Kecamuk Zaman

”Sudah sehat?” Nanda mengangguk sembari membalas senyum Rina. ”Yah, lumayan”.

”kamu sudah dengar kabar baru?” lanjut Rina. ”Belum. Apa lagi Rin?”

”Itu teman-teman kita mereka….bla…bla…bla ..” nanda sudah tak begitu jelas lagi mendengar ocehan Rina. Nanda terpikir bagaimana kabar Korna.

- Iklan -

”Korna bagaimana, Rin?”

” Basi, Ndah. Berita Korna sudah basi.”

”Hah?” Aku bingung dengan jawaban Rina.

- Iklan -

”Dia pasti dihukum mati!”

Tak sabar hati Nanda terburu menuju gedung pengadilan. Terlihat adegan menyedihkan Korna yang memelas bersumpah-sumpah sampai menitik air matanya meyakinkan hakim ia tidak bersalah. Itulah pembelaan Korna yang kulihat begitu mengharukan.

Lalu dari kejauhan terdengar suara teriakan yel-yel penuh semangat hingga mengganggu jalan persidangan. Suara Riuh dari demonstran yang menyusuri jalan kota menuntut perubahan. Suara Korna tenggelam.

- Iklan -

Media massa, media social secuil pun tak memuat berita Korna lagi. Berita-berita yang santer sekarang adalah berita-berita tentang angin perubahan yang berhembus kencang. Siapa tokoh barunya seorang wanita bernama Korona. Kini media massa, media sosial dipenuhi ocehan tentang Korona.

Pulang ke rumah, emak kaget mendapati Nanda memegangi kepala dan terhuyung pingsan sambil mendekap emak. Nanda pusing, lagi rasa hati berkemelut dalam zaman tak tentu arah. “Mending aku berdiam di rumah saja berkumpul bersama keluarga” gumam Nanda.

Nanda, mungkin sekarang di rumah dulu akan lebih baik, tokh kamu tetap bisa melakukan hal positif dari rumah”, sayup suara nasihat emak sambil menempelkan kompres ke kening Nanda yang mulai terlelap.

Nan(Simpang Pantai 2020)

Penulis : Adnan Wliansah

Adnan Wliansah
- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU