap hidup kita. Bahwa menjaga iman dengan menegakkan tauhid harus juga diikuti dengan kepedulian kita terhadap penderitaan sesama.

الله أكبر الله أكبر لااله الا الله والله أكبر الله اكبرولله الحمد

Jamaah sholat ied yang berbahagia

Upaya kita meneladani Nabi Ibrahim juga bisa kita lakukan dengan mengkaji salah satu doa beliau yang tertera didalam surat Asy-syu’ara ayat 83 – 85 ;

رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ. وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ. وَاجْعَلْنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ.

‘Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh keni’matan’

Dalam ayat diatas Nabi Ibrahim memohon agar diberi Hikmah. diberikan kebijaksanaan. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud adalah diberi Ilmu pengetahuan. Tentunya agar dengan ilmu pengetahuan itu kita bisa bertindak bijaksana. menjadi orang “pinter” dan sekaligus “pener”. orang yang seperti inilah yang sangat dinantikan dalam membawa umat dan bangsa yang berkemajuan.

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU