Sepoi “Anging Mammiri” di Kota Daeng

Oleh : Nurhayana Kamar

Provinsi Sulawrsi Selatan, memiliki banyak Gelar. ‘Bumi Anging Mammiri” yang disebut juga “Bumi Nyiur Melambai”, “Kota Daeng,”, “Bumi Ayam Jantan dari Timur”.

Gelar “Bumi Anging Mammiri”, Itu karena, hembusan semilir anginnya yang sepoi -sepoi, di hampir semua sudut wilayahnya.

- Iklan -

Hembusan khas “Angin Mammiri ini, menyebabkan, kondisi cuaca Sulawesi Selatan, t panasnya tidak menyengat, , dan tidak juga terlalu dingin. Bisa disebut, sedang sedang saja.

Namun di beberapa tempat, didekat kaki, sama pegunungan, sama juga debgan daerah dingin lainnya, hawanya sangat dingin. Juga cocok untuk brrdiam diri nelepas penat setelah beberapa hari disibukkan dengan aktibitas fisik, mencari nafkah. Misalnya Malino, Toraja, Enrekang.

Baca Juga:  6 Pakaian Adat Jawa Barat yang Paling Unik dan Populer

Itu baru dari sisi udaranya. Sulawesi Selatan yang juga bergelar “Kota Daeng” . “Daeng”, sebutan gelar ketutunan bangsawan orang Makassar

- Iklan -

Mengapa, yang kesohor dengan sebutan Daeng ? Sedangkan di kabupaten kabupaten lain di luar Makassar,.beda beda sebutan gelar kerurunan bangsawannya Di daerah Bugis bergelar Andi, Bau, di Luwu bergelar Opu, Puang di Toraja, dan Karaeng.di daerah selatan Sulawesi Selatan.

Digelari “Kita Daeng”, mungkin karena Ibu Kota Provinsi Sulwesi Selatan adalah Makassar. Meski warganya, sudah bercampur baur, dengan suku suku yang sda di Sulwesi Selatan.

Ini pun salah satunya yang Menandakan, Sulawesi Selatan juga provinsi yang berbudaya, beradat, punya adat istiadat, sebuaj tatakrama yang menjadi prilaku bagi warganya.

- Iklan -
Baca Juga:  6 Pakaian Adat Jawa Tengah yang Kaya Akan Nilai Tradisi

Ayam Jantan dari Timur

Lalu, yang tidak kalah kesohornya, gelar “Bumi Ayam Jantan dari Timur “. Gelar ini dilambangkan, dengan figur, Sultan Hasanuddin yang tinggi besar dan perkasa.

Sulran Hasanuddin, yang bergelar I Mallombassi Daeng Mattawang, Karaeng Tumenanga ri Balla Pangkana, pernah berkuasa sebagai Raja, di Kerajaan Gowa.

Agaknya itulah, sehingga pintu masuk ke Sulwesi Selatan, yang ibukotanya Makassar, melalui udara, lapangan udaranya diberi nama Bandara Sultan Hadabuddin. Di jaman kerajaan dulu, Gowa dan Makassar, memang satu pemerintahan. (*)

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU