Musim Maling di Musim Haji

Semua setuju.

Ibu-ibu bekerja di sisi lain halaman masjid. Mereka memasak jeroan dan kepala kambing untuk konsumsi bapak-bapak yang memotong dan membagi-bagikan daging kurban.

Berderet-deret panci besar digunakan untuk merebus kepala kambing. Nyala api dari kompor menjilat-jilat pantat panci. Ketua takmir masjid tampak sibuk sekali. Ia mondar-mandir antara tempat memotong hewan dan tempat memasak daging.

- Iklan -

Beberapa kambing dan sapi sudah terjagal dan daging-dagingnya sudah berpindah ke dalam kantong-kantong plastik kecil.

Tidak ada satu pun warga kampung kami yang makan daging kurban pada lebaran haji tahun 2011 masehi, meski ada sembilan ekor kambing dan dua ekor sapi besar yang dipotong di belakang masjid hari itu.

Tepat ketika semua daging sudah dicampur dan dibagi rata untuk semua warga, ketua takmir membuka panci yang digunakan untuk merebus kepala kambing. Wajahnya pucat pasi ketika tutup panci terbuka. Ia terdiam beberapa jenak.

- Iklan -

Lantas terdengar erangan dari mulutnya, dan seluruh isi perutnya tumpah ke dalam panci tersebut, sebelum ia jatuh pingsan. Orang-orang segera mengerumuninya, memberinya pertolongan pertama yang diperlukan.

Yang lain memeriksa isi panci, dan mereka nyaris tak percaya dengan apa yang mereka lihat di dalam panci tersebut. Di dalam panci itu, di antara sejumlah onggokan kepala kambing, terselip kepala seorang manusia. Muda, melepuh, dengan mata melotot.

“Apa mungkin ia maling yang semalam?” gumam jagabaya takjub.

- Iklan -

Lalu ia berteriak, “Jangan ada yang makan daging kurban hari ini kalau tidak mau makan daging manusia!”

Penulis : Dadang Ari Murtono

Dadang Ari Murtono

 

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU