Sonorous

Belum selesai berbicara, dua wanita berjalan terlebih dahulu. Entah bagaimana mereka berjalan dengan cepat. Diomira dan Reiki sampai tertinggal di belakang. Pupus sudah. Dua wanita paruh baya itu mulai memasuki balai desa. Diomira sudah menebak bahwa mereka akan mengguncangkan seluruh kampung.

Tapi ternyata tidak. Atensi Diomira malah tertuju pada seseorang berjubah hitam yang datang mendekati dua bibi itu. Sebuah lagu terputar dengan keras, namun hanya sebentar. Dan setelah itu dua bibi yang tadinya akan masuk ke dalam balai desa menjadi terdiam, berdiri di depan pintu balai desa.

“Ki, kamu lihat apa yang aku lihat?” Tanya Diomira dengan mata yang masih tertuju pada orang berjubah hitam itu. Jantungnya berdegup kencang, terkejut dengan apa yang terjadi.

- Iklan -

Reiki mengangguk sebagai jawabannya.

“Bodoh amat sama hal mustahil yang kita lihat, kita harus menangkap orang itu!” Tanpa aba-aba, Diomira berlari dengan kencang. Reiki sampai ternganga saat mengikuti gadis berkuncir kuda itu. Tidak ia sangka Diomira yang suka rebahan bsai berlari secepat itu.

“Hei! Kamu yang pakai jubah hitam, sini!”

- Iklan -

Orang berjubah hitam itu berbalik dengan keterkejutannya. Segera ia berlari menghindari Diomira yang mulaii mendekatinya. Seperti adegan film, mereka berlarian. Orang itu melemparkan apa saja yang berada di sekitarnya kepada Diomira supaya larian gadis itu terhenti. Namun Diomira bisa menghindarinya. Ia bisa melihat semua pergerakan orang berjubah hitam itu.

Sampai saat ini Diomira tidak bisa melihat wajah orang tersebut. Wajahnya tertutupi tudung jubah hitamnya. Anehnya, orang tersebut memakai sneakers berwarna putih. Diomira sempat tertawa di dalam hati. Di saat tampilan jubahnya sangat menyeramkan, sneakers-nya

itu membuatnya menjadi lucu. Dan di situ-lah Diomira menyadai sesuatu. Sesuatu yang sangat ia kenal.

- Iklan -

PRANG.

“Alamak, bunga 15 juta Mpok Tina hancur. Aish… orang sialan!” Diomira berlari lebih cepat lagi. Amarahnya tiba-tiba memuncak begitu saja. “Woy, Reiki! Kamu siput, kah?!”

Ah, iya. Reiki sampai terlupakan. Laki-laki yang biasanya sok kuat dan hebat itu masih berada di belakang Diomira. Sangat jauh. Ia mencoba mengejar namun masih kalah cepat dengan Diomira. Hancur sudah harga dirinya.

“Reiki! Kamu enggak usah lari cepat-cepat karena itu percuma. Aku akan menjebak orang itu di peternakan Pak Igo dan datanglah ke sana setelah aku berbicara dengannya.” Tanpa memedulikan balasan Reiki, Diomira berlari kembali. Orang berjubah hitam itu sudah jauh, namun Diomira menggiringnya menuju peternakan sapi milik salah satu warga.

Dapat! Orang misterius itu kini tersudutkan oleh Diomira. Tak ada jalan lagi baginya karena belakangnya merupakan tembok dan kanan kirinya terdapat kandang sapi. Memang sedikit aneh, tapi bagi Diomira, ini adalah tempat yang paling tepat.

Diomira tersenyum senang. “Jadi, kamu bisa melawan traumamu?”

Perlahan, orang itu membuka jubahnya. Terdengar helaan napas yang berat. Di saat wajahnya sudah terlihat dengan sempurna, Diomira langsung mendatarkan wajahnya. Ia tidak terkejut karena dia sudah mengetahuinya sejak awal. Dan sekarang… dia kecewa?”

“Oke, maaf,” ucap orang tersebut dengan wajah yang tertunduk. “Bisa jelaskan apa yang aku lihat di balai desa tadi?”

Orang itu menghela napas, mulai membuka suaranya. “Aku punya seorang kakek di kota. Dia punya glass bead yang bisa menyerap suara. Dan satu bulan yang lalu kakekku sakit, dan hanya dengan glass bead itulah kakekku bisa bertahan. Itulah kenapa aku datang ke kampung ini untuk mencari sebuah acara yang biasanya memutar musik dengan keras.”

Diomira terdiam, mencerna semua perkataan orang itu yang mustahil diterima akal sehat. “Tunggu, ini membingungkan dan tidak masuk akal. Jadi, kamu menyerap suara musik di pernikahan Kak Harvi dan memberikan energi suara itu kepada kakekmu lewat glass bead?”

“Ya, kurang lebih seperti itu.”

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU